Kesepakatan

Mei menggenggam tangan yang sudah keriput itu dengan lembut.

"Nenek bertahanlah, jangan tinggalkan cucu kesayangan mu ini, Mei janji akan berusaha mendapatkan uang itu bagaimana pun caranya, sekarang Mei berangkat kerja dulu, semoga ada keajaiban untuk kita," Dia mengecup tangan neneknya sebelum pergi.

Kristal bening sudah kembali meleleh begitu saja tanpa bisa ditahan.

Hari ini Mei bekerja seperti biasanya namun pikiran terus melayang memikirkan tentang kondisi sang nenek dan bagaimana mencari uang dengan cepat.

Saat ini Mei sedang membersihkan ruangan rapat bersama Ratna.

Namun saat sibuk dengan pekerjaannya, seseorang datang menghampiri mereka.

Yang menghampiri mereka bukan orang sembarangan di perusahan ini, dia adalah tangan kanan pemilik perusahaan.

"Selamat siang Tuan Robi," Ratna seketika menunduk hormat.

"Siang."

Seperti biasa Robi yang terkenal kaku hanya menjawab seadanya.

"Mei, Tuan Robert meminta mu untuk datang ke ruangannya."

"Apa ini masalah aku dengan Tuan Daniel? Tapi aku sudah di maafkan atas hal itu."

Mei menimbang-nimbang apa yang membuat dia di panggil langsung oleh penguasa tempatnya bekerja.

Kalau hanya ingin di pecat untuk apa sampai CEO perusahaan turun tangan, dirinya hanya seorang cleaning service tak mungkin sampai melibatkan Tuan Robert.

"Untuk apa Tuan Robi? Apa saya melakukan kesalahan?"

"Nanti kamu akan tahu sendiri, ikut dengan saya."

Netra Mei menatap Ratna seperti orang yang tengah meminta pertolongan.

Tanpa bisa mengelak dia terpaksa harus mengekor di belakang kaki tangan pemilik perusahaan ini.

"Semoga hal buruk tidak menimpa Mei, kasian dia, neneknya lagi sakit sekarang."

Ratna belum tahu tentang kondisi nenek Mirna yang sesungguhnya, dia tidak tahu wanita tua itu sedang bertarung melawan sebuah penyakit yang mematikan.

Disisi lain Mei tengah di landa kecemasan, otaknya terus berputar mencari apa yang membuat dia sampai terlibat masalah dengan pemilik perusahaan besar tempatnya bekerja.

Neneknya sedang sakit sekarang, jika dia terkena masalah bagaimana nasib sang nenek yang masih terkulai lemah belum sadarkan diri sampai sekarang.

"Selamat siang Tuan Robert." Mei membungkuk dengan hormat di hadapan Tuan Robert yang tengah duduk santai di kursi kebesarannya.

"Duduk lah."

Pria paruh baya yang masih gagah dengan setelah jasnya itu mempersilakan Mei duduk dengan nada tenang. Dia terlihat memperbaiki duduknya.

Duduk dengan tegak menambah kewibawaan pria paruh baya yang sering di kenal dengan Tuan Robert itu.

Mei yang ragu menoleh ke arah Assisten Robi. Ini pertama kalinya bagi Mei berhadapan langsung dengan CEO perusahaan.

Gugup, takut, cemas, semua bercampur menjadi satu, dia tak mengerti bagaimana caranya bertindak di hadapan orang terpenting di perusahaan ini.

Selama 6 bulan bekerja disini, dia hanya melihat dari jarak jauh saat pemimpin perusahaan ini lewat saja.

Walaupun pria paruh baya itu tidak terlihat menakutkan bahkan masih tampan di usianya yang lebih dari setengah abad, tapi Mei tetap merasa segan, karena dia merasa sangat kecil di hadapan orang penting seperti Tuan Robert Santos.

Saat mendapat anggukan kepala dari Assisten Robi, dia duduk dengan perlahan.

Mei menunduk takut, dia meremat ujung bajunya karena gugup.

"Saya mendengar nenek mu sakit dan kamu memerlukan biaya operasi yang tidak sedikit," ujar Tuan Robert tanpa basa basi.

Mei yang bingung perlahan mengangkat kepalanya, dia menatap Tuan Robert dengan penuh tanya.

Dia tak menyangka seorang CEO perusahaan tau tentang kehidupan pribadinya. Bagaimana itu mungkin?

"Maaf, darimana anda tahu tentang nenek saya Tuan?"

"Kita langsung ke intinya saja, saya akan membantu mu untuk biaya operasi nenek mu, saya juga akan menanggung semua biaya pengobatan sampai nenek mu sembuh total."

"Anda begitu baik hati Tuan, Anda sedang tidak bercanda, Kan?" tanya Mei dengan mata yang berbinar bahagia.

Sekarang Mei seperti berada di dunia mimpi, bagaimana bisa sebuah keajaiban tiba-tiba datang di kala dirinya terkena musibah besar.

Haruskah dia bersujud syukur sekarang juga?

"Nenek, doaku di dengarnya oleh Tuhan."

"Tapi itu tidak gratis, kamu harus membayarnya dengan sesuatu."

"Saya siap menyicilnya sampai seumur hidup saya Tuan, Terimakasih banyak Tuan, saya tidak akan melupakan jasa anda," ujar Mei dengan semangat melupakan kalau orang yang ada di depannya adalah bosnya.

"Aku tidak menginginkan uang."

Alis Mei seketika mengkerut sempurna. "Maksud anda Tuan?"

Dia kira Tuan Robert meminjamkan dia uang. Terus apa yang di inginkan bosnya ini?

"Syaratnya adalah kamu harus menikah dengan putra saya."

"Menikah?" pekik Mei dengan keras.

Dia mendapatkan kabar baik dan buruk secara bersamaan, dia harus menikah dengan pria yang tidak dia cintai. Sungguh di luar ekspektasi nya. Ini sangat gila.

"Maafkan saya Tuan Robert, saya terkejut dengan permintaan anda." Mei yang sadar berlaku tidak sopan karena bernada tinggi langsung segara meminta maaf.

"Ya, kamu harus menikah dengan putra saya Daniel, saya jamin hidupmu dan nenek mu akan terjamin jika kamu mau menikah dengan putra saya."

Tuan Robert berusaha meyakinkan Mei yang tampak terlihat berubah menjadi ragu.

Takdir seperti apa ini? Dia berharap tidak akan bertemu dengan pria aneh seperti Daniel lagi namun kenapa takdir malah membawanya mendekat ke pria penguntit itu.

"Tapi pernikahan tidak bisa di atur seperti ini Tuan Robert, saya dan putra anda tidak saling mencintai bahkan tidak saling mengenal satu sama lain."

Sepertinya Mei belum siap dengan pernikahan di usianya yang tergolong masih muda. Pacaran saja dia tidak pernah, apakah dia bisa menjalani pernikahan?

"Semua ada di tanganmu, lebih memilih untuk menikah dengan anak saya atau membiarkan nyawa nenekmu terancam? Apa kamu masih peduli tentang cinta sedangkan nenekmu kesakitan di rumah sakit?"

Sungguh Tuan Robert memberinya pilihan yang berat tapi neneknya lebih berharga dari apapun.

"Saya menerima tawaran anda Tuan Robert."

Persetan dengan cinta, dia rela mengobarkan nyawanya sekalipun untuk sang nenek.

"Ini hanya sebuah pernikahan Mei, kau bisa bercerai dengannya, hidupmu tidak ada artinya lagi jika nyawa nenekmu terancam."

Senyuman tersungging di wajah pria paruh baya itu, dia tahu rencana ini akan berhasil.

"Robi."

Assisten Robi yang mengerti perintah Tuanya langsung menaruh sebuah kertas di hadapan Mei.

"Itu adalah surat perjanjian, jika kamu melanggar nya, kamu harus siap-siap mendekam di balik jeruji besi."

Pria paruh baya itu berbicara dengan pelan dan halus tapi entah kenapa itu adalah sebuah ancaman yang mengintimidasi dan menyeramkan bagi Mei.

Penjara? Ancaman menakutkan yang berhasil membuat bulu kuduk Mei merinding.

Perlahan gadis itu membaca perjanjian itu dengan seksama, dia memperhatikan setiap detail kalimat dan poin perjanjian yang tertera di sana.

"Apa aku akan menjalin pernikahan kontrak seperti yang ada di drama-drama romantis?" gumam Mei dalam hati setelah rampung membaca perjanjian itu.

Happy reading guys 😘♥️🥰😘

I LOVE YOU ♥️🥰🥰😘♥️🥰

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!