Di ruangan bernuansa putih dengan sedikit aksen emas kecoklatan inilah ketiga anak manusia berkumpul. Ketiga orang tersebut adalah Ren, Kayana, dan Jasmine. Ya, Jasmine berhasil merayu sang kakak ipar agar diizinkan untuk makan malam bersama mereka berdua. Walaupun kondisinya masih sedikit sakit, tetapi gadis itu memaksa.
"Bukannya kamu sakit, mengapa tidak makan di kamar saja? Membuat susah orang saja," ucap Ren.
Pertanyaan itu sontak membuat Kayana menendang kaki kiri Ren yang membuat lelaki itu melayangkan pandangan ke arah istri cantiknya itu. Kayana tidak habis pikir dengan pertanyaan itu, walaupu lelaki itu tidak akur dengan sang adik tetapi tidak seharusnya ia melontarkan pertanyaan tanpa memikirkan perasaan sang adik terlebih kondisi Jasmine baru saja pulih. Kayana menggelengkan kepalanya pasrah.
"Memangnya aku harus meminta izin dari kakak? Inikan rumahku, jadi terserah padaku, bukan?" balas Jasmine.
Jawaban dari Jasmine membuat Kayana memejamkan matanya erat. Astaga, mereka berdua sama saja. Tidak bisakah, kali ini mereka makan malam dengan tenang tanpa ada pertikaian tidak jelas seperti ini. Kayana seperti terjebak dalam pertarungan Tom and Jerry.
"Sepertinya kamu sudah sehat." Ren mencincingkan mata kanannya melirik Jasmine.
"Ya, berkat Kak Ana," jawab Jasmine enteng.
Kayana hanya dapat terdiam melihat itu semua, ia tahu jika dirinya tidak mampu mengendalikan mereka berdua. Namun, gadis cantik yang berprofesi sebagai dokter itu sudah tidak tahan. Hari ini dirinya sudah banyak mengalami kejadian, dan kini Kayana hanya ingin menikmati makan malam dengan tenang.
"KALIAN! MAKAN MAKANAN KALIAN SEKARANG ATAU AKU AMBIL PIRING KALIAN BERDUA!" ancam Kayana.
Kayana mengucapkan kalimat tersebut dengan santai tetapi penuh penekanan. Ren dan Jasmine menatap Kayana terkejut, mereka tidak mengira Kayana akan bersikap seperti itu. Biasanya gadis itu hanya akan diam dan menganggap ocehan mereka berdua sebagai angin lalu. Tak ingin membuat Kayana lebih emosi, mereka pun memilih melanjutkan makan malam dengan tenang. Akhirnya keadaan menjadi lebih tenang, tanpa disadari oleh Ren dan Jasmine, Kayana tersenyum tipis. Ternyata bukan hal yang sulit untuk melerai mereka berdua.
Setelah selesai dengan makan malam, Kayana dan Ren pun pamit untuk pulang. Awalnya Jasmine merengek meminta Kayana untuk menginap saja di apartemennya, toh jarak rumah sakit dan apartemen Jasmine lebih dekat dibandingkan dengan rumah milik Ren. Namun, Ren menolak. Laki-laki itu bahkan mengancam Jasmine akan mengadukannya kepada sang kakek dan tentunya ancaman itu membuat Jasmine menyerah. Jika Ren mengadukannya kepada sang kakek, alih-alih membantunya sang kakek pasti akan memarahinya dan menyuruhnya untuk pulang ke rumah saja. Jasmine mendengus kesal, lagi-lagi dirinya kalah dari sang kakak sepupu.
"Jasmine, kapan-kapan kakak akan menginap. Tapi tidak sekarang, ya?" ucap Kayana ketika menyadari ada perubahan di wajah gadis kecil itu.
"Tidak, kamu tidak akan menginap di sini," bantah Ren.
Kayana menatap tajam Ren, sungguh ingin sekali ia melemparkan lelaki yang resmi menjadi suaminya itu dari jendela apartemen. Ren yang merasa ditatap pun membalas tatapan Kayana dengan tatapan mengejek. Astaga Ren, laki-laki itu benar-benar tidak mau mengalah. Kayana mengalihkan pandangannya ke arah gadis di depannya. Dengan senyum manis, Kayana mengusap puncak kepala Jasmine lembut.
"Itu berarti kamu bisa menginap di rumah kami kapan pun Jamine mau. Kakakmu malu untuk mengucapkannya," ucap Kayana.
Ren menatap Kayana meminta penjelasan. Laki-laki itu tidak habis pikir dengan ucapan istri cantiknya itu. Sedangkan Jasmine menatap Ren dengan tatapan memelas yang membuat Ren membuang muka.
"Benarkah? Baiklah, kapan-kapan aku akan menginap," sahut Jasmine semangat.
Kayana mengangguk pelan, setelahnya mereka pun pamit dan mereka berdua berjalan beringinan menuju lift. Setibanya di depan pintu berbahan besi itu, Ren segera menekan tombol ke bawah. Selagi menunggu pintu terbuka, Ren dan Kayana sedikit mengobrol.
Ren melayangkan protes kepada Kayana atas ucapan Kayana tadi. Dirinya tidak suka Kayana terlalu ikut campur dalam urusan keluarganya, terlebih jika itu berhubungan dengan adik sepupunya. Kayana yang mendengar protes dari Ren hanya tersenyum kecil. Selama tinggal bersama dan menjadi bagian dari keluarga Darmawan, Kayana memahami satu hal yang menjadi ciri khas mereka semua. Gengsi. Ya, terutama Jasmine dan Ren. Jika diperhatikan lebih jauh, mereka berdua sebenarnya ingin mendekat satu sama lain. Namun, mungkin permasalahan dengan sang bibi membuat mereka sulit berbaur.
"Kamu tahu Kay, mata-mata bibi itu sangat banyak. Ia tidak akan mengizinkan Jasmine dekat dengan kita," ucap Ren.
"Maksudnya?" tanya Kayana.
Tetapi Ren tidak menjelaskan lebih lanjut membuat Kayana semakin penasaran dengan masalah di antara mereka semua. Kayana pun memilih diam tidak melanjutkan pertanyaannya lagi, menurutnya Ren akan menceritakannya saat lelaki itu sudah percaya padanya. Bukan hal yang aneh jika Ren belum bisa terbuka penuh
mengingat Kayana dan Ren hanya menikah secara kontrak. Namun, Kayana berharap Ren bisa membagi permasalahannya dengan Kayana, karena bagaimanapun mereka tetaplah suami istri yang sah.
"Ren, kamu tidak membawa mobil lagi?" tanya Kayana saat melihat laki-laki itu mengikuti langkahnya.
Ren mengangguk pelan. Lagi dan lagi, Kayana menatap malas laki-laki tersebut. Sepertinya Ren adalah orang yang sangat suka menumpang padanya, entah sudah berapa kali laki-laki itu tidak membawa mobil mahalnya dan jika ditanya tentang alasannya selalu saja malas menjadi jawabannya.
"Jual saja kalau begitu," sindir Kayana.
Laki-laki yang kini sudah duduk di kursi pengemudi pun tersenyum. Dirinya benar-benar menyukai wajah Kayana yang sedang sebal. Menurutnya ekspresi yang dikeluarkan Kayana sangatlah lucu.
"Benar-benar lelaki aneh," batin Kayana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments