Berubah Hangat

Perkataan Daniel terpotong saat melihat Mei yang menggeliat gelisah, sepertinya gadis itu merasa tidak tenang.

"Ehhh," lenguh Mei, dahinya mengernyit dengan sempurna.

Rasa kasian menyeruak di lubuk hatinya yang terdalam sehingga pria itu turun dari kasur, dia teringat dengan Mei yang sempat memijat kakinya sebelum tidur jadi dia mencari salep pereda nyeri di kotak obat.

Setelah mendapatkan nya Daniel kembali naik ke atas kasur lalu dia membuka selimut yang membalut tubuh Mei dengan pelan-pelan supaya tidak membangunkan istrinya.

Dengan telaten Daniel melipat celana panjang Mei ke atas sampai di lututnya. "Lututnya memar," gumam Daniel.

Setelah mengoleskan salep pereda nyeri, Daniel kembali turun mengambil obat untuk memar di lutut Mei.

"Dia sangat ceroboh, aku juga yang di report kan pada akhirnya," gerutu Daniel.

Dia kembali mengoleskan salep untuk memar di lutut Mei, bukan hanya itu dia juga menunggu Mei untuk menyakinkan kalau istrinya sudah merasa nyaman.

"Hei bocah kecil, kenapa aku sangat peduli dengan mu, kau harus membayar nya besok," ujar Daniel bicara dengan orang yang sedang tidur. Dia tak sadar sudah tersenyum.

Sungguh konyol, saat seperti ini Daniel menjadi sosok yang hangat.

*

Matahari pagi belum menampakkan cahayanya dengan sempurna namun Daniel sudah sibuk bergelut dengan peralatan berat yang akan menambah masa ototnya yang ada di ruangan gym padahal anggota keluarga yang lain masih tertidur.

Otot-ototnya terlihat menyembul dengan sempurna saat dia mengangkat barbel, para wanita pasti menjerit histeris jika menyaksikan adegan yang menggoda iman ini, keringat maskulin bercucuran jatuh dari dahi melewati rahangnya yang tegas lalu turun ke leher kokoh itu hingga jatuh sempurna di perut yang terbagi menjadi 6 kotak tersebut.

Entah sengaja atau tidak, pria itu tidak menggunakan baju saat melakukan aktivitas itu, hingga tubuh kekar milik Daniel terekspos dengan sempurna.

"Tubuh mu cukup bagus," terdengar suara lembut seorang wanita dengan masih menggunakan pakaian tidur yang seksi, dua gundukan yang ada di depan menyembul dengan sempurna seolah menantang siapapun yang melihatnya.

Daniel seolah tuli tak menghiraukan ibu tiri yang sangat dia benci itu, dia fokus mengelap keringat yang mengalir di seluruh tubuhnya.

"Apa pantas kamu sesombong ini kepada Ibu mu?" Jemarinya berusaha meraih perut Daniel yang kekar namun dengan cepat Daniel mencekalnya.

Daniel berdecak meremehkan. "CK, apakah seperti ini caramu menggoda pria yang sudah beristri?"

"Jaga bicaramu! aku ini ibu mu." Rani mendelik melawan Daniel, dia secara tidak langsung menabuh genderang perang kepada anak tirinya.

Ternyata wanita ini menguji kesabaran seorang Daniel, Darah pria itu seketika mencuat naik saat wanita murahan itu melabeli dirinya sebagai ibunya, Daniel merasa jijik mendengar ibu tirinya yang sok membawa-bawa gelar seorang ibu, pantaskah wanita pembunuh ini menyandang sosok seorang ibu.

"Dengarkan baik-baik wanita pelacur, akan ku potong mulutmu itu jika kau berani lagi menyebut kata ibu, aku tidak sudi menjadi anakmu."

Terdengar suara ringisan halus dari wanita yang bernama Rani itu karena pergelangan tangannya di remas dengan keras oleh Daniel.

"Lepaskan Daniel!" Teriak Rani mencoba melepaskan diri.

Dia memberontak ingin lepas namun apalah daya tenaga Daniel jauh lebih besar darinya.

"Tidak semudah itu wanita murahan, kau yang menantang ku duluan," nada suaranya penuh dengan penekanan, aura pria itu semakin menghitam, dia malah lebih mengeratkan genggamannya, mungkin pergelangan tangan Rani sudah membiru akibat cengkraman keras Daniel.

Sedangkan Rani sibuk menahan rasa sakitnya. "Akhh, lepaskan Daniel, aku akan membunuhmu kalau sampai tangan ku kenapa-kenapa."

"Coba saja, aku akan menunggu waktu itu," tantang Daniel.

"Selamat pagi Tuan muda," dengan ragu seorang pelayan masuk membawakan minuman untuk Daniel. Dia sedikit kaget melihat adegan antara anak tiri dan ibu tirinya itu. Sungguh tidak mencerminkan sebuah keluarga harmonis, hanya ada tatapan saling membenci dan permusuhan.

"Sepertinya aku datang di waktu yang salah," Pelayan itu hanya bisa meringis di dalam hati.

Niat hati hanya ingin menjalankan tugas namun harus menyaksikan pertengkaran keluarga.

Melihat pelayan masuk Daniel secara tiba-tiba melepaskan cengkraman tangannya sehingga tubuh wanita itu terpental jatuh karena tak bisa menjaga keseimbangan.

"Akhhh, kurang ajar!"

"Rasanya pelayan lebih berharga dari mu," Pria tampan itu tersenyum miring meremehkan melihat Rani yang tersungkur di hadapannya. "Posisi seperti ini sangat cocok untuk mu."

Setelah mengambil minuman yang di ambil dari nampan pelayan, Daniel melenggang pergi seolah tak pernah terjadi sesuatu di dalam sana.

Tangan Rani terkepal dengan sempurna, dia begitu kesal dengan perlawanan Daniel yang brutal, dia kira pria itu tidak akan main fisik dengan seorang perempuan. "Akhhh! sialan kau Daniel ! akan ku pastikan hidup mu tidak akan tenang," teriak Rani histeris.

Rani mengusap pergelangan tanganya yang sudah berubah dari awalnya merah menjadi biru. "Ohhh, tangan ku yang mulus, ini semua gara-gara anak sialan itu." Rani mencoba bangun tapi pantatnya begitu nyeri serta perih. "Akhhh, sakitnya, Akan ku balas sakit ku ini, tunggu saja permainan ku Daniel," sudut bibir wanita itu tersungging, otaknya sudah merancang sebuah rencana yang bagus.

"Heiii, apa yang kau lihat? cepat bantu aku bodoh," bentak Rani ke pelayan nya yang sungguh tidak peka itu.

"Maaf Nyonya," Akhirnya Rani bisa kembali berdiri tegak setelah di bantu oleh pelayan.

*

Dahi Daniel mengernyit. "Dia masih tertidur?"

Perlahan Daniel mencoba mendekati Mei yang masih tertidur pulas. Dia duduk di tepi kasur. "Wajahnya sangat pucat, apa dia sakit?" Tangan pria itu terulur untuk mengecek suhu badan Mei.

Saat punggung tangannya mendarat di dahi gadis itu, dia sedikit terperanjat karena rasa panas yang membara langsung tersalurkan juga ke punggung tangannya. "Dia demam," gumam Daniel.

Karena terusik oleh tangan yang terasa menyentuh wajahnya

Mei perlahan membuka matanya dan terbangun. Dia merasakan kepalanya berdenyut sakit.

Namun sepersekian detik kemudian dia melupakan rasa sakit itu dan berteriak histeris. "Akhhhh!" pekik Mei tiba-tiba saat melihat Daniel.

Dengan reflek yang cepat Mei segera menarik selimut yang ada di pinggangnya ke atas agar menutupi seluruh badannya.

Daniel pun ikut terkejut karena teriakan gadis itu yang menusuk indra pendengarannya. "Aku bukan hantu bodoh," marah Daniel.

"Tuan, Apa yang ingin anda lakukan?kenapa anda tidak memakai baju?" Mei segera memalingkan wajahnya.

"Terus kenapa kalau aku tidak memakai baju?" tanya Daniel dengan santai seperti orang yang tidak berdosa. Apa dia tidak tahu kalau perut kotak-kotak itu bisa melemahkan wanita?

"Anda ini pura-pura tidak paham atau gimana sih, anda mendekati seorang gadis dengan tidak memakai baju, itu adalah hal mesum tau, apa jangan-jangan anda ingin macam-macam?" cecar Mei namun dengan mata yang masih setia tertutup.

"Apa kau lupa kalau kau bukan seorang gadis lagi? Aku sudah katakan kemarin jika aku sama sekali tidak tertarik dengan bentuk tubuhmu yang rata."

Happy Reading guys ♥️♥️♥️😘

I LOVE YOU ♥️🥰😘♥️🥰😘😘

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!