Step By Step

Step By Step

Bab 1

Di pagi hari yang cerah seorang gadis berwajah cantik, berkulit putih bersih, bermata coklat, rambut hitam bergelombang terikat dengan rapi, dia terlihat siap menyambut hari dengan pakaian kerja rapi yang sangat pas di tubuh rampingnya.

Gadis berusia 21 tahun yang sering di sapa Mei itu mengayuh sepedanya dengan gembira menuju tempat kerjanya. Dia melewati jalan yang ramai tanpa merasa terganggu sama sekali dengan bunyi kendaraan.

Sudah 6 bulan ini Mei bekerja di kota sebagai cleaning service di perusahaan besar bernama Santosa company. Dia hanya lulusan SMA sehingga dia hanya bisa jadi seorang tukang bersih-bersih di perusahaan besar milik orang terpandang di kota ini.

Dia bekerja ke kota demi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik untuk dirinya dan neneknya.

Dia mempunyai banyak hutang dengan juragan di kampung untuk biaya sekolahnya dulu, jadi dia ke kota agar bisa melunasi hutang-hutang yang semakin lama semakin membengkak karena bunga yang begitu besar.

Di kampung dia hanya bisa bekerja di sawah dengan upah yang kecil, dia juga membantu neneknya membuat kerupuk untuk di jual ke warung-warung di kampung.

Hasil dari kerja keras nya bekerja hanya mampu memenuhi kebutuhan makan sehari-hari nya dan sang nenek, makanya dia belum mampu membayar hutang - hutangnya ke juragan yang adalah seorang rentenir yang selalu mengambil keuntungan dari orang yang sedang susah.

Karena sudah tertekan banyak hutang Mei memutuskan untuk melamar di salah satu perusahaan besar di kota karena gaji yang lumayan dan fasilitas yang memadai, beruntungnya dia di terima dengan mudah padahal baru beberapa hari mengirim lamaran ke perusahan itu.

Awalnya Mei cukup ragu untuk meninggalkan sang nenek yang sudah renta sendirian di kampung, neneknya lah yang selama ini dia pikirkan sehingga dia selalu mengurungkan niatnya untuk bekerja ke kota setelah lulus sekolah.

Dia hanya punya sang nenek yang tersisa di dalam hidupnya jadi ada ketakutan tersendiri dalam diri Mei jika tak bisa melihat sang nenek lebih lama lagi, dia ingin menghabiskan waktunya bersama sang nenek yang sudah sangat tua dan mungkin saja hidup sang nenek tidak akan lama lagi.

Namun sang tetangga samping rumahnya yang bernama Umi terus meyakinkan Mei agar pergi ke kota untuk bekerja agar bisa terbebas dari jeratan hutang, Umi berjanji akan menjaga sang nenek dengan suka rela selama Mei bekerja di kota.

Selama 6 bulan bekerja di Santosa company, Mei akhirnya sedikit demi sedikit bisa membayar hutang ke rentenir, dia juga bisa mengirim sedikit uang untuk kebutuhan sang nenek.

Gajinya selama 6 bulan ini tak pernah Mei gunakan sama sekali, semuanya dia kirim ke kampung untuk membayar hutang dan memenuhi kebutuhan sang nenek.

Keberuntungan bagi Mei karena Santosa company menyediakan rumah kecil yang tak jauh dari perusahaan untuknya, perusahaan itu juga memberikan uang makan untuk Mei bahkan semua kebutuhannya seperti pakaian, perlengkapan wanita, hingga perlengkapan mandi serta kebutuhan dapur selalu di kirim oleh perusahaan setiap bulannya. Sepeda yang dia tumpangi untuk berangkat bekerja pun dari perusahaan. Hal itu lah yang menyebabkan Mei tak pernah menggunakan uang gajinya sepersen pun dan selalu di kirim ke kampung.

Mei sedikit heran dengan perlakuan istimewa perusahaan kepada dirinya karena karyawan yang lain tidak mendapatkan perlakuan yang sama seperti yang dia dapatkan.

Dia pernah menanyakan ke bagian HRD namun mereka hanya menjawab karena Mei seorang perantau makanya mendapatkan semua fasilitas itu.

Mei yang polos percaya begitu saja dengan ucapan sang HRD, dia menganggap itu adalah keberuntungannya. Yang terpenting adalah dia bisa membayar hutang dan memberikan kehidupan yang lebih baik ke sang nenek.

Setelah sampai di tempat kerja dia memarkirkan sepeda dengan cat pink itu di parkiran khusus sepeda.

Seperti biasa Mei selalu memulai hari dengan senyuman, dia adalah gadis pekerja keras yang jarang mengeluh walaupun pekerjaan nya melelahkan, dia selalu siap bekerja dengan hati.

Dengan langkah pelan Mei memasuki loker untuk menaruh tasnya.

"Selamat pagi Ratna." sapa Mei ke teman seperjuangan nya. Ratna adalah seniornya namun Ratna begitu baik selalu membimbingnya sehingga meraka akhirnya menjadi teman baik.

"Pagi Mei, kau sudah sarapan?"

"Sudah donk."

"Baguslah, kalau gitu ayo kita memulai hari dengan pekerjaan, semangat!" teriak Ratna penuh keceriaan. Sifat mereka hampir mirip, itu yang membuat mereka mudah dekat.

"Semangat!" sahut Mei menimpali.

Penuh jiwa semangat Mei mengambil alat-alat bersih-bersih bersiap untuk menjalankan tugas.

Saat asik mengepel lantai koridor di lantai 11, seorang wanita yang adalah kepala OB datang menghampiri Mei.

"Selamat pagi buk Ami," sapa Mei menunduk hormat. dia segera menghentikan aktifitasnya, dia tahu pasti Ami akan memberikan instruksi kepada dirinya.

"Mei, kamu bersihkan ruangan rapat di lantai 12 bersama Ratna, karena jam 9 nanti akan di gunakan rapat oleh Presdir dengan klien dari luar negeri, jadi bersihkan sebaik mungkin, jangan sampai ada kesalahan." ujar wanita yang di panggil Ami oleh Mei.

"Baik Buk, tapi siapa yang akan membersihkan di sini?"

"Yang lain akan membersihkan ini, cepat kesana, Ratna sudah menunggu mu disana."

"Baik buk, saya akan segera kesana," Mei menyerahkan alat pel nya ke Ami begitu saja, lalu dia ingin beranjak dari sana.

"Mei!" geram Ami.

Langkah Mei terhenti, perlahan dia mundur untuk kembali menghadap Ami. "Ada apa buk? apa anda memiliki instruksi lain?"

Ami berdecak kesal. "Gadis muda ini sungguh tak tau malu, tak sadar apa dia melakukan kesalahan." gumam Ami kesal.

"Ibu kenapa? ada yang salah?" tanya Mei yang melihat Ami menutup mata dengan tangan yang terkepal sambil bicara sendiri.

"Buk Ami sudah mulai tidak waras berbicara sendiri, tadi manggil aku sekarang malah ngomong sendiri." gumam Mei dalam hati tanpa tau kalau dirinya lah yang menyebabkan Ami seperti itu.

"Untuk apa kau memberikan alat pel ini kepada ku, kau berani memerintah sekarang? kau ingin aku menaruh alat ini Pantry? kau sudah melewati batas mu bocah kecil." geram Ami, dia merasa Mei tidak sopan kepada dirinya yang notabene adalah seorang pemimpin di bagian OB.

Mei nyengir kuda, memperlihatkan deretan gigi yang berjejer rapi. "Hehehehe, Maaf buk, tadi saya reflek." Mei langsung mengambil kembali alat pel itu dari tangan Ami sebelum perempuan yang lebih tua darinya itu murka.

"Kali ini kau aman, awas saja sampai terjadi lagi." Tegas Ami.

"Kalau begitu saya permisi buk." Segera Mei pergi karena pekerjaan sudah menunggu di tempat lain.

"Dasar bocah ingusan, tak kenal siapa Ami apa? aku ini adalah pemegang rekor sebagai kepala OB terlama di perusahaan ini, aku sudah bekerja disini selama 15 tahun dan menjabat sebagai kepala OB selama 10 tahun, tak tahu apa kalau aku dari belum menikah sudah bekerja disini." oceh Ami seorang diri, Wanita berusia 35 tahun itu selalu merasa paling senior, dia gila dengan hormat padahal jabatan yang dia pegang hanya sebagi kepala OB. Namun kesetiaan kepada perusahaan bisa di acungin jempol.

Happy Reading 🥰♥️♥️😘

I LOVE YOU 3000😘♥️🥰😘

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!