Beberapa hari telah berlalu sejak tragedi orang pingsan yang membuat Kayana tidak sengaja bertemu dengan teman lamanya, Attaraka Yudha. Sejak saat itu pula Kayana dan Ren tidak banyak berinteraksi bersama. Bukan karena masalah di antara mereka, tetapi entah mengapa setelah kejadian tersebut, baik Kayana maupun Ren menjadi sibuk. Kayana sibuk dengan aktivitasnya sebagai dokter, dan Ren sibuk dengan proyek barunya.
"Direktur, ada yang ingin bertemu. Bagaimana?" tanya seorang pria yang berdiri gagah mengenakan setelan jas berwarna abu-abu.
Ren yang mendengar itu pun sontak mengalihkan pandangannya menatap sekretaris pribadinya. Lalu laki-laki tampan itu menutup lembaran-lembaran dokumen yang ia baca.
"Siapa? Bukankah aku sudah bilang sedang tidak ingin diganggu?" tukas Ren.
"Saya sudah sampaikan seperti itu, tapi tamu tersebut tetap kekeuh menunggu, pak," sahut Oleander.
Ya laki-laki yang bekerja sebagai sekretaris pribadi Ren sudah mengatakan kepada tamu itu. Namun, orang tersebut hanya bergeming dan malah duduk di sofa tepat depan ruangan milik Ren. Karena merasa tidak enak, akhirnya Oleander atau yang kerap disapa Ole pun kembali menyampaikannya kepada Ren. Selain tidak enak, ini juga membuat suasana di sekitar ruangan kerja Ren menjadi tidak nyaman terlebih bagi karyawan yang berlalu lalang.
"Sebenarnya mau apa sih dia?" Ren menghela napas kesal.
"Suruh dia masuk." lanjutnya.
Ole yang mendengar itu pun mengangguk dan pamit undur diri. Tak lama setelah kepergian Ole, akhirnya tamu yang sudah menunggu Ren sejak dua jam yang lalu pun masuk ke dalam ruangannya. Ketika memasukki ruangan, dapat dilihat betapa cantiknya tamu tersebut. Kulit putih yang terbalut dengan gaun casual berwarna terakota dipadukan dengan blezzer berwarna putih, ditambah wangi lily of the valley membuat gadis tersebut sangat elegan dan feminim.
"Ren, akhirnya kamu mau bertemu denganku," ucap gadis itu.
Alih-alih menanggapi pernyataan gadis tersebut Ren memilih untuk diam, sungguh dia benar-benar merasa muak dengan gadis di depannya kini. Namun, dirinya juga tetap harus menghormati tamunya itu. Lalu dengan senyum yang sedikit dipaksakan, akhirnya Ren mempersilakan gadis tersebut duduk di sofa. Tanpa menunggu lama, Ren langsung membuka percakapan dengan gadis cantik itu.
"Ada perlu apa Nona Loyd?" tanya Ren.
Oh tidak, Nona Loyd? Ya, tamu tersebut adalah nona Loyd atau lebih tepatnya nona Eleena Loyd. Sudah hampir setiap hari selama sepekan ini, gadis cantik tersebut menghubungi Ren bahkan menunggu Ren di depan ruangannya seperti tadi. Itu membuat beberapa karyawan mulai berbicara yang tidak-tidak mengenai mereka berdua. Awalnya Ren tidak memperdulikan gadis tersebut, karena gadis itu hanya duduk dan memainkan ponselnya lalu pergi setelah jam kantor selesai. Seperti orang gila bukan?
Eleena yang mendengar pertanyaan Ren pun tersenyum kecut. Dirinya tidak habis pikir, bagaimana orang yang dulunya dekat dengannya kini menjadi asing. Namun, bukan Eleena namanya jika tidak mampu menguasai ekspresi wajahnya. Gadis yang berprofesi sebagai model ini sangat bisa tersenyum manis walaupun dalam keadaan emosi sekalipun. Sungguh menakutkan.
"Ren, apakah hubungan kita benar-benar berakhir? Lihatlah, kamu saja memanggilku dengan nama keluargaku," ucap Eleena dengan memasang wajah sedih.
Ren yang tidak ingin berlama-lama berbincang dengan Eleena pun hanya mendengus kasar. Jika bukan karena adik dari temannya, mungkin ia sudah memanggil satpam untuk membawanya keluar.
"Aku sedang sibuk, langsung saja katakan apa maumu." Ren mengubah posisi duduknya.
Merasa mendapatkan penolakan yang tegas dari Ren, Eleena pun langsung menyampaikan maksud dan tujuannya menemui Ren. Dari ucapan gadis cantik itu, terlihat jelas jika Eleena menginginkan hubungannya dengan Ren kembali seperti sediakala. Tetapi, "seperti sediakala" yang seperti apa yang gadis itu inginkan? Mendengar itu semua, Ren hanya membuang muka. Lelaki tampan itu sudah benar-benar di ambang batas kesabarannya.
"Eleena Loyd, maaf tapi sekarang aku sudah menikah. Jadi aku min-".
"Ren, aku tidak apa-apa menjadi yang kedua. Aku hanya mencintaimu Ren. Aku bahkan rela membatalkan pertunanganku dan menyusulmu ke Indonesia," jelas Eleena memotong ucapan Ren.
Gila. Gadis di depannya ini benar-benar sudah gila. Saat Ren hendak menanggapi ucapan Eleena, tiba-tiba pintu ruangan miliknya terbuka yang membuat mereka mengalihkan pandangannya ke arah pintu.
"Oh maaf mengganggu, aku tidak tahu jika Ren sedang ada tamu," ucap gadis berkaus putih dengan celana jeans berwarna navy.
Ren yang melihat itu pun tersenyum dan langsung menghampiri Kayana yang tengah berdiri di dekat pintu. Berbeda dengan Ren yang tersenyum, Eleena menatap Kayana tajam. Tampak sekali jika gadis tersebut tidak menyukai kehadiran Kayana.
"Dasar gadis kampung yang tidak punya sopan santun," tegur Eleena.
Kayana hanya tersenyum remeh mendengar teguran yang dilayangkan Eleena kepadanya. Kayana menatap lelaki di sampingnya seakan memberikan kode pada Ren. Dengan senyum tipis, Ren menerima kode tersebut.
"Oh, haruskah aku melapor seperti tamu-tamumu yang lain Ren?" tanya Kayana pada Ren.
"Tentu tidak, untuk istriku tercinta ia bebas memasukki ruanganku setiap saat," jawab Ren mengikuti permainan Kayana.
Eleena yang melihat dan mendengarnya pun tersulut. Gadis cantik bergaun terakota itu hanya menggigit bibir bawahnya seakan menahan emosi yang hampir saja meledak. Namun, tak tahan dengan suasana tersebut, akhirnya Eleena memutuskan untuk pergi dari ruangan Ren.
"Nona Eleena Loyd, saya peringatkan Anda untuk tidak melewati batas," bisik Kayana saat Eleena melewatinya.
Mendengar ucapan Kayana, langkah Eleena pun terhenti. Sekali lagi, gadis itu menatap Kayana dengan tatapan tajam dan kemudian berlalu begitu saja. Ren yang melihat kejadian tersebut hanya diam.
"Ren, sudah." Kayana melepaskan tangan kanan Ren yang memeluk pinggangnya.
"Oh, ah iya," ucap Ren kikuk.
Setelahnya Ren membiarkan Kayana masuk dan duduk di sofa miliknya, tak lupa Ren meminta kepada sekretarisnya untuk menyiapkan jus jeruk untuk Kayana. Lalu, laki-laki tersebut berjalan mendekati kursi sofa milik Kayana. Dengan tatapan penasaran Ren menatap tas berwarna biru yang Kayana letakan di atas meja.
"Kay, apa itu?" Ren menunjuk tas tersebut.
"Oh, ini makan siang. Sudah waktunya makan siang dan aku dengar dari Ole, beberapa hari ini kamu selalu melewatkan makan siang," sahut Kayana.
Gadis itu kemudian membuka dan mengeluarkan isi dari tas tersebut. Terdapat beberapa kotak bekal berwarna putih, sepertinya Ren mengenali kotak bekal tersebut. Tentu saja, itu adalah kotak bekal miliknya yang sudah sangat lama tidak laki-laki itu gunakan. Ren tersenyum, entah mengapa rasa muak dan emosi yang tadi sempat menyerangnya kini berubah menjadi rasa senang dengan kedatangan sang istri.
"Sebenarnya tidak perlu, aku bisa mengurus diriku sendiri. Lagi pula, bukankah kamu sedang sibuk?" tukas Ren.
Kayana mengangguk. Memang benar dirinya sedang sibuk beberapa hari ini, tetapi itu sudah berakhir kemarin. Sehingga hari ini gadis berambut hitam itu memiliki waktu luang. Kayana kemudian menceritakan semua kegiatannya dan alasan dirinya datang ke kantor sang suami. Ini bukanlah kedatangan pertamanya, jadi ia tidak merasa canggung ketika bertemu dengan beberapa karyawan perusahaan milik Ren.
Setelahnya, mereka berdua pun menikmati bekal makan siang yang dibawa oleh Kayana. Ren mengangguk-anggukkan kepala ketika suapan pertama masuk ke dalam mulutnya. Enak, seperti biasa masakan Kayana selalu enak.
"Terima kasih Kay," ucap Ren disela-sela makannya.
"Terima kasih kembali, Ren." Kayana tersenyum sembari memberikan beberapa potong daging ke dalam mangkuknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments