"Astaga, jam berapa sekarang?" teriak Kayana sembari mencari handphone miliknya.
Setelah menemukan dan melihat layar ponsel miliknya, Kayana kemudian bergegas menuju kamar mandi. Sial, dirinya terlambat. Akibat terlalu terburu-buru dan tidak hati-hati akhirnya Kayana menabrak meja rias yang kemudian membuat gadis itu mengerang cukup keras.
Ren yang kebetulan sudah siap dan tengah duduk di meja tengah ditemani secangkir kopi pun terkejut. Lelaki itu berjalan mendekati sumber suara. Diketuknya pintu berwarna putih itu bermaksud memastikan keadaan sang istri.
"Kay, ada apa?" tanyanya.
"Tidak apa-apa Ren, aku hanya tidak sengaja menabrak meja rias," sahut Kayana dari dalam kamar.
Dahi Ren mengerut mendengar jawaban Kayana, ia tidak habis pikir dengan kelakuan sang istri. Setelah yakin jika Kayana tidak apa-apa, laki-laki tampan itu pun berbalik dan berjalan menuju dapur. Dengan santai Ren mengambil dua lembar roti dan memasukkannya ke dalam mesin pemanggang roti atau yang biasa disebut toaster dan tak lupa ia juga menyiapkan segelas susu rasa coklat untuk Kayana. Sembari menunggu roti panggangnya siap, Ren membuka ponsel pintar miliknya. Hari ini ia tidak memiliki jadwal karena pekerjaannya sudah ia selesaikan sejak beberapa hari yang lalu.
"Pagi Ren," sapa Kayana yang baru saja keluar dari kamarnya.
"Pagi, hari ini kamu masuk?" tanya Ren saat melihat Kayana keluar mengenakan pakaian formal.
Kayana mengangguk cepat, gadis itu menjelaskan jika hari ini ada acara di rumah sakit. Sehingga ia harus bergegas berangkat.
"Oh hari ini ada peresmian galeri rumah sakit dan penyambutan dokter yang baru saja bergabung di rumah sakit," jelasnya.
Tunggu, penyambutan dokter baru? Berarti akan ada teman lama Kayana di acara tersebut. Entah mengapa ada rasa tidak suka yang menyusup ke dalam hati lelaki bernama lengkap Ren Nugra Darmawan itu. Kayana melirik jam dinding, waktu menunjukkan pukul tujuh lebih empat puluh lima menit.
"Masih ada sedikit waktu," gumamnya.
Tanpa menghiraukan Ren yang masih terdiam, Kayana pun berjalan mendekati meja makan. Gadis itu melihat ada dua lembar roti yang sudah dipanggang dan segelas susu coklat. Tanpa pikir panjang, gadis itu menoleh ke arah laki-laki yang ada di sampingnya ini mencoba mencari jawaban.
"Iya, ini untukmu," ucap Ren singkat.
"Terima kasih Ren. Oh iya kamu tidak ke kantor?" tanya Kayana.
Lelaki itu menggelengkan kepalanya. Dengan berjalan membelakangi Kayana, Ren mengatakan jika hari ini ia tidak memiliki jadwal. Kayana yang mendengar jawaban Ren pun mengangguk. Namun, terlintas dibenaknya sebuah ide.
"Ren, hari ini ada pameran di rumah sakit. Jika kamu mau kamu bisa ke sana," tawar Kayana di sela-sela aksi sarapannya.
Mendengar itu Ren hanya diam, sebenarnya dirinya tidak terlalu tertarik dengan karya seni. Namun, dirinya juga tidak tahu harus melakukan apa di hari liburnya ini. Biasanya saat libur, Ren memilih untuk berdiam di rumah dan bersantai tetapi sepertinya semenjak kedatangan Kayana, laki-laki itu selalu ingin melakukan sesuatu yang belum pernah ia lakukan.
"Aku pergi ya. Kalau kamu mau datang jangan sungkan untuk menghubungiku," ucap Kayana sembari berjalan menuju pintu utama.
Melihat kepergian Kayana, Ren pun tak mau terlalu ambil pusing. Dirinya kemudian mengambil remote televisi dan mulai mencari saluran yang mungkin bisa menghiburnya. Masih terlalu pagi untuk berpikir keras bukan?
Berbeda dengan Ren yang tengah bersantai, Kayana dengan terburu-buru berjalan memasukki rumah sakit. Gadis itu berlari kecil tak lupa menyapa perawat dan dokter lain yang sempat berpapasan dengannya. Sesampainya di gedung yang menjadi lokasi peresmian galeri, Kayana menata tampilannya sebelum memasukki ruangan tersebut.
"Untung belum terlambat. Bisa-bisa aku akan kena omel pak tua itu," ucapnya pelan.
"Siapa yang kamu maksud Dokter Kayana?" tegur seseorang dari belakang.
Mendengar itu Kayana mendadak tegang, ia sangat mengenal suara tersebut. Dengan spontan Kayana menoleh ke belakang untuk memastikan. Kayana menghembuskan napas dengan pelan, ternyata itu adalah Attaraka Yudha. Lelaki itu pun terkikik pelan saat melihat ekspresi yang dibuat Kayana.
"Kamu ini!" Kayana menghentakkan kakinya bergantian. Gadis itu cukup kesal.
"Maaf Kay, aku hanya bercanda," ucap Raka menyesal.
Gadis itu bergeming, dirinya masih kesal tetapi sesaat kemudian ia pun tertawa. Entah mengapa setiap melihat Raka dirinya tidak bisa marah. Sepertinya lelaki itu memiliki perisai yang melindunginya setiap Kayana marah.
Lalu mereka berdua pun berjalan bersama memasukki ruangan tersebut. Di ruangan yang cukup luas ini tampak beberapa orang sudah duduk dengan nyaman. Sebagian besar dari mereka mengenakan jas berwarna putih yang menandakan mereka adalah dokter. Sedangankan sebagian lainnya mengenakan jas berwarna hitam yang menandakan mereka adalah tamu undangan dalam acara tersebut. Raka dan Kayana kemudian memilih kursi bagian tengah sebagai tempat duduknya.
"Selamat datang para tamu undangan yang berbahagia," sapa sang pembawa acara.
Sang pembawa acara pun memulai acara tersebut. Agenda yang pertama adalah pengenalan beberapa dokter yang baru saja bergabung di rumah sakit. Salah satunya adalah Raka yang kini sudah berdiri di atas panggung bersamaan dengan para dokter lainnya. Setelah acara pengenalan selesai, kini dilanjutkan dengan acara peresmian galeri rumah sakit.
"Galeri ini berisi hasil karya dari beberapa pasien, diharapkan dengan ini mereka dapat bebas menuangkan isi hatinya," tukas sang direktur rumah sakit yang mendapatkan tepuk tangan dari tamu undangan.
Tak selang berapa lama, ponsel Kayana bergetar menandakan ada pesan masuk. Dengan hati-hati Kayana membuka ponsel miliknya memastikan pesan dari siapa yang masuk.
"Aku sudah di lobby. Kamu di mana?" isi pesan tersebut.
Kayana menutup mulutnya, dirinya sedikit terkejut karena tidak mengira orang itu benar-benar datang. Lalu dengan cepat ia menekan keyboard ponselnya bermaksud membalas pesan tersebut.
"Kamu tunggu dulu, aku masih di galeri. Aku akan menjemputmu sebentar lagi." balas Kayana.
Setelah mengirim pesan balasan tersebut, Kayana kembali menyimpan ponsel miliknya ke dalam saku jas snelinya. Gadis itu tidak sadar jika sejak tadi, lelaki di sampingnya sedikit meliriknya seakan penasaran. Namun, mereka berdua kembali memfokuskan pandangannya ke arah panggung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments