Bima Bagaskara merasa tertipu, dengan penampilan lugu Aina. Ia tak menyangka, gadis muda itu begitu cerdas. Mampu menjungkirbalikkan dunianya, yang tadinya tentram menjadi jumpalitan. Kalau akhirnya jadi begini, lebih baik ia mencari wanita lain sebagai pengganti Aina. Tetapi sayangnya hatinya sudah tertuju pada Aina, gadis bar-bar dengan sejuta pesona. Ia menentang keinginan ke dua orangtua, yang menginginkan seorang menantu dari kalangan seperti mereka. Walaupun mendapat tekanan dari sana-sini, tak menggoyahkan pendiriannya.
Untuk membuat Aina tampil cemerlang, tak sedikit uang yang di keluarkan oleh Bima. Hasilnya sungguh luar biasa, tetapi juga malah menjadi bumerang bagi dirinya. Aina Larasati yang dulunya sederhana, menjelma menjadi cantik jelita dengan sejuta pesona. Banyak lelaki yang tertarik padanya, bahkan sahabat dekatnya bertaruh bahwa ia akan bertekuk lutut tanpa syarat pada perempuan kampung itu.
"Melamun terus kerja mu, bro!" sebuah kotak rokok, mendarat diatas meja kerja Bima. Ia tersentak seketika, dan menatap wajah jahil orang yang baru masuk.
"Bukan urusan mu, urusi diri mu sendiri!" sentak Bima pada Doni. Ia melihat sahabat sekaligus asisten pribadinya, tertawa kecil menyaksikan kekagetannya.
"Makanya cepat-cepat istri cantik mu itu, di bikin klepek-klepek dengan kehebatan mu bercinta" sindir Doni tepat sasaran.
"Huh!" dengus Bima agak kesal. "Ternyata aku menikahi anak macan, bukan wanita yang terpesona dengan ketampanan ku" keluhnya, sembari mengambil sebatang rokok.
Dengan sigap Doni merogoh saku celananya, dan mengeluarka korek api sekaligus menyalakannya. Api menyala terang membakar batang rokok, serta merta Bima menghisapnya dalam-dalam. Kepulan asap putih membentuk lingkaran, melayang-layang di udara.
"Don, handle pekerjaan hari ini. Aku rasanya malas mengerjakan sesuatu, setelah kemarin kucing liar itu mengganggu kesenangan ku" ucap Bima dongkol.
"Kenapa bro? Apa yang di lakukan Aina?" Doni melontarkan pertanyaan, dengan mengerutkan dahinya.
"Istri cantik ku itu, mengusir Jenny dengan kasar."
"Oh ya, bagaimana bisa begitu?"
"Aku udah gak kuat, sampai mengajak Jenny bercinta di rumah. Tetapi ternyata Aina memergoki kelakuan kami, dan bisa di tebak dia mengamuk sejadi-jadinya. Bahkan mengancam ku dengan point-point perjanjian pra nikah, yang sudah ku tanda tangani."
"Wow hebat juga, tuan Bima Bagaskara tunduk di bawah telapak kaki istri kecilnya. Hahaha!" Doni begitu takjub dengan tindakan Aina, ia sampai tertawa kecil.
"Hei, kamu teman terlaknat yang ku punya. Seharusnya kamu ikut bersimpati, dengan kejadian itu" ucap Bima gusar. Ia mematikan rokoknya, pada asbak di depannya.
"Sorry bro, bukannya gak bersimpati tapi itu sih sial namanya."
"Tok...tok...tok!"
"Masuk!" teriak Bima keras.
Pintu terbuka lebar dari luar, seraut wajah nan cantik muncul dengan senyuman manisnya. Aina Larasati datang membawa Tote bag, berisi makan siang untuk suami mesumnya.
"Halo, apa aku mengganggu diskusi kalian?" tanyanya melenggang masuk.
"Hai Aina, kamu sudah selesai membahas pekerjaan" Doni membalas sapaan istri bosnya. "Apa kabar mu?"
"Aku baik-baik saja, tapi entah nanti. Mungkin, aku bisa mati berdiri?"
"Oo ya, apa yang di lakukan suami mu?"
"Dia bercinta di sembarang tempat, seperti laki-laki miskin" sindir Aina dengan acuh.
"Aina Larasati! Jangan bawa-bawa urusan rumah tangga, ke tempat kerja" sentak Bima gusar.
"Makanya jangan bawa gundik-gundik mu ke rumah, sewa hotel atau apartemen mewah mu saja yang bertebaran dimana-mana."
"Cukup Aina!"
"Oke, oke!"
"Sorry, aku gak ikutan" celetuk Doni sembari ngeloyor pergi, takut kena getahnya.
"Bodo amat!" teriak keduanya kencang.
"Aku juga mau pulang, suntuk di sini" Aina bersiap-siap untuk pergi sembari membawa kembali tote bagnya, tetapi Bima menghentikan langkahnya.
"Tunggu, tinggalkan makan siangnya. Aku belum makan, perut ku keroncongan" ucap Bima, dengan wajah melas.
"Jadi, masih butuh makanan ini" Aina mengacungkan bawaannya.
"Iya, terus buat apa kamu bawa pulang lagi?"
"Buat aku berikan pada security, di depan sana" jawab Aina acuh.
"Tega sekali kamu, pada suami mu..."
"Suami ku pun, tega berbuat nista dan barusan membentak ku" putus Aina cepat.
"Sorry, aku kelepasan."
"Nih, nikmati selagi aku baik hati" Aina meletakkan kembali bawaannya.
"Thanks my wife" ucap Bima, membuka Tupperware berisi aneka masakan sang istri.
"Dari tampilannya, sepertinya enak."
Aina tak menggubris perkataan Bima, ia sibuk memainkan game di gawainya. Sementara Bima menikmati hidangan makan siangnya, dengan lahap. Tiba-tiba pintu terbuka pelan, suara high heels terdengar di ruangan yang sunyi. Ke duanya lalu mendongak, melihat siapa yang datang.
"Diandra" gumam Bima pelan.
"Bima, apa kabar mu?" tanyanya, dengan suara mendayu.
"Ba... baik" jawabnya gugup. "Kamu, gak mau peluk aku" lanjutnya lagi.
Bima hanya menggaruk kepalanya, sambil melirik Aina yang terlihat cuek.
"Wow, udang asam manis keliatan menggoda nih!" serunya lagi, mengabaikan tatapan Bima. Tangannya terulur hendak menjangkau Tupperware, yang sedang di nikmati isinya oleh Bima.
"Hei tunggu dulu, siapa kamu?" Aina langsung berdiri, ketika perempuan asing itu hendak mengambil makanan yang di bawanya.
"Aku Diandra, tunangan Bima" jawabnya singkat.
"Baru tunangan, kan!? Aku istrinya" balas Aina.
"Istri!? sejak kapan, kalian menikah?" tanya Diandra, terkejut.
"Bukan urusan mu!" dengan ketus Aina menjawab, lalu membereskan makanan yang belum di habiskan suaminya.
"Aina, aku belum selesai makan" ucap Bima, berusaha merebut Tote bag dari tangan istrinya. Tetapi Aina sigap menghindar, kemudian meninggalkan mereka berdua.
"Beli sendiri! Bukankah, Uang kamu banyak!?"
"Aina Larasati, i hate you!" teriak Bima, yang melihat istrinya melenggang pergi dengan acuhnya.
"Up to you!"
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments