Teringat kembali

"Tuan muda."

Niat Daniel ingin mencekal tangan Mei segara dia urungkan setelah mendengar suara seseorang.

"Tuan muda. Apa yang terjadi? Apa anda baik-baik saja." Robi bejalan dengan tergesa-gesa karena mendengar keributan, dia juga sedikit terkejut melihat kekacauan di depannya. Pecahan kaca berserakan di dekat pewaris tunggal keluarga Santos.

Deg.

Sejenak dada Mei berasa berhenti berdetak, dia menjadi panik saat mendengar nama Daniel yang pagi ini membuat satu perusahaan gempar.

"Jangan bilang, dia adalah Daniel anak CEO yang di bicarakan semua pegawai, Mampus aku jika itu benar."

Daniel menoleh ke belakang untuk melihat Assisten Robi sehingga memperlihatkan wajah Mei yang tadi sempat tertutupi oleh Daniel yang memiliki perawakan tinggi besar.

Saat mendapati Mei ada di sana, semakin membuat Assisten Robi terperangah. "Tuan Daniel sudah bertemu dengan Nona Mei? Bagaimana ini?"

"Robi, didiklah pegawai mu dengan baik, dia menuduhku penguntit dan penculik, bahkan dia berani menunjuk wajah ku," marah Daniel.

"Eehh, kenapa Tuan Daniel terlihat biasa saja bertemu dengan Nona Mei? Apa dia tidak terkejut melihat Nona Mei yang mirip dengan Nona Bella? Bahkan dia marah. Ahh sudahlah, lebih baik jika begitu."

"Baik Tuan muda, maafkan kesalahannya, dia adalah pegawai baru," jelas Robi berusaha menenangkan Daniel. Dia membungkuk mewakilkan permintaan maaf Mei.

Melihat Assisten Robi membungkuk hormat ke Daniel membuat Mei semakin merasa cemas, tanganya sudah basah di penuhi oleh keringat dingin.

"Fix dia pasti Daniel yang di bicarakan para pegawai, buktinya Assisten Robi saja tunduk padanya. Hiksss Apakah hari ini akan menjadi hari terakhir aku berada di perusahaan ini?"

Robi terlihat mendekat ke arah Mei yang tengah terdiam kaku dengan tubuh yang menegang, dia hanya bisa tertunduk takut setelah melakukan kesalahan besar, bukan takut dengan Robi atau Daniel tapi lebih tepatnya dia takut di pecat karena berani menuduh anak pemilik perusahaan secara sembarangan serta bertindak dengan tidak sopan.

Belum Robi mengeluarkan sepatah kata pun, Mei sudah duluan mencakupkan kedua tangannya di depan dada serta dengan tatapan penuh kesedihan. "Tuan Robi, tolong maafkan saya, saya mengaku bersalah, jangan pecat saya, saya mohon," lirih Mei.

"Minta maaf lah kepada Tuan muda Daniel," ujar Robi tenang.

"Robi tidak marah sama sekali dengan gadis ini? biasanya dia begitu sadis dengan pegawai yang melakukan kesalahan. Kalau di lihat dari pakaiannya gadis gila ini hanya seorang cleaning service. Kenapa Robi sangat tenang?"

Daniel menjadi sedikit curiga dengan sikap Robi yang begitu berbeda dengan bawahan yang lain, Daniel kenal baik Robi, Pria itu bagaikan robot yang tak memiliki perasaan sama sekali.

"Baiklah Tuan Robi." Dengan ragu Mei melangkah maju lalu membungkuk hormat di hadapan Daniel. "Maafkan saya Tuan Daniel, saya telah menuduh anda sembarangan dan tidak sopan, saya mohon maafkan saya dan jangan pecat saya." ujar Mei dengan suara bergetar.

Dia begitu takut kehilangan pekerjaan yang selama ini berhasil mengangkat kehidupannya menjadi lebih baik. Dimana lagi mendapatkan pekerjaan yang sebagus ini di kota dengan dia yang anak kampung yang tak punya banyak pengalaman.

Disisi lain hati Daniel bergetar hebat saat mendengar suara Mei yang baginya adalah sebuah rintihan putus asa, secara tiba-tiba dia langsung teringat suara Bella yang tengah putus asa saat melawan sakitnya dulu. "Bella sayang, dia mengingatkan ku padamu, aku merindukan mu bidadari surga ku."

"Kenapa dia diam saja sih? punggung ku sudah sakit membungkuk, sepertinya dia sengaja begini untuk memberi ku pelajaran," gerutu Mei dalam hati.

Assisten Robi bisa dengan jelas melihat mata Daniel yang sudah berkaca-kaca lalu dia dengan segara menyadarkan Daniel agar tidak larut dalam pikirannya.

"Tuan muda, Anda baik-baik saja?" Assisten Robi menyentuh bahu pria bertubuh kekar itu pelan.

"Aku pergi dulu Robi," Tanpa banyak bicara Daniel memencet tombol lift dan berlalu dari sana saat pintu lift mulai tertutup.

Melihat kaki Daniel yang menghilang membuat Mei mengangkat tubuhnya kembali.

"Tuan Robi, Apa dia memaafkan saya?" tanya Mei yang mendapati Daniel yang sudah menghilang seperti hantu.

"Tuan muda Daniel memaafkan mu, bereskan kekacauan ini."

"Berarti saya tidak di pecat, Kan?" ujar Mei berubah menjadi sumringah.

"Hmm, tapi jangan di ulangi lagi, kali ini aku melepaskan mu."

Ketakutan Mei menguap dengan cepat setelah mendengar pernyataan Assisten Robi yang memberinya kesempatan untuk dirinya tetap bisa bekerja di perusahaan besar ini.

"Baik Tuan Robi. Terimakasih banyak." Mei akhirnya kembali ceria dan bersemangat seperti biasanya.

*

Sesampainya di mobil Daniel berusaha mengatur napasnya yang tadi sempat menderu tidak teratur setelah mengingat kenangan pahit yang di alami oleh wanita yang sangat dia cintai saat melawan sakitnya dulu.

Daniel terlihat mengusap rambutnya kasar, dia menjadi gelisah dan teringat kembali kenangan masa lalunya bersama Bella dan sang Mama.

Hal ini selalu terjadi pada Daniel saat kembali teringat kenangan pahit tentang dua wanita yang paling dia cintai di dunia ini. Dia memiliki trauma tersendiri atas kejadian tragis yang menimpa 2 sosok cantik yang dia anggap malaikat pada 4 tahun lalu.

Bagaimana tidak menjadi kenangan buruk yang amat mengerikan.

Belum kering lukanya karena dia baru saja di tinggal ke surga oleh kekasihnya karena sakit kanker darah yang di derita. Satu bulan kemudian Mamanya juga menyusul pergi untuk selamanya karena ulah Papanya yang selingkuh dengan wanita muda dan membawa wanita pelakor itu ke rumah dengan keadaan sudah hamil.

Kejadian memilukan tersebut berhasil menghantam dan memporak-porandakan hati dan pikiran Daniel bahkan hampir juga merenggut nyama Daniel, dia sempat putus asa dan ingin ikut mengakhiri hidupnya namun dia ingat dengan pesan Bella yang menyuruhnya terus mencari kebahagiaan dan melanjutkan kehidupan walaupun tanpanya.

"Mama, Bella, aku merindukan kalian, aku sendirian disini."

Tes.

Tak terasa kristal bening jatuh begitu saja melewati rahang tegas Daniel.

Hati Daniel begitu sesak saat mengingat bagaimana Mamanya dan Bella yang secara mendadak meninggalkannya hampir di waktu bersamaan dan dia harus hidup berjuang sendirian.

*

"Huhh, tadi kenapa juga aku harus minta maaf sama Tuan Daniel itu, jelas-jelas dia yang salah karena menabrak ku duluan dan salah dia sendiri juga, siapa suruh kemarin meluk aku sembarangan jadinya kan aku punya pikiran macam-macam karena ulah mesumnya itu," gerutu Mei sambil celingak-celinguk takut ada yang dengar.

Sebenarnya Mei dalam hatinya sungguh marah dan kecewa karena hanya dia yang di suruh minta maaf padahal Daniel juga salah karena memicunya untuk berpikiran negatif.

"Hiks, nasib orang miskin harus selalu ngalah sama orang yang lebih berkuasa walaupun kenyataannya kita yang benar, untung saja tadi Assisten Robi masih punya sedikit hati nurani memaafkan ku, demi pekerjaan ini aku rela salah."

Happy reading guys ♥️🥰🥰😘

I LOVE YOU ♥️🥰😘♥️🥰

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!