Bab 6. Permintaan Tak Terduga

Kayana berdiri di depan rumah yang tampak sangat megah layaknya sebuah istana di negeri dongeng. Ia masih saja terpukau dengan tampilan rumah utama milik keluarga Darmawan, padahal ini bukan pertama kalinya ia datang ke sini. Tak lama kemudian terlihat beberapa orang berseragam pelayan sudah berdiri di depan pintu seolah hendak menyambut kedatangan dua orang tersebut. Salah seorang dari rombongan itu melangkah maju dan membungkuk sembari memberi salam yang diikuti oleh pelayan di belakangnya.

"Selamat datang tuan muda dan nyonya muda," ucap pria paruh baya itu.

Ren hanya mengangguk sebentar lalu memegang pundak Kayana mengajak gadis itu masuk ke dalam rumah. Di rumah yang cukup mewah ditambah dengan aksen klasik khas benua Eropa ini dihuni oleh salah satu keluarga pengusaha terpandang di Jakarta yang kini sudah menjadi keluarga Kayana.

Kepala pelayan atau yang biasa dipanggil "paman" oleh Ren tersebut sudah begitu hafal dengan tingkah laku sang majikan, sama seperti saat ini. Pria paruh baya tersebut dengan setia mengikuti dan memastikan bahwa tuan mudanya tidak kekurangan apapun. Selain itu ia juga menjadi orang pertama yang bertanggungjawab atas pelayanan dan fasilitas di rumah ini selama tuan besar tidak berada di rumah, atau bisa disebut beliau juga merangkap sebagai asisten sang pemilik rumah.

"Semuanya sudah berkumpul di ruang makan tuan." pelayan itu membuka pintu berwarna coklat.

Tampak sudah ada orang yang duduk diikuti beberapa pelayan yang berlalulalang menyiapkan jamuan makan malam. Kedua orang tersebut adalah sepasang ibu dan anak, Melissa Darmawan dan Jasmine Tania Darmawan. Mereka seakan sudah menunggu kedatangan sepasang pengantin baru ini, terutama Jasmine yang langsung melambaikan tangannya saat melihat pengantin baru itu memasuki ruangan. Dengan senyum ceritanya, Jasmine berteriak memanggil nama sang kakak ipar. Sangat berbanding terbalik dengan perilaku Melissa yang langsung memasang muka tak suka. Kayana yang melihat perilaku gadis manis itu hanya tersenyum, dirinya tahu jika itu sudah cukup untuk membalas sapaan dari Jasmine.

Ren dan Kayana lalu berjalan menghampiri keduanya dan mengambil kursi tepat di seberang bibi dan sepupu Ren. Walaupun ini bukan pertama kalinya ia mengikuti kegiatan makan malam seperti ini, tetapi tetap saja ia belum terbiasa dengan kecanggungan yang ada di keluarga ini. Dirinya terbiasa melakukan makan malam bersama dengan rekan kerja atau hanya berdua dengan sang kakek. Namun, suasananya sangat hangat dan ramai karena lelucon yang teman-teman dan kakeknya lontarkan. Ah tiba-tiba saja Kayana teringat sang kakek, ia penasaran dengan keadaan sang kakek.

"Aku kira kamu tidak akan datang Ren," ucap bibi memulai percakapan.

"Maaf mengecewakanmu bi. Tapi aku harus tetap datang karena kakekku yang meminta." jawab Ren mengambil piring milik Kayana.

Kayana tidak kaget dengan apa yang dilakukan Ren karena ini bukan pertama kalinya. Sejak kedatangan pertamanya, Ren selalu menyiapkan makanan miliknya dengan hati-hati. Mulai dari memotong daging steak hingga meminta pelayan untuk menyiapkan jus jeruk kesukaan gadis tersebut. Tipikal pasangan idaman bukan?

"Kakek belum datang Ren?" bisik Kayana.

"Sebentar lagi mungkin." sahut Ren yang tengah memotong daging sapi di piring Kayana.

Kayana mengangguk cepat, dirinya paham jika laki-laki di sampingnya ini juga tidak tahu alasan kakeknya terlambat.

"Aku sudah tahu jika kamu adalah orang sibuk, Ren. Tetapi setidaknya kamu juga harus memikirkan istrimu," ucap sang bibi.

Kayana yang mendengar ucap dari sang bibi pun terdiam, ia tahu jika saat ini sang bibi sedang menyindir tampilannya. Pantas jika sang bibi mengatakan hal tersebut karena Kayana hanya mengenakan kaus dan celana jeans. Gadis itu belum sempat berganti. Saat Kayana hendak menjawab sindiran tersebut, tiba-tiba Ren meletakan pisau dan garpunya dengan sedikit keras.

"Terima kasih bi atas perhatianmu, tapi aku rasa Kayana tetap cantik mengenakan apapun. Jadi aku tidak masalah dengan pakaian apapun yang mau dikenakan oleh istriku." balas Ren bangga. Kayana yang mendengar jawaban dari Ren pun tersipu. Gadis itu merasa senang mengingat bukan hanya sekali ini dirinya menjadi sasaran sang bibi dan setiap hal seperti ini terjadi Ren menjadi orang pertama yang selalu membelanya.

Tak lama kemudian, pintu ruang makan terbuka kembali. Di sana terlihat sosok laki-laki tua berusia sekitar tujuh puluh tahunan berjalan mendekat dengan sebuah tongkat di tangan kirinya. Dengan perlahan dan didampingi oleh salah satu pelayan, pria tua itu akhirnya duduk di kursi miliknya.

"Maafkan keterlambatan kakek ya, Kayana?" ucapnya menatap Kayana.

Merasa dirinya dipanggil, Kayana pun tersenyum. "Tidak apa-apa kek. Kebetulan kami juga baru saja tiba," jawabnya.

Sang kakek pun tersenyum, dirinya kemudian memulai acara makan malam. Acara makan malam ini cukup tenang, bahkan sangat tenang hingga membuat Kayana kesulitan menelan daging sapi di depannya. Sungguh dirinya yakin jika harus melakukan hal ini setiap minggu, mungkin saja dirinya akan terkena gangguan pencernaan. Membayangkan saja sudah menakutkan. Kayana sendiri penasaran, bagaimana bisa laki-laki di sebelahnya memakan makanannya dengan tenang dan nyaman di suasana seperti ini. Bahkan, saat sang kakek mengajaknya berbicara, suaminya itu hanya berdeham seperti yang sudah-sudah.

Acara makan malam itu berlalu dengan keheningan, hanya ada suara detingan garpu yang beradu dengan pisau yang terdengar sangat jelas. Lima orang tersebut hanya diam menikmati menu makan malam hari ini. Saat semua anggota keluarga sudah selesai dengan kegiatan makannya, para pelayan lalu mengambil piring-piring kotor tersebut dan menggantinya dengan piring dessert. Kali Ini hidangan penutupnya adalah panna cotta dengan rasa strawberry. Kayana sangat menyukai makanan ini, lembutnya krim yang sudah dikentalkan dengan gelatin dipadukan selai strawberry yang manis. Sangat cocok dihidangkan setelah makanan berat seperti steak sapi tadi. Dengan mata berbinar, Kayana menyuapkan sesendok demi sesendok panna cotta miliknya ke dalam mulut. Sungguh lezat. Ren yang melihat tingkah istrinya pun tersenyum tipis. Istrinya itu memang tidak pandai mengatur ekspresi wajahnya. Bahkan, gadis itu tidak tahu jika perhatian orang-orang kini hanya tertuju padanya.

Setelah suapan terakhir, Kayana baru tersadar jika dirinya menjadi pusat perhatian. Dengan senyum canggung, Kayana kemudian menjauhkan piring miliknya ke tengah meja. Dirinya bingung harus bertindak apa, ia malu karena tidak bisa menjaga perilakunya di depan keluarga suaminya. Ren yang memahami kegundahan Kayana pun menyentuh tangan gadis itu dan tersenyum.

"Tidak apa-apa, tenanglah." tangannya menggenggam tangan kanan milik Kayana.

Kakek Darmawan yang melihat itu pun sadar jika cucu menantunya itu tidak nyaman karenanya, kemudian meminta mereka untuk segera berpindah ke ruang tengah. Ada sesuatu yang harus ia katakan pada keluarganya itu, terutama pada cucu menantunya. Dengan segera anggota keluarga Darmawan mengikuti perintah sang pemilik rumah.

Di ruang tengah yang berukuran cukup luas, terdapat beberapa patung dan lukisan-lukisan yang cukup besar menghiasinya. Mungkin orang awam akan mengira bahwa ruangan ini adalah ruangan pameran kesenian, seperti Kayana saat pertama kali memasuki ruangan tersebut. Maklum saja, ruang tengah milik keluarga Darmawan ini syukuran dengan dua kamar di rumah lamanya. Kayana dan Ren memilih duduk berdampingan di sofa berwarna coklat,

sedangkan Jasmine dan sang ibu duduk di sofa seberang mereka yang juga berwarna coklat. Tuan Darmawan sendiri memilih kursi favoritnya, kursi tunggal berwarna coklat yang dihiasi dengan ukiran-ukiran kayu.

"Aku memanggil kalian semua ke sini untuk mengatakan sesuatu. Melissa aku tahu jika kamu memiliki keinginan agar Jasmine menjadi pewaris utama seluruh aset Darmawan. Namun, kamu juga pastinya tahu, sejak dulu yang menjadi pewaris adalah putra tertua ataupun cucu tertua keluarga ini. Jadi aku harap kamu menerima kenyataan ini, tapi kamu tidak perlu khawatir. Aku tetap akan memberikanmu bagian yang cukup," jelas sang ayah langsung pada intinya.

"Lalu kamu Jasmine, cucuku yang cantik. Kakek tahu kamu sebenarnya tidak berminat dalam perusahaan, dan kamu lebih suka menggeluti bidang kesenian. Jadi kakek akan memberikanmu galeri milik keluarga kita. Kamu bisa mengelola ya, bukan?" ucap sang kakek lembut.

Tuan Darmawan memberi jeda sebentar sebelum melanjutkan. "Terakhir kalian berdua, cepatlah berikan aku cicit," ucap tuan Darmawan.

Bagai tersambar petir, Ren dan Kayana terkejut mendengar permintaan sang kakek.

Episodes
1 Bab 1 : Menikah?
2 Bab 2 : Adik sepupu Ren.
3 Bab 3. Malam pertama?
4 Bab 4. CEO Muda
5 Bab 5. Seenaknya sendiri
6 Bab 6. Permintaan Tak Terduga
7 Bab 7. Kisah Secangkir Kopi.
8 Bab 8. Makan Siang Bersama.
9 Bab 9. Aneh.
10 Bab 10. Buah Surga dan Aura Jahat
11 Bab 11. Makan malam.
12 Bab 12. Martin dan Marta.
13 Bab 13. Pertolongan Pertama.
14 Bab 14. Attaraka Yudha.
15 Bab. 15. Si Pengganggu.
16 Bab 16. Suasana IGD.
17 Bab 17. Berubah dan tidak berubah.
18 Bab 18. Jasmine Sakit?
19 Bab 19. Makan Malam Bersama Jasmine
20 Bab 20. Peresmian Gedung Galeri.
21 Bab 21. Pertemuan Dua Lelaki Tampan.
22 Bab 22. Perebutan Gambar Kayana.
23 Bab 23. Suami Kayana?
24 Bab 24. Kue Brownis dan Sorbet
25 Bab 25. Rencana Jahat Melisa
26 Bab 26. Peperangan Dua Gadis Cantik
27 Bab 27. Ciuman Pertama
28 Bab 28. Menunggu Ren Pulang.
29 Bab 29. Jasmine diusir(?)
30 Bab 30. Jasmine dan Ren
31 Bab 31. Perempuan Gila.
32 Bab 32. Ciuman Singkat.
33 Bab 33. Kayana dan Jasmine
34 Bab 34. Pertemuan Jasmine dan Raka
35 Bab 35. Ren Kecelakaan?!
36 Bab 36. Ramuan Raka.
37 Bab 37. Ciuman Ketiga.
38 Bab 38. Eleena Si Gadis Gila.
39 Pengumuman!
40 Bab 39. Pasangan yang cocok?
41 Bab 40. Semakin dekat.
42 Bab 41. Ren Cemburu?
43 Bab. 42. Melisa berulah lagi.
44 Bab 44. Ren Cemburu Lagi.
45 Pengumuman Libur.
46 Bab 44. Membaiknya Hubungan Kakak Adik.
47 Bab 45. Api Cemburu Semakin Berkorbar.
48 Bab 46. Mulai membaik
49 Bab 47. White Wine
50 Bab 48. Titik terang pertama
51 Bab 49. Sadar akan perasaan masing-masing?
52 Bab 50. Jasmine semakin menjadi.
53 Bab 51. Pengakuan.
54 Bab 52. Tamat
55 Karya Baru
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Bab 1 : Menikah?
2
Bab 2 : Adik sepupu Ren.
3
Bab 3. Malam pertama?
4
Bab 4. CEO Muda
5
Bab 5. Seenaknya sendiri
6
Bab 6. Permintaan Tak Terduga
7
Bab 7. Kisah Secangkir Kopi.
8
Bab 8. Makan Siang Bersama.
9
Bab 9. Aneh.
10
Bab 10. Buah Surga dan Aura Jahat
11
Bab 11. Makan malam.
12
Bab 12. Martin dan Marta.
13
Bab 13. Pertolongan Pertama.
14
Bab 14. Attaraka Yudha.
15
Bab. 15. Si Pengganggu.
16
Bab 16. Suasana IGD.
17
Bab 17. Berubah dan tidak berubah.
18
Bab 18. Jasmine Sakit?
19
Bab 19. Makan Malam Bersama Jasmine
20
Bab 20. Peresmian Gedung Galeri.
21
Bab 21. Pertemuan Dua Lelaki Tampan.
22
Bab 22. Perebutan Gambar Kayana.
23
Bab 23. Suami Kayana?
24
Bab 24. Kue Brownis dan Sorbet
25
Bab 25. Rencana Jahat Melisa
26
Bab 26. Peperangan Dua Gadis Cantik
27
Bab 27. Ciuman Pertama
28
Bab 28. Menunggu Ren Pulang.
29
Bab 29. Jasmine diusir(?)
30
Bab 30. Jasmine dan Ren
31
Bab 31. Perempuan Gila.
32
Bab 32. Ciuman Singkat.
33
Bab 33. Kayana dan Jasmine
34
Bab 34. Pertemuan Jasmine dan Raka
35
Bab 35. Ren Kecelakaan?!
36
Bab 36. Ramuan Raka.
37
Bab 37. Ciuman Ketiga.
38
Bab 38. Eleena Si Gadis Gila.
39
Pengumuman!
40
Bab 39. Pasangan yang cocok?
41
Bab 40. Semakin dekat.
42
Bab 41. Ren Cemburu?
43
Bab. 42. Melisa berulah lagi.
44
Bab 44. Ren Cemburu Lagi.
45
Pengumuman Libur.
46
Bab 44. Membaiknya Hubungan Kakak Adik.
47
Bab 45. Api Cemburu Semakin Berkorbar.
48
Bab 46. Mulai membaik
49
Bab 47. White Wine
50
Bab 48. Titik terang pertama
51
Bab 49. Sadar akan perasaan masing-masing?
52
Bab 50. Jasmine semakin menjadi.
53
Bab 51. Pengakuan.
54
Bab 52. Tamat
55
Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!