Bertemu bela lagi?

"Papa tidak akan pernah berhenti melakukan itu sebelum kamu mau memimpin perusahaan ini kembali, bahkan bila perlu Papa akan buat perusahan mu bangkrut, Daniel papa sudah tua, pikirkan itu, kamu adalah penerus perusahaan ini, kembali lah ke rumah nak, jangan seperti ini terus," mohon Robert menatap putranya nanar.

Daniel tersenyum masam dengan permohonan sang ayah. "Untuk apa anda memerlukan saya, anda sudah memiliki pewaris dari wanita jalang itu," ujar Daniel sinis.

"Jaga bicaramu Daniel, dia juga ibu sambung mu, kau harus hormat dengannya," nada suara Robert sudah naik beberapa oktaf. Dia tahu dia salah tapi dia tak suka mendengar anaknya berbicara buruk tentang istrinya. Kejadian di masa lalu itu adalah kesalahan mereka berdua bukan hanya kesalahan istrinya saja, apalagi anaknya yang masih kecil dibawa-bawa dalam masalah orang dewasa.

"Saya tidak akan pernah menganggap wanita jalang yang sudah membunuh ibu saya sebagai ibu, tidak akan pernah, saya membencinya semur hidup saya."

"Daniel belajarlah memaafkan, kami tahu kami salah tapi ingat Mama mu sendiri yang memilih hal seperti itu hingga dia meninggalkan kita untuk selamanya."

Prok, prok.

"Wah hebat sekali anda, lihatlah sebegitu nya anda membela jalang yang sudah membunuh Mama saya, anda harus ingat jika bukan karena kalian yang bejat tidak mungkin Mama saya mengakhiri hidupnya." Darah Daniel mulai naik menghadapi ayahnya yang terus membela orang yang paling dia benci di dunia ini.

"Daniel jaga bicara mu, aku ayahmu,"

"Dulu iya, sekarang tidak lagi, jangan pernah ganggu kehidupan saya lagi, permisi." Daniel langsung meninggalkan tempat itu sebelum kesabarannya habis dan berubah gelap mata menghajar sang papa.

Inilah yang terjadi jika meraka bertemu, akan hanya ada pertengkaran tanpa menyelesaikan masalah.

"Tuan besar, apa perlu saya mengejar Tuan Daniel?"

"Tidak perlu Robi, dia tidak akan mendengarkan siapapun jika sedang marah," Robert menghempaskan tubuhnya ke sofa sambil memijat kepalanya yang berdenyut akibat tekanan darahnya yang naik.

*

"Ratna, siapa sih Tuan Daniel? kok semua ngomongin dia," tanya Mei yang sudah bosan dari tadi mendengar nama Daniel yang terus di gosipkan oleh semua orang.

"Dia anak dari CEO perusahaan ini, setelah 4 tahun lamanya, ini pertama kalinya Tuan Daniel datang kembali ke perusahan," jelas Ratna secara singkat sambil membuat minuman untuk di bawa ke ruangan CEO.

"Ohhh anak CEO, pantes saja gempar," ujar Mei manggut-manggut.

"Bintang, ini sudah selesai, bawakan ke ruangan CEO," ujar Ratna menyerahkan sebuah nampan ke Bintang.

"Aku?" ujar Mei menunjuk dirinya sendiri, dia tidak percaya dengan apa yang diperintahkan oleh Ratna seniornya. Selama 6 bulan dia bekerja disini, dia tidak pernah masuk ke ruangan CEO. Ruangan itu begitu sakral baginya.

"Iya, memangnya kenapa? kamu harus belajar karena tugas ini pasti akan kamu dapatkan entah kapan itu, jadi kamu harus berani Mei," yakin Ratna yang melihat keraguan di wajah Mei.

"Tapi aku belum pernah masuk ke sana, bagaimana jika aku melakukan kesalahan," khawatir Mei.

"Tidak masalah Mei, Tuan Robert orangnya baik, kamu harus yakin kalau kamu bisa melakukannya."

"Baiklah, kalau begitu," jawab Mei lesu.

*

Ting.

Mei sekarang sudah sampai di lantai tertinggi gedung perusahaan besar Santosa Company.

Namun saat Mei baru beberapa langkah keluar dari lift, tubuhnya langsung terhempas jatuh karena di tabrak oleh seseorang.

Pyang.

Seketika pecahan kaca berserakan di lantai berwarna putih bersih tersebut karena nampan yang berisi gelas kaca itu juga terhempas ke sembarang arah.

"Akhhhh." Pekik Mei.

Bokongnya langsung terasa berdenyut sakit saat berbenturan hebat dengan lantai yang begitu keras.

Seseorang yang menabrak Mei seketika berjongkok dengan panik untuk mengecek keadaan Mei. "Maaf, kamu tidak apa-apa, Kan?"

"Kalau jalan lihat-lihat do_"

Ucapan Mei langsung terhenti saat dia mendongak, dia seketika mengenali orang yang menabraknya tadi.

"Anda?"

"Kamu?"

Mereka mengucapkannya secara berbarengan saat mengenali wajah satu sama lain.

Mei menunjukkan ekspresi semakin tidak suka ketika mengetahui orang yang barusan menabraknya.

"Dasar penguntit! Anda mengikuti saya sampai kesini ya? Kemarin anda melecehkan saya sekarang anda ada disini. Pasti untuk memata-matai saya, Kan? Kalau anda tertarik dengan perempuan jangan gini donk caranya, Ohh, apa jangan-jangan anda penculik?" Celoteh Mei marah-marah menuduh pewaris perusahaan tempatnya bekerja dengan tuduhan yang sangat kasar.

"Percaya diri sekali kamu, siapa juga yang suka sama kamu? Enak saja menuduh sembarangan, mana ada orang setampan ini adalah penjahat, otak mu saja yang negatif," marah Daniel balik.

Yang menabrak Mei secara tidak sengaja adalah Daniel, dia berjalan begitu terburu-buru karena sedang di penuhi oleh amarah akibat perdebatan dengan sang ayah sehingga fokusnya menjadi terbagi dan tak begitu memperhatikan jalan.

"CK, Wajahnya memang mirip Bella tapi perangainya sangat jauh berbeda, bocah aneh," dengus Daniel dalam hati.

"Mana ada maling ngaku, penjara pasti penuh." Mei masih saja menuduh Daniel yang tidak-tidak.

Mei perlahan bangun sambil mengusap bokongnya yang masih terasa nyeri.

Melihat Mei bangun membuat Daniel juga ikut terlonjak bangun, sebenarnya dia ingin menolong tapi dia mengurungkan niatnya agar tidak di tuduh yang macam-macam lagi oleh Mei.

"Apa sakit?" tanya Daniel yang melihat Mei meringis kesakitan. Dia sedikit iba karena dia melihat Bella di diri Mei.

"Ya sakit lah, namanya juga orang jatuh, pertanyaan anda sungguh tidak masuk akal," ketus Mei.

Rasa kasian Daniel menguap entah kemana saat di berikan jawaban ketus oleh Mei.

Setelah mendengar suara judes Mei dia jadi lebih tersadar yang ada di depannya saat ini bukanlah Bella yang begitu lembut saat berbicara walaupun Bella sedang marah sekalipun. "Kok ada perempuan sekasar ini, di tanya baik malah nyolot."

"Sekarang anda ngaku aja deh, anda penjahat, Kan? sebelum saya laporkan ke polisi." Desak Mei menyipitkan matanya, dia mengarahkan jari telunjuk di depan wajah Daniel.

Daniel menghembuskan napas lelah. Dia menghempaskan tangan Mei yang berani menunjuknya dengan tidak sopan, selama ini tidak ada orang yang berani memperlakukan dirinya seperti ini walaupun dia sudah keluar selama 4 tahun terakhir dari kediaman keluarga Santos.

"Heii gadis gila, beraninya kau menunjuk ku seperti tadi," bentak Daniel memberikan tatapan mematikannya.

Mei bisa melihat rahang pria itu yang mulai mengeras dengan mata nyalang yang seakan menusuk matanya. Sehingga Mei sedikit melangkah mundur kebelakang mengaktifkan mode pertahanan.

"Apa dia penculik yang ada di film -film yang suka membunuh orang? Tuhan tolong selamatkan aku, aku masih ingin hidup, nenek ku siapa yang menjaga jika aku mati?" jerit Mei di dalam hati.

Happy reading guys ♥️♥️😘😘

I LOVE YOU ♥️🥰😘♥️😘🥰

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!