Aku kutuk dia

Kali ini Mei tak bisa melawan apapun karena yang di katakan oleh Daniel adalah hal yang nyata namun dia tetap dongkol dengan Daniel yang menghina bentuk tubuhnya.

"Aku kutuk kau supaya jatuh cinta dengan ku. Supaya dia menjadi orang pertama yang menyukai tubuh yang katanya rata ini."

Dengan wajah cemberut Mei terpaksa harus satu kamar dengan Daniel.

Dia melihat ke sekeliling memerhatikan setiap detail ruangan yang luas bernuansa modern itu.

"Wahh, enak banget ya jadi orang kaya, kursinya aja empuk banget, semua orang pasti betah tinggal di tempat seperti ini."

Rasa penasarannya yang tinggi membuat dia mencoba perlahan berjalan menuju kasur untuk menguji kelembutan tempat tidur berukuran king Size yang cukup bahkan lebih untuk menampung 2 orang.

"Halus banget, pasti tidur nyenyak tiap hari, empuk juga."

Masih asik menikmati kenyamanan kasur tapi Mei seketika terlonjak bangun karena melihat Daniel keluar dari walk-in closet dengan pakaian yang berbeda dari sebelumnya.

Dari yang Mei perhatikan sepertinya pria itu tidak memperdulikannya, dia malah jalan lurus menuju pintu.

"Ehhh, Tuan, anda mau kemana?" tanya Mei melihat Daniel ingin pergi.

"Aku bukan pengangguran jadi aku harus kerja."

"Apakah saya juga boleh kerja?"

"Terserah, itu urusan mu."

"Apa saya boleh menjenguk nenek saya setelah bekerja? kemungkinan saya akan pulang malam."

"Heii bocah! berhenti bertanya, aku tidak peduli dengan urusan mu, lakukan apapun yang kau mau."

Setelah mengatakan itu Daniel pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal.

"Ada masalah apa sih hidupnya? Aku kan menghargai dia sebagai suami makanya minta ijin, walaupun nggak saling cinta tapi tetap saja dia suamiku."

Tak ingin ambil pusing, Mei segera mengganti pakaiannya dan berangkat untuk bekerja.

*

"Haloo pengantin baru," sapa Assisten Mile ke bosnya yang baru saja datang ke kantor.

"Tutup mulut mu itu," kesal Daniel sambil terus berjalan masuk ke ruangannya. Dia duduk dengan malas, moodnya menjadi buruk gara-gara pertengkaran dengan Tuan Robert.

"Padahal aku ingin sekali datang ke pernikahan mu, tapi kau malah menyuruh ku mengerjakan proposal ini," kesal Mile sambil menaruh sebuah berkas di meja Daniel.

"Tak penting kau datang, itu cuma pernikahan jebakan dari si pak tua itu."

"Tapi aku ingin tau wajah kakak ipar," cemberut Mile.

"Apa dia menetapi janjinya?" tanya Daniel mengalihkan pertanyaan.

"Maksud mu Tuan Robert?"

"Hmmm."

"Ayahmu menepati janjinya dan perusahaan kita nggak jadi gulung tikar tapi mulai besok kamu harus mulai memimpin Santosa Company."

"Oke, jadi mulai besok kau akan mengambil alih perusahaan ini selama aku memimpin Santosa Company."

Terlihat keraguan di wajah Mile, ini pertama kalinya dia mendapatkan tanggung jawab yang begitu besar dari Daniel. "Apakah aku bisa Daniel? Dari dulu kau yang mengarahkan ku."

"Aku yakin dengan kemampuan mu Mile, jangan meragukan dirimu sendiri, aku akan mendukung mu dalam proses belajar ini," ujar Daniel menepuk bahu sahabat nya untuk memberikan semangat.

Assisten Mile mengangguk pelan. "Kalau begitu aku akan berusaha semaksimal mungkin karena kau sudah mempercayakan kepada ku."

Di tempat lain Mei tengah menerima amukan dari kepala petugas kebersihan yang sering di panggil Ami itu. Dia memarahi Mei sejadi-jadinya karena datang sangat telat dari jam kerjanya.

"Apa kamu pikir perusahaan ini punya nenek moyang mu? datang seenaknya tanpa minta ijin sebelum nya," bentak Ami dengan keras memarahi Mei di hadapan para karyawan.

Tak tahu saja yang dia bentak-bentak sekarang adalah istri sah dari pewaris perusahaan tempatnya mencari nafkah untuk menyambung kehidupan.

Dengan rasa bersalah Mei terus membungkuk berulang kali untuk meminta maaf. "Maafkan saya buk, nenek saya sedang sakit dan baru saja selesai di operasi jadi saya harus mengurus nenek saya yang masih lemah," bohong Mei berusaha mencari alasan yang masuk akal, toh memang benar sekarang nenek nya sedang terbaring di ranjang rumah sakit.

"Apapun alasannya, kau harus kena hukuman, sekarang bersihkan seluruh ruangan dari lantai 12 sampai lantai 16 dan nggak ada yang boleh membantu mu."

"Hikss, Apa harus seberat ini hukumnya? Sarapan saja aku belum sempat."

Tak mau membantah Mei mengiyakan hukum itu, kalau dia membantah mungkin dia akan langsung di pecat dan menjadi pengangguran.

Gadis itu berjalan dengan lemas menuju ruang ganti, Sungguh malang nasibnya walaupun menikah dengan keluarga sultan tapi hidupnya tak berbuah sama sekali, dia masih saja mencemaskan akan di pecat oleh perusahaan yang adalah milik mertuanya dan sebentar lagi akan di warisi oleh sang suami.

Dengan keringat yang terus mengucur, gadis yang sering di sapa Mei tersebut terus melanjutkan pekerjaannya, padahal dia sudah sangat lelah, perutnya juga keroncongan karena lambung itu belum tersentuh makanan sama sekali sejak pagi.

Wajah cantik itu sungguh pucat bak mayat hidup, tangan mungilnya bergetar hebat tapi dengan sekuat tenaga dia menahan semuanya seorang diri.

Bagi Mei istirahat akan membuang waktu, dia tidak akan bisa menyelesaikan pekerjaan sesuai waktu yang sudah di tetapkan, jika pekerjanya terbengkalai dia harus lembur dan tak bisa mengurus sang nenek yang sedang menunggunya untuk kembali.

"Mei kamu bukan gadis yang lemah, kuat lah demi nenek mu." Secara cekatan tangannya bergerak semakin cepat agar pekerjaan segera terselesaikan.

Jam sudah menunjukan pukul 6 sore, atas kerja kerasnya pekerjaan Mei selesai tepat waktu.

"Akhh, akhirnya selesai juga," tubuh kurus itu melorot ke lantai dengan tembok sebagai menyangga punggungnya yang sudah pegal-pegal bak di hantam benda keras, rasanya remuk serta nyeri yang terus berdenyut.

Kring.

Saat masih sibuk mengatur napas ponsel Mei berdering.

Dengan malas Mei merogoh ponsel pipih itu di saku celananya. Tangannya perlahan mengarahkan ponsel itu ke telinga dengan lemah.

"Ratna?"

Hari ini adalah hari libur Ratna, biasanya kawan baiknya yang akan membantu secara diam-diam jika Mei terkena hukuman namun sialnya sang sahabat karib libur hari ini.

Tak ada yang mengasihani Mei yang tengah menjalani hukuman, lebih tepatnya mereka tak berani membantu Mei yang kena hukuman dari ketua mereka yang terkenal garang seperti harimau. Mereka tak mau bernasib sama seperti Mei.

"Halo Ratna, ada apa?"

"Aku yang harusnya bertanya, kamu dimana? Jam segini kok belum kembali ke rumah sakit, aku ada di rumah sakit sekarang, nenek nanyain kamu terus, cepat lah kembali," terdengar suara nyaring gadis itu dari sambungan panggilan.

"Tadi sedikit ada masalah, aku akan segera kembali sekarang."

Tut.

Dengan cepat Mei mengakhiri panggilan telepon lalu bergegas bangun, dia mengambil semua barang-barangnya di loker dan berlari dengan cepat menuju dimana sepedanya terparkir, kaki lelah itu mengayuh sepeda dengan energi yang masih tersisa sedikit.

Happy Reading guys ♥️♥️😘😘

I LOVE YOU ♥️🥰😘♥️🥰😘

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!