Setibanya di depan gedung apartemen, Kayana bergegas menuju lift dan menekan tombol bertuliskan angka lima belas. Tak lupa ia membawa tas ransel kesayangannya yang berisi peralatan medis standar. Terlihat napas gadis itu tersengal-sengal layaknya seseorang yang baru saja selesai tanding maraton. Kayana mencoba menenangkan diri dengan mengatur napas perlahan. Ketika pintu lift terbuka, Kayana kemudian melangkahkan kaki jenjangnya ke unit milik sang adik ipar.
"Jasmine?" panggil Kayana mencari keberadaan gadis berusia delapan belas tahun tersebut.
Hening. Tidak ada yang menyahut. Kayana pun melangkahkan kakinya masuk lebih dalam mencari Jasmine. Dilihatnya satu persatu ruangan yang ada di apartemen adik iparnya. Kemudian langkah kakinya terhenti di depan sebuah pintu berwarna abu-abu yang tertutup. Dengan segera Kayana membuka pintu tersebut, dan benar saja Jasmine ada di sana. Kayana menghampiri tubuh Jasmine, tampak peluh keringat keluar dari tubuh gadis cantik itu.
"Hey, Jasmine? Kamu dengan kakak?" Kayana menepuk pelan pipi Jasmine.
Tidak ada respon yang jelas, hanya terdapat rintihan pelan dari bibir pucat tersebut. Tanpa berpikir lama, Kayana kemudian membuka tas ransel berwarna hitam yang tadi ia bawa dan mengeluarkan berbagai alat medis miliknya. Lalu Kayana membenarkan posisi Jasmine agar dirinya bisa melakukan pemeriksaan.
"Apakah kamu memiliki gerd atau sejenisnya?" Kayana melepaskan stetoskop miliknya.
Jasmine mengangguk pelan, walaupun gadis itu tidak bisa berbicara dengan jelas setidaknya ia masih bisa merespon pertanyaan Kayana. Kayana menghela napas, lalu Kayana bertanya pada Jasmine dimana ia menyimpan obat miliknya.
"D-di a-tas meja r-rias," ucap Jasmine terbata-bata.
Kayana kemudian beranjak dari posisinya dan mencari obat yang dimaksud Jasmine. Tak lupa ia juga mengambil segelas air putih. Setelahnya, Kayana mendudukkan Jasmine dan membantu adik iparnya itu untuk meminum obatnya.
"Sekarang kamu istirahat terlebih dahulu," perintah Kayana yang hanya diangguki oleh Jasmine.
Dirasa keadaan sudah cukup aman, Kayana pun memilih untuk keluar dari kamar Jasmine dengan maksud membiarkan gadis itu untuk beristirahat. Diedarkan pandangan Kayana ke seluruh penjuru ruang tengah apartemen Jasmine dan satu hal yang Kayana dapati yaitu Jasmine memiliki persamaan dengan Ren. Keduanya sama-sama menyukai warna putih. Ini terlihat jelas dari interior di seluruh ruangan pasti terdapat unsur warna putih yang cukup mendominasi. Kayana menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. Setelah puas, Kayana kemudian duduk di salah satu sofa dan membuka ponsel pintar miliknya bermaksud memastikan apakah ada balasan dari Ren. Benar saja, terdapat dua pesan masuk dari Ren.
"Bagaimana bisa?Aku akan menyusulmu." tulis Ren.
Kayana tidak membalas pesan yang dikirimkan sang suami. Gadis cantik itu merasa cukup lelah, seharian ini dirinya menjadi sangat sibuk. Kayana melirik jam yang terpajang di dinding, ternyata sudah waktunya untuk makan malam.
"Apa sebaiknya aku menyiapkan makan malam ya?" monolohnya.
Gadis cantik itu melangkahkan kakinya menuju area dapur. Diperhatikannya semua bahan makanan yang ada di dalam lemari pendingin. Kayana mendengus kesal ketika mendapati hanya ada beberapa jenis sayuran seperti jagung, wortel, dan daun bayam, serta beberapa butir telur ayam.
Kayana memejamkan kedua matanya, ia mencoba mencari resep-resep menu yang ia ketahui dengan bahan-bahan tersebut. Senyuman terukir jelas di wajah gadis bernama lengkap Kayana Daya Darmawan ketika ia berhasil menemukan satu resep makanan yang cocok dengan bahan-bahan tersebut.
"Ah ... Benar, bubur Manado. Cocok untuk Jasmine yang sedang sakit," ucapnya.
Perlahan gadis itu mengeluarkan semua bahan makanan dan peralatan yang ia butuhkan. Dengan lihai Kayana memotong-motong wortel dan jagung lalu mencucinya. Tak lupa ia mencuci beras sebelum ia masukkan ke dalam panci. Setelah semua bahan siap, Kayana langsung memasukkan semua bahan tersebut ke dalam satu panci dan memberinya beberapa bumbu seperti garam dan penyedap. Karena asyik memasak, Kayana tidak sadar jika Ren sudah datang. Seluas senyum mengembang di wajah Ren saat melihat Kayana memasak.
"Sepertinya kamu lebih cocok menjadi koki dibandingkan menjadi dokter, Kay," tegur Ren yang membuat Kayana sedikit terkejut.
Lelaki itu kemudian menghampiri Kayana dan memperpendek jarak. Kayana yang sadar pun tersenyum. Gadis itu mengayunkan tangannya seolah meminta Ren untuk segera mendekat.
"Benarkah?" tanya Kayana.
"Ya, jadi apakah kamu mau menjadi koki pribadiku?" goda Ren.
Tanpa dikehendaki, pipi Kayana merona. Tak ingin terlihat salah tingkah, Kayana pun meminta Ren untuk membantunya mengambilkan piring dan meletakannya di atas meja makan. Sedangkan Kayana membawa semangkuk bubur dan segelas air putih lalu berjalan meninggalkan Ren menuju kamar Jasmine. Sesampainya di kamar Jasmine, dokter cantik itu lantas membangunkan sang pasien.
"Jasmine, ayo bangun. Setidaknya kamu harus makan." Kayana menggoyangkan tubuh Jasmine.
Jasmine yang merasa terusik mau tidak mau pun terbangun. Samar-samar ia melihat sang kakak ipar yang sudah duduk di sampingnya. Gadis itu mengusap kedua matanya seolah tidak yakin jika perempuan cantik itu benar kakak iparnya.
"Ada apa? Kamu tidak ingat jika kamu menghubungi kakak tadi? Bahkan kamu yang menyebutkan alamat dan password rumahmu," jelas Kayana tersenyum.
Jasmine tidak sadar jika telah menghubungi sang kakak ipar, karena biasanya ia hanya akan menghubungi kakak sepupunya itu dan berakhir dengan kedatangan sekretaris bernama Oleander. Gadis berparas cantik tetapi sedikit pucat itupun tersenyum kikuk.
"Kay, mengapa lama sekali?" Ren berjalan memasuki kamar Jasmine.
Ucapan Ren sontak membuat Jasmine dan Kayana mengalihkan pandangannya. Jasmine memandang Ren tak percaya, setelah sekian banyak panggilan yang ia lakukan, ini pertama kalinya sang kakak sepupu mau datang.
"Apa yang kamu lakukan, Ren?" tegur Kayana.
Lelaki itu menyebik kesal. Ia hanya merasa lapar dan ingin segera makan. Bukankah Kayana tadi mengatakan hanya mengantarkan bubur milik Jasmine, lalu mengapa sangat lama?
"Kak Ren?" ucap Jasmine lirih, tetapi Kayana dan Ren dapat mendengarnya.
Lelaki itu hanya berdeham pelan. Ia tidak ingin menanggapi lebih jauh. Ingat hubungan mereka berdua tidak bisa dikatakan akur. Sehingga, Ren selalu memasang tembok ketika berhubungan dengan Jasmine. Sedangkan Jasmine selalu mencari cara untuk sekadar menghubungi kakak sepupu satu-satunya itu.
"Jika kamu masih lama, aku makan duluan saja," putus Ren sembari berjalan keluar.
Kayana merasa kesal dengan tingkah Ren, laki-laki itu sangat kekanak-kanakan. Kayana menatap Jasmine, ada rasa tidak enak ketika melihat wajah gadis cantik itu menjadi sendu.
"Dasar Ren, bodoh. Padahal Jasmine hanya ingin dekat dengannya," gerutu Kayana dalam hati.
Jasmine yang sejak tadi diam pun bergerak, kedua tangannya menyentuh tangan kanan Kayana. Dengan sedikit malu-malu, Jasmine mengatakan jika ia ingin makan malam bersama di meja makan. Awalnya Kayana menolak, karena kondisi Jasmine belum benar-benar pulih. Namun, gadis itu memohon dengan memasang wajah melas yang membuat Kayana luluh.
"Kak, makan sendirian itu tidak enak. Kakak tidak mungkin membiarkan itu kepadaku, kan?" tanya Jasmine.
Jasmine pu akhirnya mengangguk tanda setuju, Darmawan bersaudara ini sama-sama keras kepala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
🦋
Apa jasmine suka sama ren?
2023-11-09
0