Berbeda dengan Ren yang sedang sibuk dengan aktivitas dan pekerjaannya, Kayana tengah asyik menonton televisi di ruang tengah. Hari ini dirinya tidak pergi ke rumah sakit karena ia masih dalam masa cuti. Sehingga, dirinya berniat untuk beristirahat di rumah seperti biasanya mengingat kemarin adalah hari yang panjang dan sangat melelahkan.
Entah sudah berapa lama Kayana berbaring di atas sofa bed, tangan putihnya dengan cepat mengganti channel televisi satu saluran ke saluran lain. Namun, tidak ada acara yang menarik perhatiannya.
“Membosankan.” gumamnya sembari mematikan televisi dan meletakkan remote berwarna hitam itu ke atas meja.
Gadis cantik tersebut lantas mengubah posisinya menjadi duduk bersila, dilipatnya kedua tangan ke depan dada. Kemudian diedarkannya pandangan ke seluruh penjuru ruangan mencoba mencari sesuatu yang mungkin berguna untuk membunuh kebosanannya. Namun, nihil karena semua kegiatan yang bisa ia kerjakan sudah diselesaikan sejak tadi pagi. Mulai dari menyapu, mengepel, hingga memberi makan kucing peliharaan Ren yang juga berwarna putih.
Sekian menit berlalu tanpa ada hasil, lalu sedetik kemudian pandangannya terhenti pada jarum jam yang tergantung di dinding, waktu sudah menunjukkan pukul setengah satu siang. Pantas saja perutnya sedikit merasa lapar, ternyata sudah waktunya untuk makan siang. Seakan mendapatkan pencerahan, gadis itu tersenyum cerah dan segera berdiri dari duduknya.
Dilangkahkan kaki jenjangnya menuju dapur yang berjarak beberapa meter dari kursi sofa yang ia diduduki tadi. Langkah gadis itu terhenti tepat di depan kulkas dan dengan cepat Kayana membukanya. Alih-alih terkejut, gadis itu malah tersenyum puas melihat keadaan kulkas yang kosong.
“Baguslah kulkas ini kosong, aku jadi bisa berbelanja. Setidaknya jika aku di rumah sendirian, aku tidak akan kelaparan.” ucapnya menutup pintu kulkas dan berjalan ke kamarnya untuk bersiap.
Kayana menatap bayangan dirinya di cermin kamarnya, kemudian mendesah puas. Sepertinya, t-shirt merah muda yang ia padukan dengan celana jeans berwarna navy ini sudah cukup untuk dikenakannya guna menjalankan sebuah rencana. Seulas senyuman muncul menghiasi wajah cantik Kayana, dirinya tidak sabar untuk pergi.
Ya, ia memang senang berbelanja, terutama belanja kebutuhan rumah. Ini karena dirinya hanya hidup berdua dengan sang kakek sejak ia kecil. Sehingga, ia terbiasa dengan berbagai pekerjaan rumah, termasuk berbelanja bulanan. Selain itu menurutnya melihat buah-buahan dan sayur-sayuran segar sangat membantu dirinya untuk mengembalikan suasana hatinya.
Saat menikmati perjalanan yang ditemani dengan playlist kesayangannya, tiba-tiba saja suara ringtone ponsel miliknya berdering mengganggu Kayana dan membuat gadis berkaus merah muda itu mengalihkan atensinya dari jalanan ibu kota. Dahi gadis itu berkerut saat mendapati nama Ren tertera di sana. Kayana penasaran mengapa Ren menghubunginya. Dengan cepat ia mengangkat panggilan tersebut.
“Halo, ada apa Ren?” ucap gadis itu sekenanya.
“Di mana?” bukan menjawab pertanyaan Kayana, Ren malah melontarkan pertanyaan lain. “Aku lihat kamu keluar rumah. Jangan bilang kamu ingin bertemu dengan kekasih gelapmu. Aku tahu hari ini kamu sedang libur bukan?” tanya Ren tanpa menjawab pertanyaan istrinya.
Pertanyaan macam apa itu? Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba saja laki-laki itu melontarkan pertanyaan yang tidak jelas. Kayana yang mendengarnya pun hanya bisa menghembuskan napas kesal. Sungguh saat ini ingin sekali dirinya menenggelamkan laki-laki yang berstatus sebagai suaminya itu ke dalam kawah candradimuka, agar laki-laki itu sadar.
"Tuan Ren Nugra Darmawan, saya sedang dalam mood yang bagus, dan saya sedang tidak berniat untuk bertengkar dengan Anda. Jadi tolong langsung saja sampaikan maksud dan tujuan Anda menghubungi saya,” tukas Kayana.
Pertanyaan Ren membuatnya sedikit meradang, ia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Ren yang sedangkal itu. Bisa-bisanya laki-laki yang baru saja ia nikahi sehari yang lalu menuduh dirinya berselingkuh. Kayana sangat tidak suka dengan gaya bicara Ren Nugra.
“Kalau ditanya itu dijawab, bukan malah jawab ke mana-mana,” tegur Ren.
Oh Tuhan yang menguasai semesta alam. Kayana sudah merasa cukup dan angkat tangan menghadapi sikap Ren yang sangat menyebalkan ini. Padahal baru sehari mereka menikah, tetapi rasanya gadis itu sudah tidak tahan dengan pernikahannya dengan orang yang biasa disebut tuan muda Ren Nugra Darmawan. Sebenarnya ia tahu bahwa Ren sengaja mengajaknya bertengkar dengan hal sepele. Namun, hari ini dirinya sedang dalam suasana hati yang cukup baik, sehingga ia tidak ingin bertengkar dengan siapa pun termasuk suaminya itu. Tidak ingin berlama-lama, akhirnya Kayana memutuskan untuk mengalah. Diambilnya napas dalam guna menenangkan gejolak emosi yang sempat menyala sebelum ia mengeluarkan beberapa kata untuk menjawab pertanyaan Ren.
“Baik Tuan Muda Ren Nugra Darmawan, hari ini saya akan pergi ke supermarket untuk belanja bulanan. Di rumah Anda tercinta tidak ada stok makanan, jika Anda lupa. Lantas apakah ada yang Anda inginkan?” ucap Kayana dengan sopan.
“Baiklah, jangan terlalu lama. Kita mendapat undangan dari kakek untuk makan malam bersama di kediaman Darmawan. Jadi kita bertemu di rumah saja, karena aku akan menjemputmu satu jam sebelum makan malam.” jelas Ren.
“Apa? Tunggu! Bukankah semalam kamu bilang jika jadwal makan malam kita setiap weekend? Selain itu mengapa begitu mendadak? Aku bahkan belum sempat makan siang dan belum mulai berbelanja,” teriaknya di dalam mobil.
Untung saja hanya ada dirinya seorang di dalam mobil itu. Jika tidak, orang yang di sebelahnya akan terkejut mendengar teriakannya. Gadis itu tidak dapat menahan emosinya. Ayolah, dirinya belum sempat makan siang dan sekarang mendapat undangan dadakan seperti ini.
Kayana yang masih tidak menyangka dengan apa yang didengarnya tadi, kemudian meminggirkan mobilnya ke bahu jalan. Untung saja rasionalitasnya masih berjalan, jika tidak mungkin dirinya sudah terbawa emosi dan benar-benar akan menemui laki-laki itu lalu melempar Ren ke dalam kawah Candradimuka. Sungguh ingin sekali rasanya gadis cantik itu mengeluarkan umpatan pada laki-laki berstatus sebagai suaminya itu. Baru sehari menikah saja sudah seperti ini, lantas bagaimana nasibnya ke depannya. Tiba-tiba saja ia merasa menyesal menerima perjodohan ini. Seakan keluhannya tidak di dengar oleh Ren, Kayana hanya diam saat laki-laki itu mematikan panggilannya.
“Dasar seenaknya sendiri. Ah ... Bagaimana ini?” keluh Kayana.
“Terserahlah, yang penting aku harus makan siang dan belanja terlebih dahulu. Toh dia tidak akan pergi tanpa aku, ‘kan?” seringainya kemudian.
Gadis itu kemudian kembali memacu kendaraannya ke arah badan jalan menuju supermarket terdekat. Dia memilih untuk tidak ambil pusing dengan ajakan sang suami, karena ia tahu jika laki-laki itu tetap akan menunggunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments