Acara selesai sekitar pukul tiga sore dan dilanjutkan dengan acara ramah tamah bersama mempelai pengantin. Para tamu pun menikmati berbagai jenis hidangan yang telah disiapkan. Alih-alih mengikuti sang suami, Kayana memilih untuk duduk di kursi pengantin. Gadis yang saat ini sudah sah menjadi nyonya muda dari keluarga Darmawan itu enggan bergabung dengan suaminya untuk sekadar menyapa dan menemui beberapa rekan bisnis. Dari kursi tersebut, Kayana dapat melihat sisi lain yang tidak pernah ia lihat dari laki-laki bernama Ren Nugra Darmawan sebelumnya. Suaminya itu tampak sangat tampan saat tersenyum, walau terlihat lelah tetapi Ren masih bisa meladeni beberapa tamu yang mengajaknya bicara.
“Nyonya Kayana. Tuan muda berpesan jika Anda lelah, Anda diperbolehkan untuk kembali ke kediaman terlebih dahulu,” ucap gadis yang beberapa hari ini sudah menjadi asisten pribadinya.
"Aku akan tetap menunggunya di sini. Akan terlihat tidak bagus jika aku meninggalkannya sendirian di hari pernikahan kami, bukankah begitu Vio?” jawab Kayana menatap gadis berjas putih di depannya.
Vio yang mendengar jawaban Kayana mengangguk mengerti. Lalu gadis itu pamit undur diri dari samping Kayana. Beberapa menit sudah berlalu dan kini Kayana sudah merasa bosan karena gadis cantik itu hanya duduk tanpa melakukan sesuatu. Berbeda dengan sang suami yang memiliki tamu-tamu penting, dirinya tidak memiliki tamu undangan karena memang Kayana tidak berniat mengundang siapa pun dalam pernikahannya ini. Sehingga, ia tidak perlu menyapa siapa pun. Sejujurnya gadis itu ingin segera kembali ke rumah untuk beristirahat, tetapi sepertinya Ren belum selesai dengan urusannya.
“Kakak ipar!” sapa gadis cantik yang berusia sekitar delapan belas tahun itu.
Gadis cantik bergaun warna baby blue itu berjalan menghampiri Kayana yang tengah duduk santai di atas pelaminan.
“Oh, Jasmine. Ada apa?” tanya Kayana penasaran.
Jasmine Tania Darmawan, satu-satunya sepupu dari Ren Nugra Darmawan. Ia merupakan putri semata wayang dari Melisa Darmawan, adik perempuan ayah Ren Nugra. Kayana sedikit banyak tahu jika hubungan Ren dengan adik sepupu dan bibinya itu tidak cukup dekat, hingga Ren meminta dirinya untuk tidak terlalu dekat ataupun terlibat sesuatu dengan mereka berdua.
Ren yang sejak awal diam-diam memperhatikan Kayana berbincang dengan Jasmine pun kemudian pamit undur diri dari para tamu. Setelah terlepas dari para tamu tersebut, laki-laki bersurai hitam itu berjalan mendekati posisi Kayana. Dengan cepat ia merangkul pinggang istrinya bermaksud memonopoli.
“Sayang, apakah kamu lelah? Ayo kita pulang.” Ren mengeratkan pelukannya pada sang istri.
“Sa... Sayang?” jawab Kayana sedikit tergagap. Dirinya tidak menyangka jika Ren akan memanggilnya dengan sebutan itu.
“Karena kita sudah bersiap sejak kemarin, sudah pasti kamu lelah. Bahkan, kita berdua kekurangan waktu untuk tidur. Jadi bagaimana jika kita pulang sekarang?” tanya Ren sedikit memberi kode pada Kayana.
Kayana bukanlah gadis bodoh yang tidak tahu apa-apa. Sebagai lulusan kedokteran dari salah satu universitas terbaik di Jakarta, hal seperti itu sangat mudah ia pahami. Gadis itu pun tersenyum canggung, memang dirinya bukan gadis bodoh, hanya saja dirinya juga tidak terbiasa dengan skinship yang dilakukan oleh Ren secara tiba-tiba itu.
“Kak Ren ini ada masalah apa sih? Mengapa harus terburu-buru? Aku bahkan baru sebentar berbincang dengan kakak ipar.” Jasmine meraih tangan kiri Kayana.
Melihat lengan kiri Kayana yang ditarik oleh sang adik sepupu, Ren kemudian menarik tubuh Kayana merapat lebih dekat.
“Apa yang kamu lakukan? Lepaskan tanganmu dari istriku,” tukas Ren sembari melepaskan tangan Jasmine yang berada di lengan Kayana.
Jasmine yang mendengar ucapan Ren hanya tersenyum remeh. Gadis kecil itu tidak merasa takut dengan gertakan sang kakak sepupu. Mereka berdua saling adu tatap menyisakan Kayana di tengah. Bahkan, jika tatapan bisa membunuh, mungkin saja Kayana yang berada di antara mereka akan terbunuh. Perang sengit yang Jasmine lancarkan mendapat respons positif dari Ren. Kedua cucu Darmawan itu sudah siap menerkam satu sama lain dengan taring dan cakarnya masing-masing.
Kayana yang berada di posisi terjepit itu kemudian melepaskan tangan kirinya dari Jasmine dan mendorong Ren sedikit ke belakang. Ia tidak mau menjadi tontonan orang banyak, terlebih karena permasalahan sepele seperti ini.
“Jasmine, terima kasih. Mungkin lain kali, ya? Hari ini aku dan Ren sangat lelah. Aku mohon pengertiannya,” ungkap Kayana halus agar Jasmine tidak merasa tersinggung.
“Baiklah kak, aku akan tunggu kabar baiknya. Oh iya kak, jika kakak ipar butuh bantuan jangan sungkan untuk menghubungiku. AKU AKAN SIAP MEMBANTU KAKAK,” ucap Jasmine sedikit meledek sang kakak sepupu kemudian berlalu menuruni panggung.
Ren yang mendapatkan perlakuan seperti itu merasa tidak terima, “Kurang ajar. Awas saja kamu. Beraninya meledekku,” umpatnya dalam hati.
Kayana pun tersenyum sebagai jawaban dari permintaan sang adik ipar. Namun, dirinya tidak berniat mengiyakan permintaan itu juga. Hanya sebatas sopan santun saja, selain itu ia juga sadar bahwa Ren tidak akan suka jika dirinya berhubungan lebih jauh dengan Jasmine.
Sebenarnya menurut Kayana sendiri, Jasmine adalah gadis yang baik dan lucu. Mungkin dikarenakan posisinya yang berada di antara Ren dan sang ibu, membuat dirinya sedikit canggung bahkan cenderung enggan untuk berinteraksi dengan Ren. Begitu pula dengan Ren yang terkesan selalu memasang pagar pembatas, hal ini dikarenakan laki-laki tampan tersebut tidak memiliki hubungan baik dengan sang bibi. Sepertinya saat ini Kayana paham alasan sinetron Indonesia yang mengusung tema warisan dan sejenisnya selalu memiliki episode panjang.
“Ayo kita pulang. Ada hal yang perlu kita bahas setelah ini,” ucap Ren singkat.
Kayana yang berada di belakang Ren pun berjalan cepat menyesuaikan langkah kaki sang suami. Dirinya sedikit kesal karena Ren tidak menggandeng dirinya layaknya sepasang pengantin baru, “Apa-apaan itu? Lihatlah tadi saja dirinya memelukku rapat-rapat dan sekarang malah meninggalkanku begitu saja,” gerutu Kayana.
Ren menyadari jika Kayana sedikit kesulitan berjalan karena gaunnya yang cukup berat pun melambatkan langkah kakinya menyamakan dengan langkah Kayana. Setelah sejajar dengan posisi Kayana, Ren lalu membantu sang istri mengangkat ekor gaun yang menjuntai di belakang. Kayana sendiri sempat terdiam, dirinya tidak menyangka jika Ren akan melakukan hal tersebut. Setelah sadar, Kayana sedikit menyunggingkan sudut bibirnya dan kembali melangkah dengan nyaman.
“Terima kasih,” ucap Kayana saat Ren membukakan pintu mobil berwarna hitam yang telah terparkir rapi di depan lobby gedung yang menjadi tempat resepsi pernikahan mereka.
“Cepatlah sedikit, aku sudah sangat lelah,” balas Ren sedikit berbisik.
Kayana yang mendengar ucapan dari Ren kemudian memasuki mobil tersebut. Tangan Ren mengulur di atas kepala Kayana, bermaksud agar bagian tubuh gadis yang sudah sah menjadi istrinya itu tidak terbentur. Walaupun terlihat dingin namun ternyata Ren adalah sosok laki-laki yang tsundere. Kayana tertawa pelan membayangkan hal kecil tersebut. Setidaknya pernikahan ini tidak buruk menurut Kayana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments