Kini Naura dan lelaki itu telah tiba di kosan Naura. Naura hendak turun dari mobil nya, namun kaki nya benar-benar sakit dan ia tak kuat untuk berjalan.
"Udah, diem di situ," ucap datar lelaki itu yang kini keluar dari mobil, lalu setelah itu ia langsung kembali menggendong Naura.
"Kosan kamu yang mana?" tanya lelaki itu.
"Itu yang di atas," tunjuk Naura ke kosan yang berlantai dua itu.
Lelaki itu kini menggendong Naura menaiki anak tangga, dan Naura merasa kasihan dengan orang yang berbaik hati ini.
"Udah deh saya turun, Om pasti berat," ucap Naura, namun lelaki itu tidak menggubris nya, hingga mereka pun tiba di depan pintu kamar kosan Naura.
Naura kini turun untuk membuka pintu kosan nya dan untung saja Naura tidak membawa kunci itu dalam tas nya. Karena ia menyembunyikan kunci nya di bawah keset-an.
"Ada-ada aja, nih anak," ucap lelaki itu ketika Naura mengambil kunci di bawah keset-an.
"Aww... Ishh," ringis Naura ketika ia akan berjalan memasuki kosan nya.
Dengan sigap lelaki itu memapah Naura untuk berjalan masuk ke dalam kosan, dan di bawah terlihat 2 orang pria paru baya sedang mengawasi mereka.
"Tuhkan udah saya bilang, pasti mereka masuk kosan terus mau ngelakuin sesuatu di sana," ujar salah satu pria paru baya itu.
"Ayo kita bangunkan penghuni kosan buat menggerebek mereka," ajak pria yang satu nya.
"Kayak nya jangan dulu, kalau udah terbukti baru kita ajak penghuni kosan buat nge gerebek mereka," usul pria yang satu nya.
"Yaudah, ayo kita intip ke depan pintu kosan nya," ajak pria itu, lalu mereka pun menaiki anak tangga untuk ke depan pintu kosan Naura.
Di dalam kosan kini Naura berbaring di atas ranjang, sedangkan lelaki tadi sedang berada di dalam kamar mandi.
Tak berselang lama, kini lelaki itu keluar dari kamar mandi dan ia melihat Naura sedang memijati kaki nya.
"Jangan mijit sembarangan, nanti kaki kamu makin sakit parah," ucap lelaki itu kepada Naura.
"Terus gimana dong. Saya kan besok harus sekolah, kalau gak bisa jalan gimana," ucap Naura yang langsung menangis.
"Malah nangis, nih anak," ucap lelaki itu yang merasa bingung sendiri harus bagaimana.
Hikss... Hikss... Huhuhu...
"Saya sakit," ucap Naura sembari menangis kencang.
"Tuhkan, pasti itu anak sakit karena abis ngelakuin anu," ucap dua pria itu yang mendengarkan dari luar di dekat pintu.
"Udah, ayo kita aja penghuni kos buat gerebek mereka," ajak pria satu nya.
Lelaki yang bersama Naura kini berjalan meninggalkan Naura yang masih terisak.
Dan saat akan membuka pintu, ia di kejutkan dengan 5 orang yang juga akan membuka pintu kosan Naura.
"Nah, ini dia. Pasti kalian abis berbuat mesum kan," tuduh salah satu pria yang tadi.
"Mohon maaf, maksud bapak dan Ibu apa, ya? Berbuat mesum apa? Saya sama sekali tidak seperti yang kalian tuduhkan," ucap lelaki itu yang tentu tidak melakukan apa-apa dengan Naura.
"Aduh, itu Mas, tutup dulu resleting nya," ucap salah satu wanita yang ikut memasuki kosan Naura.
Lelaki itu melihat ke arah resleting nya, dan benar saja ia belum membenar kan resleting nya, setelah tadi ia keluar dari kamar mandi.
Naura merasa malu sendiri ketika melihat hal itu, begitu pun dengan lelaki itu.
"Tuhkan, udah pasti kalian berbuat sesuatu. Bukti nya resleting kamu terbuka," ujar pria itu.
"Saya sama sekali tidak seperti itu!" tegas lelaki itu yang akan keluar dari kosan, namun tangan nya di cekal oleh tiga orang pria itu.
"Kamu mau kemana, hah?" tanya pria paru baya itu.
"Saya mau pulang, tolong lepasin tangan anda!" perintah lelaki itu dengan tajam.
"Kamu tidak bisa pulang, karena malam ini kamu harus menikahi gadis yang telah kamu manfaat kan. Kamu pasti memanfaatkan gadis itu, kamu pasti ngerayu dia supaya mau berbuat sesuatu sama kamu kan? Keliatan kamu tuh orang kaya. Dan orang kaya seperti kamu, pasti punya segala cara untuk membuat orang jatuh ke dalam rayuan kamu," tuding salah satu wanita itu.
"Iya, mentang-mentang punya wajah ganteng main asal dobrak anak gadis orang aja," sambung wanita yang satu nya.
Di dalam Naura masih belum paham dengan semua nya, lalu seorang wanita menghampiri nya.
"Kamu sakit, kan? Masih bisa jalan gak?" tanya wanita itu kepada Naura, lalu Naura menjawab dengan menganggukan kepala nya.
"Bener-bener bermain brutal itu orang," ucap wanita itu, dan Naura tidak mengerti apa yang di bicarakan nya.
"Kalau emang pertama kali, emang gitu. Tapi nanti sembuh sendiri, kok. Ayo kamu ikut saya," ujar wanita itu.
"Besok aja deh di urut nya Mbak. Sekarang saya udah ngantuk," timpal Naura.
"Loh, kok di urut? Bukan di urut, tapi kamu ikut dengan saya karena akan di nikahkan," jelas wanita itu yang membuat kaget Naura. Dan sekarang Naura paham dengan yang telah mereka bicarakan tadi.
"Mbak, maksud saya tuh tadi bukan sakit_"
"Udah ayo ikut," sela wanita itu yang menarik tangan Naura.
Naura turun dari ranjang dan ia berjalan dengan sangat susah.
"Mbak, saya gak mau nikah. Saya gak ngelakuin apa-apa, saya juga gak kenal orang tadi," jelas Naura ketika ia di tarik paksa untuk ke luar oleh wanita yang satu nya, yang terlihat kasar berbeda dengan wanita yang barusan bicara dengan nya, yang sangat lembut dan berbicara dengan baik-baik.
"Alah, mana ada maling ngaku. Ayo kamu ikut. Kamu sudah membuat dosa besar. Dan kita ikut kena dosa nya, karena kamu berbuat mesum di sini," ujar wanita itu menarik kasar Naura.
Naura rasa nya ingin berlari dan kabur dari sana, namun ia tidak bisa apa-apa selain mengikuti langkah wanita yang menarik tangan nya.
Naura kini sudah terisak, karena ia tak mau menikah dengan lelaki yang tidak di cintai nya, bahkan tidak di kenali nya.
"Aww... Ishh."
"Aduh, sampai gak bisa jalan nih anak orang. Udah kamu gak usah nangis, siapa suruh masih kecil udah ngelakuin adegan dewasa," ucap wanita itu.
"Mbak, pelan aja. Kasian dia masih kesakitan," ujar wanita yang satu nya.
Lelaki yang tadi menolong Naura sudah di seret paksa oleh tiga pria tadi, sedangkan Naura sekarang telah di papah oleh dua orang wanita yang tadi membawa nya.
Mereka di bawa ke rumah ketua RT yang berada di dekat kosan Naura, karena kosan Naura memang berada di salah satu kampung yang padat penduduk nya.
Saat Naura memasuki rumah Pak RT, terlihat sudah ada lelaki yang membantu nya di sana. Dan terlihat wajah lelaki itu sangat lah frustasi.
"Pak RT, saya bener-bener gak ngelakuin itu. Tadi saya bisa sama orang ini karena kaki saya sakit, terus di anterin sama dia," jelas Naura dengan air mata yang membasahi pipi nya.
"Alah, mana ada maling ngaku Pak RT. Orang tadi kita liat kok, kalau resleting lelaki itu kebuka," ujar wanita yang tadi menarik paksa Naura.
"Udah gapapa, kamu jangan nangis. Kita melakukan seperti ini demi kebaikan kalian. Dan kalau kalian sudah menikah, kalian bisa melakukan itu sepuasnya. Kalau belum nikah mah, kan dosa," ujar Pak RT, dan seperti nya di sana tidak ada yang percaya dengan mereka berdua.
"Sial banget gue," ucap lelaki itu dalam batin nya.
"Oh iya, ini dengan Mas siapa?" tanya Pak RT kepada lelaki itu.
"Reno," jawab datar lelaki itu dengan wajah frustasi nya.
"Kalau kamu siapa, Dek? Dan Ayah kamu nama nya siapa?" tanya Pak RT.
"Naura, Ayah saya Pratama."
Hikss... Hikss...
Kini Naura menangis, karena ia merasa sedih dan menyesal karena tadi tidak pulang bersama Kenzo.
"Andai... gue tadi gak marah sama Kenzo dan gak ketemu Om ini, pasti sekarang gak bakal kayak gini, atau paling enggak, gue nikah nya sama Kenzo," ucap Naura dalam batin nya dan teringat Kenzo.
"Kenzo, bantuin aku," batin Naura berharap Kenzo kembali membawa kabur diri nya.
"Mas Reno, Dek Naura. Sekarang Pak penghulu lagi di jalan, dan apa Mas Reno punya sesuatu buat di jadikan mahar nya?" tanya Pak RT.
"Pasti ada Pak RT. Pasti dia bawa uang banyak," timpal wanita yang tadi menarik kasar Naura.
"Iya ada," jawab lelaki yang bernama Reno itu, yang terlihat sudah pasrah dengan keadaaan dan nasib nya.
Tak berselang lama kini Penghulu datang, dan Naura semakin terisak ketika melihat kedatangan Pak penghulu itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments