Beberapa hari telah berlalu sejak kepergian mereka ke acara makan malam bersama keluarga Darmawan. Sejak saat itu hubungan Kayana dan Ren menjadi lebih baik, memang belum sampai tahap layaknya sepasang suami istri. Namun, bisa dikatakan lebih baik daripada sebelumnya. Setidaknya mereka rukun dan cukup sering berbincang mengenai sesuatu yang random.
Ringtone tanda pesan masuk di ponsel Kayana berbunyi. Dengan tanpa semangat, Kayana meraba ujung meja kerjanya. Ia menarik kembali tangannya setelah menemukan benda yang sejak tadi berdering. Kemudian ia buka menu pesan dan ... matanya terbelalak tidak percaya. Sepersekian detik gadis bersneli itu terdiam, dirinya hanya memandangi nama yang terpampang di layar ponsel tersebut. Tuan Muda Ren, nama yang tertulis di layar tersebut. Dahi Kayana berkerut, ada apa gerangan? Kayana terheran karena Ren bukanlah orang yang suka berkirim pesan. Setelah tinggal beberapa hari bersama, Kayana sudah hafal kebiasaan laki-laki itu. Ren adalah tipikal orang yang memilih untuk menghubungi langsung melalui sambungan seluler dibanding mengetik panjang lebar.
"Ren?" gumamnya.
Jari lentiknya membuka pesan masuk tersebut diiringi rasa penasaran yang muncul di kepalanya. Netra berwarna coklat itu terbelalak untuk kedua kalinya saat membaca isi pesan yang dikirim oleh sang suami. Hanya ada tiga kata yang begitu singkat membuat jantung Kayana mendadak berdegub lebih cepat dari biasanya.... Kutunggu di lobby.
Setelah membaca pesan tersebut, Kayana langsung bergegas keluar dari ruangannya. Dengan langkah sedikit berlari, dirinya berjalan menuju lokasi yang disebutkan laki-laki berstatus suaminya itu. Untung saja saat ini sedang jam makan siang, sehingga dirinya sedang tidak ada pasien. Dalam langkahnya, Kayana masih menerka-nerka apa yang dilakukan laki-laki itu.
Kayana menyatukan pandangan ke sekeliling lobby bermaksud mencari keberadaan suaminya. Pandangan gadis itu terhenti saat melihat laki-laki yang tengah duduk di kursi pengunjung dekat pintu masuk. Setelah mengatur napasnya yang tak beraturan dan memastikan tampilannya tidak berantakan, gadis itu kemudian berjalan perlahan mendekati laki-laki berjas hitam lengkap dengan kacamata yang bertengger di telinga.
"Ada apa Ren?" tanya gadis itu tanpa aba-aba.
Alih-alih menyapa dengan manis, Kayana malah menatap tajam pada laki-laki tampan itu menuntut penjelasan. Sedangkan Ren yang ditatap hanya tersenyum tipis seakan sudah menduga jika gadis bersurai hitam itu akan melontarkan pertanyaan yang langsung pada intinya daripada berbasa-basi. Ren melangkah mendekati Kayana. Gadis itu tampak cantik, apalagi ditambah jas putih yang dipakainya. Sangat cocok.
"Tidak ada apa-apa. Hanya kebetulan aku ada urusan di sekitar sini. Kebetulan juga ini sudah waktunya makan siang, jadi sekalian saja aku ke sini." jawabnya membenahi poni Kayana yang sedikit berantakan. Lalu laki-laki itu tersenyum manis, bahkan sangat manis hingga bisa membuat orang lain terpesona saat melihatnya.
Kayana menatap Reza dengan tatapan kesal, gadis itu mendengus kasar. Namun, hatinya tidak sama dengan raut wajahnya, detak jantungnya semakin tidak beraturan melihat senyum yang jarang diperlihatkan oleh Ren. Gadis itu terdiam tidak tahu harus bagaimana.
Melihat keterdiaman gadis di depannya, Ren kemudian mendekat dan berbisik tepat di telinga kanan Kayana. Gadis itu terbelalak lagi dan lagi. Posisi Ren terlalu dekat, hingga membuat Kayana dapat mencium wangi parfum yang biasa digunakan oleh sang suami. Aroma leather yang memberi kesan maskulin, seakan mengingatkan pada wewangian alam. Selain itu, udara hangat yang menerpa telinganya saat laki-laki itu mengucapkan beberapa kata, membuat bulu kuduk Kayana berdiri. Ada perasaan aneh yang tiba-tiba menyerang relung hatinya.
"Jadi bagaimana?" bisiknya lirih.
Kayana mencoba mendapatkan kembali kendali atas dirinya. Setelah berhasil mengendalikan diri, Kayana kembali menatap laki-laki berjas itu. Gadis itu tersenyum, bukan senyum manis layaknya kekasih yang senang diajak keluar. Namun, senyum yang sedikit mengejek.
"Maaf tuan muda, saya tidak bisa. Saya masih harus bekerja," jawabnya.
Ren yang mendengar jawaban gadis itu lalu membalikkan tubuhnya. Dilangkahkannya kaki jenjang itu masuk lebih dalam ke bagian rumah sakit. Kayana tersentak, ia tidak menyangka jika laki-laki itu tidak menggubris ucapannya tadi.
"Ren, kamu mau ke mana?" Kayana menarik lengan kiri Ren.
"Katanya kamu tidak bisa keluar untuk makan siang, 'kan? Tidak apa-apa, karena kita bisa makan siang di kantin rumah sakit ini. Bukankah kamu pernah bilang jika makanan di kantin rumah sakit cukup enak. Jadi aku ingin melihat sampai di mana batas enak menurut seorang Kayana Daya Nagendra. Oh ralat, sekarang namamu adalah dokter Kayana Daya Darmawan," ungkapnya sambil terus berjalan.
Ren terus melangkah meninggalkan Kayana di belakang. Ia tidak berniat menghentikan langkahnya, karena ia yakin jika gadis berambut hitam itu akan mengejarnya. Perlu diketahui jika Ren sangat suka melihat Kayana yang kesal karena gadis itu akan mengeluarkan ekspresi seperti anak kecil yang sedang diganggu. Ren tertawa membayangkan ekspresi Kayana saat ini. Pasti gadis itu akan memanyunkan bibir mungilnya. Sangat lucu.
Kayana yang tadinya hanya berdiam langsung berlari mengikuti pria di depannya. Sungguh dirinya saat ini ingin sekali memukul kepala pria tersebut. Namun, dirinya sadar jika ia tidak mungkin melakukan itu. Bisa-bisa dirinya yang dibanting oleh Ren mengingat tubuh suaminya itu cukup atletis. Akhirnya setelah sedikit berlari gadis itu mampu menjajarkan langkahnya dengan sang suami.
Setibanya di kantin rumah sakit, Kayana lalu mengajak Ren menuju meja antrian. Bagi Ren ini merupakan pengalaman baru, laki-laki itu belum pernah sekalipun mengantri hanya untuk sepiring makan siang. Sangat berbeda dengan Kayana yang sudah sering mengantri bahkan untuk membeli sebotol minuman dingin.
"Bibi, tolong ayam goreng yang dua ya? Yang satu sambalnya dipisah saja. Lalu untuk minumnya..." Kayana sedikit menjeda kalimatnya lalu melirik laki-laki di sampingnya. "Kamu mau apa minumnya Ren?" bisiknya.
Ren melihat-lihat daftar menu yang ada, lalu matanya terhenti pada salah satu menu yang menurutnya enak. "Ini," gumamnya menunjuk gambar dalam daftar menu itu.
Kayana mengangguk mengerti. Lalu gadis itu berkata,"Untuk minumnya kami ingin segelas forest tea dan segelas jus jeruk, Bi," ucapnya kemudian.
Setelah selesai dengan pesanannya, Kayana langsung menarik laki-laki itu untuk duduk di salah satu bangku yang kosong. Saat ini suasana di kantin cukup lengang mungkin karena sudah lewat jam makan siang, sehingga ada beberapa meja dan kursi yang kosong.
Setibanya di kursi yang ia rasa nyaman, gadis itu kemudian menatap pria di depannya. Kali ini tatapan gadis itu cukup santai, ya bisa dibilang Kayana sudah lelah menanyai maksud dan tujuan laki-laki itu datang secara tiba-tiba. Ren yang risih karena ditatap cukup lama pun akhirnya menatap balik Kayana. Pandangan mereka bertemu satu dengan yang lain, membuat keduanya terdiam sesaat.
"Aku sungguh hanya ingin makan siang. Tidak ada alasan apapun," ucapnya.
Kayana kembali mendengus, entah berapa kali dirinya mendengus hari ini. Tak ingin membalas ucapan sang suami. Kayana malah membuang wajahnya. Saat itu dirinya menyadari jika ia dan Ren sedang menjadi objek yang menarik perhatian orang-orang di sekitarnya. Karena Kayana mengajak Ren untuk makan di kantin khusus pegawai, maka sudah pasti orang-orang yang berada di sana mengenal Kayana. Mereka adalah rekan-rekan Kayana.
"Selamat siang dokter Naya," sapa seorang pria berseragam biru.
"Oh siang, Putra," balasnya tersenyum manis.
"Maaf mungkin terkesan lancang, tapi ini siapa ya dok?" tanya gadis di sebelahnya.
Kayana sempat bingung menjawab pertanyaan tersebut. Dirinya memang belum mengungkapkan jika dirinya sudah berganti status. Ren yang menyadari gelagat aneh dari Kayana kemudian membenahi posisi duduknya.
"Maaf terlambat mengenakan diri. Aku suami dokter Kayana. Ren Nugra Darmawan, salam kenal semua," ucapnya percaya diri.
Semua yang mendengar pengakuan laki-laki tersebut pun terkaget.
"Suami?!" pekik salah satu orang yang ternyata sudah mencuri dengar sejak tadi.
Ren mengangguk yakin, sedangkan Kayana hanya terdiam. Benar-benar laki-laki di depannya ini suka seenaknya sendiri.
"Sialan," gerutunya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments