"Selamat datang," ucap salah satu pegawai restoran saat melihat Kayana dan Raka berjalan melewati pintu. Kayana yang mendengar sapaan hangat itu pun tersenyum.
"Sudah lama tidak bertemu dokter Raka," lanjut pegawai itu menyadari ada sosok yang tidak asing untuknya.
Mendengar itu, Raka dan Kayana saling melempar pandangan dan tertawa. Ya, restoran yang mereka datangi adalah restoran milik Martin, jadi bukan hal aneh jika mereka bertiga saling kenal satu dengan yang lain. Karena jam makan siang sudah lewat, kondisi restoran pun sedikit sepi. Sehingga, mereka bertiga dapat sedikit berbincang sembari memilih menu makanan dan minuman.
"Kapan Anda tiba, dokter Raka?" tanya Martin penasaran.
"Beberapa hari yang lalu," Raka tersenyum ramah.
Puas berbincang dengan Martin, Kayana dan Raka memilih untuk memesan menu. Gadis cantik itu memilih mix platter dan jus jeruk untuk dipesan, sedangkan Raka memilih nasi goreng seafood dan forest berry tea. Setelah adegan berebut bayar yang akhirnya dimenangkan oleh Raka, mereka pun berjalan ke meja yang biasa digunakan oleh Kayana.
Setibanya mereka di meja yang kosong tersebut, Kayana kemudian mengambil posisi duduk berhadapan dengan Raka. Awalnya Raka sempat terkejut dengan tindakan Kayana, karena dahulu baik Raka maupun Kayana selalu memilih untuk duduk berdampingan. Namun, ternyata waktu membuat semuanya berubah.
"Tempat ini sydah banyak berubah ya, Kay?" tanya Raka mengawali pembicaraan.
Kayana yang sejak tadi fokus dengan pemandangan di luar jendela pun berdeham sebagai jawaban. Gadis itu begitu menikmati lalu lalang kendaraan yang ada. Mendengar hanya dehaman yang keluar dari mulut gadis di depannya membuat Raka mengikuti ke arah pandangan Kayana.
"Tapi ada satu hal yang jelas tidak berubah Kay," ucapan Raka terjeda karena Martin datang mengantarkan minuman milik mereka.
Dengan senyum menggoda, Martin memberi kode kepada Raka. Tampaknya pria itu sudah mengerti tentang seluk belum di antara dua dokter tersebut. Selesai mengantarkan minuman, Martin pun kembali ke dapur.
Setelah kepergian Martin, Kayana meminum minumannya dan kemudian mengangguk-anggukan kepala sebagai tanda dirinya puas. Raka yang melihat itu pun tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Lelaki tampan bernama lengkap Attaraka Yudha itu tak menyangka jika temannya ini masih sama saja.
"Apa yang tidak berubah, Ka?" tanya Kayana.
"Kamu." Raka menatap lekat gadis di depannya.
Kayana tidak mengerti arti jawaban yang dilontarkan oleh Raka, tetapi entah mengapa pipinya terasa sedikit panas. Oh tidak, mata mereka bertemu membuat perasaan senang datang menghampiri hati Kayana ketika lelaki tampan itu menatapnya lekat. Kayana mencoba mengendalikan perasaannya, dirinya tidak mau terlihat salah tingkah di hadapan Raka.
Dihirupnya napas dalam-dalam lalu ia hembuskan perlahan. Setelah berhasil mengendalikan perasaannya, gadis itu kembali menatap lelaki bersurai kecoklatan tersebut. Memang wajahnya masih tetap tampan seperti sebelumnya, tetapi Kayana menyadari jika wajah lelaki tersebut tampak lebih dewasa.
"Semua pasti akan berubah Raka. Bahkan, kamu sendiri pun sudah banyak berubah." Kayana kembali meminum jus jeruk favoritnya.
Raka mengangguk setuju, walaupun tidak sepenuhnya setuju tetapi memang ada benarnya. Banyak hal di dunia ini akan berubah seiring dengan berjalannya waktu.
"Tapi, perasaanku belum berubah Kay. Bahkan, nomor teleponku juga masih sama." Raka meraih tangan kiri Kayana.
Kayana jelas terkejut dengan tindakan Raka, ia masih tidak menyangka jika Raka menjadi lebih agresif dan ekspresif seperti ini. Memang Raka yang dikenal Kayana adalah sosok lelaki baik hati, hangat, dan penuh perhatian. Namun, lelaki itu tidak pernah sekali pun berani mengutarakan isi hatinya segampang itu.
"Apa kamu tahu, Kay? Aku selalu menunggu kabar dari dirimu. Tapi selalu nihil," lanjutnya.
Kayana hanya diam membiarkan laki-laki di depannya itu menyelesaikan ucapannya. Ia tahu jika Raka yang seperti ini tidak ingin ucapannya dipotong. Selain itu, ia juga ingin tahu lebih lanjut hal apa yang akan laki-laki tampan itu utarakan.
"Aku merindukanmu, Kay. Sangat rindu bahkan." Raka menghela napas.
Tampaknya Raka sudah selesai dengan ucapannya. Setelah hanya berdiam, akhirnya Kayana mulai berbicara. Banyak hal yang sebenarnya ingin ia tanyakan kepada lelaki di depannya ini. Bagaimana keadaannya? Bagaimana kabar keluarganya? Bagaimana rasanya melanjutkan *stud*y di negeri orang? Namun, mulut Kayana hanya mampu mengeluarkan beberapa kata.
"Mengapa kamu pergi tanpa pamit? Bahkan, aku mengetahuinya dari orang lain. Bukankah kita adalah teman dekat?" Kayana menarik tangan kirinya hingga terlepas dari genggaman tangan kanan Raka.
Pertanyaan itu cukup mengejutkan untuk Raka. Lelaki itu tahu jika Kayana akan menanyakan hal tersebut, tetapi ia tidak mengira jika hari itu adalah harinya. Sebelum menjawab pertanyaan dari Kayana, Raka meminum minumannya terlebih dahulu. Berharap minuman tersebut dapat mengurangi rasa bingung yang tengah melanda laki-laki tersebut. Setelah sedikit tenang, akhirnya Raka membuka suara. Namun, sebelum berhasil mengatakan satu kata tiba-tiba saja dering telepon milik Kayana berbunyi. Dengan cepat Kayana mengangkat panggilan tersebut.
"Halo, iya Jasmine?" sahut Kayana.
"Kak, apakah kamu ada di rumah?" suara seorang gadis terdengar menahan sakit di seberang sana.
"Tidak, aku sedang di luar. Ada apa?" jawab Kayana.
Tubuh Kayana menegang ketika mendengar penjelasan dari sang adik ipar. Ekspresi yang tergambar jelas di wajah gadis cantik itu membuat Raka menjadi penasaran.
"Kamu tenang ya, kakak akan segera ke sana." Kayana memutuskan panggilan tersebut.
Pandangan gadis itu kemudian beralih pada Raka yang tengah menatapnya bingung. Ingin sekali menjelaskan, tetapi Kayana tidak memiliki waktu. Ia harus bergegas menuju kediaman sang adik ipar.
"Raka maaf aku ada urusan mendadak. Kita lanjutkan lain kali," ucap Kayana sembari beranjak dari mejanya.
Raka ingin sekali mengantar gadis tersebut, ia khawatir dengan keadaan Kayana karena wajah Kayana sangat menggambarkan jika sesuatu yang buruk telah terjadi. Namun, Kayana menolak dengan alasan dirinya membawa kendaraan sendiri. Sehingga ia tidak perlu di antar, lagi pula ia tidak tahu harus menjawab apa jika Raka bertanya siapa gadis itu. Martin yang sempat berpapasan dengan Kayana pun terheran, lelaki itu kemudian menghampiri Raka yang berdiri mematung menatap kepergian Kayana.
"Ada apa dokter? Mengapa dokter Kayana terlihat buru-buru?" tanya Martin penasaran.
Mendengar itu, Raka hanya menghendikkan bahu. Dirinya sendiri juga tidak tahu alasan dan ke mana gadis cantik itu akan pergi. Tanpa berlarut dengan rasa penasaran, Raka memilih kembali menduduki dirinya dan menyantap nasi goreng yang baru saja di antar oleh Martin. Sedangkan Martin memilih duduk menemani Raka yang menyantap makanannya dengan lesu.
"Tenang dokter, masih banyak kesempatan lain," ujar Martin penuh semangat yang mendapat tatapan malas dari Raka.
"Benar, masih ada waktu untuk memperbaiki semuanya," gumam Raka dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments