Bella?

Dalam perjalanan pulang Mei mampir dulu ke sebuah supermarket untuk membeli beberapa perlengkapan dan bahan makanan untuk sang nenek yang akan menginap satu minggu di rumahnya. Dia punya stok makanan di rumah tapi itu hanya cukup untuk dirinya seorang.

Dengan menenteng keranjang belanja, Mei sibuk kesana-kemari untuk mencari makanan yang akan dia beli. "Nenek suka kopi hitam, lebih baik aku beli kopi hitam aja dulu," ujar Mei yang mencari di bagian rak berisi berbagai jenis kopi disana.

Hap.

Mei tak sengaja memegang tangan seseorang karena ia ingin mengambil barang yang sama. "Maaf Tuan, silakan anda lebih dulu," ujar Mei lembut lalu menarik kembali tangannya.

Namun Pria tampan yang adalah Daniel seketika diam membantu tak bergerak sama sekali, dia malah menatap Mei nanar. "Bella." Lirih Daniel, air mata pria yang memiliki tubuh tinggi itu bahkan sudah jatuh begitu saja saat menyebutkan nama yang asing di telinga Mei.

"Ada apa dengan anda Tuan? Anda baik-baik saja?" tanya Mei yang melambaikan tangannya di depan wajah Daniel.

"Aku merindukan mu Bella," Daniel seketika memeluk Mei yang tepat ada di depannya.

Mei yang di peluk oleh orang asing otamatis secara reflek mendorong pria itu dengan kasar. "Maaf Tuan, anda sudah kurang ajar memeluk orang sembarangan," marah Mei menatap sinis Daniel yang masih menatapnya sendu.

"Maaf, aku tadi reflek saja, kamu mirip seseorang yang aku kenal," ujar Daniel yang sadar saat mendengar suara Mei yang begitu nyaring.

Mei mendengus kesal. "CK, alasan saja, dasar mesum," gerutu Mei berlalu meninggalkan Daniel dengan hati yang amat sangat dongkol.

"Daniel sadarkan dirimu, Bella sudah bahagia di surga," gumam Daniel dalam hati sambil melihat punggung Mei yang mulai menghilang dari pandangannya.

"Bro, kau kenapa?" tanya Assisten Mile yang mendekat menghampiri Deniel dengan mendorong troli yang sudah penuh dengan barang belanjaan.

"Aku oke, hanya bingung kau suka kopi yang mana?" bohong Daniel.

"Anda kan sudah tahu saya sukanya kopi hitam, sepertinya anda sudah lupa ingatan Tuan Daniel," ujar Mile berbicara formal untuk mengejek Daniel sang bos sekaligus sahabatnya.

"Diam kau, udah untung aku temenin," kesal Daniel.

"Ya dehh bos, maaf."

Mile adalah anak yang sangat berbakti, dia selalu berbelanja bulanan untuk sang ibu namun selalu saja pria itu melibatkan Daniel dalam hal ini.

Mile tidak lahir dari keluarga yang kaya raya makanya rutinitas membantu orang tua seperti ini adalah hal biasa baginya walaupun dia sudah bekerja namun dia tak malu melakukan hal tersebut.

Mile bukan tipe orang yang gengsian, dulu saja dia bisa kuliah di Inggris karena beasiswa dan harus kerja paruh waktu sebagai tukang cuci piring di inggris demi memenuhi kebutuhan makannya sehari-sehari, maklum disana semua serba mahal.

Walaupun Mile kadang menyebalkan tapi Mile adalah sosok yang sangat pintar, maka dari itu Daniel tak segan menjadikan Mile sebagai Asistennya.

*

Hari ini Daniel pergi ke kantor ayahnya untuk membahas tentang ayahnya yang lagi-lagi dengan sengaja menghalangi pekerjaannya. Sebelum ayahnya bertindak lebih jauh, dia harus bertemu walaupun sebenarnya sangat malas untuk bertemu dengan pria paruh baya itu.

Daniel kesana mengendarai mobil seorang diri, semenjak pisah rumah dengan sang ayah, dia terbiasa mengendarai mobil seorang diri jika Asistennya Mile sedang mengurus pekerjaan yang lain. Dia tidak memperkejakan supir untuk menghemat pengeluaran.

Daniel pergi dari Mansion mewah sang ayah tanpa membawa apapun, bahkan baju tidak dia bawa, bahkan saat itu untuk membangun usahanya dia harus mengajukan pinjaman ke Bank agar mendapatkan modal, untung saja dia punya tanah yang lumayan luas sebagai jaminan di bank, tanah itu adalah milik ibunya yang mendapatkan warisan dari keluarga sang ibu.

Mobil yang di kendarai oleh Daniel mulai memasuki pelataran perusahaan, disana terpanggang jelas plang yang bertulisan Santosa Company, setelah memarkirkan mobil dia turun dari mobil dengan gayanya yang gagah.

"Lama sekali aku tidak kesini," ujar Daniel membuka kaca mata hitamnya agar bisa melihat lebih jelas lagi.

"Si tua itu memang payah, desain nya kurang modern, perusahaan ini tidak banyak berubah padahal sudah 4 tahun aku tinggalkan," ujar Daniel mengejek ayahnya yang kuno.

Setelah puas menjelekkan sang ayah, dia lanjut untuk masuk ke dalam. Semua karyawan seketika menunduk hormat saat melihat mantan bos yang pernah memimpin mereka untuk pertama kalinya datang lagi ke perusahaan.

Terutama para karyawan lama, mereka dulu sangat shock karena anak pemilik perusahaan mengumumkan pengunduran diri sebagai CEO perusahaan padahal baru 3 tahun mengambil alih posisi sang ayah. Saat itu semua orang bertanya-tanya apa yang membuat Daniel mengundurkan diri dari jabatan yang begitu di dambakan banyak orang itu.

Saat itu rumor beredar kalau Daniel depresi karena kehilangan sang calon istri dan ibu di waktu yang hampir berdekatan.

"Selamat pagi Tuan Daniel," sapa beberapa karyawan yang mengenal Daniel.

"Pagi," senantiasa pria itu membalas sapaan semua karyawan.

Perusahaan langsung gempar dengan berita kedatangan Daniel ke perusahaan. Dengan cepat berita langsung menyebar ke semua departemen, termasuk departemen paling bawah pun. Apakah Daniel akan memimpin perusahaan ini lagi? itulah yang ada di pikiran semua penghuni perusahaan.

"Tuan besar, Tuan Daniel ingin bertemu dengan anda," ujar Robi sang Assisten melaporkan.

Pria paruh baya itu tersenyum miring. Dia tahu betul anaknya akan datang karena dia lah yang memancing Daniel datang dengan cara menggangu pekerjaan putranya, hanya dengan cara itulah dia bisa bertemu dengan putra sulungnya. "Dimana dia?"

"Tuan Daniel berada di ruang tunggu."

"Suruh dia masuk."

"Baik Tuan besar."

Dengan segera Robi pergi dari sana untuk menjalankan tugasnya.

"Permisi Tuan Daniel, anda di persilahkan masuk," ujar Robi menunduk hormat.

"Terimakasih Robi, kau masih saja kaku seperti dulu," ujar Daniel menepuk bahu Robi, dia suka sekali menjahili Assisten ayahnya yang sudah mirip dengan robot itu.

Dengan tubuh tegak penuh percaya diri, Daniel masuk ke ruangan kerja sang ayah di ikuti oleh Robi di belakangnya. "Saya ingin bicara sesuatu dengan anda," ujar Daniel dingin.

"Duduk lah Nak, kenapa kau sangat terburu-buru," ujar Tuan Robert menyambut sang putra, dia ingin memeluk sang putra yang sangat dia rindukan namun Daniel langsung memberi isyarat dengan tangannya agar pria paruh baya itu tidak mendekat ke arahnya.

Robert langsung mengurungkan niatnya dan langsung duduk di sofa. Di dalam hatinya dia sangat sedih dan kecewa tidak bisa melepaskan kerinduan ke Daniel namun dia berusaha untuk bersikap tegar dan biasa saja. Dia sadar putranya berbuat seperti itu karena kesalahannya yang sangat besar. "Duduklah Nak, Robbi suruh seseorang untuk membawakan minuman."

"Baik Tuan besar," ujar Robi langsung menyanggupi.

"Saya tidak suka basa basi, langsung ke intinya saja, jangan ganggu kehidupan saya lagi, jangan ganggu perusahaan saya, dengan anda berbuat demikian semakin membuat saya yakin untuk memutuskan hubungan kita untuk selamanya," ujar Daniel, dengan santainya dia memasukkan satu tangannya ke kantong celana, dia bahkan tidak duduk.

Happy Reading ♥️♥️♥️😘

I LOVE YOU 3000😘♥️🥰♥️♥️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!