Sakit

Mei yang tersulut amarah akhirnya membuka mata dan memberanikan diri untuk menatap Daniel dengan tajam. "Saya tidak peduli kalau anda tertarik dengan saya atau tidak tapi berhenti menghina saya, saya juga tidak tertarik dengan bentuk tubuh anda itu," Mei mengejek balik Daniel.

Daniel tersenyum mencurigakan. "Apa kau yakin tidak akan tertarik?" ujar Daniel mencoba menggoda Mei.

"Anda jangan macam-macam Tuan," Mei seketika panik saat mendapati pria itu mendekat kearahnya yang masih berada dalam posisi berbaring.

Namun dengan gerakan cepat dia menggulingkan tubuhnya ke samping untuk menghindari Daniel lalu melonjak bangun dari tempat tidur dan segera berlari ke kamar mandi.

Daniel hanya bisa geleng-geleng kepala melihat aksi Mei. "Katanya tidak tertarik tapi mengindari ku, dia pikir hebat kabur dengan cara seperti itu."

*

"Kenapa sih semua orang terlihat sibuk banget hari ini, nggak tau apa aku lagi nggak enak badan, disuruh bersihin aula dengan cepat," gerutu Mei yang melihat semua pekerja di kantor seperti sedang mempersiapkan sesuatu. "Memangnya presiden akan kesini?" omelnya lagi sambil mengepel ruangan rapat.

"Memang presiden akan datang," seloroh Ratna, entah sejak kapan wanita itu sudah ada di belakang Mei yang tengah mengomel.

"Benarkah?" Mei langsung memutar badan secepat kilat menghadap Ratna dengan ekspresi terkejut, mata wanita itu seketika melebar.

"Lebih tepatnya presiden di perusahaan ini alias pemimpin perusahaan, apa kau nggak tau hari ini pelantikan Tuan Daniel sebagai CEO Santosa Company? semua orang sibuk mempersiapkan itu."

"Suami ku akan jadi CEO perusahaan ini, berarti aku akan bertemu dia di kantor juga donk." gumam Mei dalam hati. "Bagaimana kalau aku di pecat olehnya, dia kan suka seenaknya." Mei tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya jika Daniel yang akan menjadi pemimpin perusahaan ini.

"Ehh, kok bengong, awas nanti kesambet setan," ujar Ratna membuyarkan pikiran aneh Mei.

Yang di lakukan Mei hanya nyengir kuda menunjukkan deretan gigi putih itu. Dia belum siap berkata yang sejujurnya ke Ratna tentang dirinya yang adalah istri Daniel, dia akan merahasiakan ini selamanya, tidak ada yang boleh tau tentang hal ini.

Saat jam sudah menunjukkan jam 10.00 pagi semua karyawan berbaris untuk menyambut kedatangan Daniel sang pemimpin baru dan Tuan Robert yang akan menyerahkan tanggung jawab itu ke putra sulungnya. Termasuk Mei juga ada disana namun sayang sekali dia ada di barisan bagian belakang karena OB adalah bagian terbawah di perusahaan menurut mereka.

Cittt.

Sebuah mobil mewah keluaran terbaru dengan harga fantastis berhenti di pelataran lobby perusahan. Pria paruh baya yang masih terlihat tampan walaupun tak muda lagi turun dari mobil yang berkilau di mata orang-orang yang ada disana.

Lalu di susul oleh seorang pria tampan menggunakan setelah jas rapi dengan postur tubuh yang tinggi dan tegap, tingginya kira-kira sekitar 190 cm. Hanya dengan berdiri tegap saja sudah terasa karismanya yang kuat dan mengintimidasi ciri khas seorang penguasa. Aura dingin langsung menyelimuti suasana di tempat ini hanya dengan kehadiran satu orang saja. Dibalik auranya yang dingin terpancar ketampanan luar biasa bak pangeran di negeri dongeng sehingga membuat wanita tergoda untuk mendekat bahkan para pria pun mengangumi fitur wajah yang begitu sempurna yang dimiliki pria ini.

Daniel melepaskan kaca mata hitamnya dengan gagah, seketika semua karyawan menunduk hormat saat kedua pemimpin itu ada di hadapan mereka.

"Selamat datang Tuan Robert dan Tuan Daniel," ucap semuanya serentak termasuk Mei yang ikut-ikutan saja di belakang walaupun dia sangat malas, kondisinya sedang tidak baik-baik saja.

Badanya panas sejak baru bangun tidur, dia sudah minum obat tapi badanya masih terasa lemas, di tambah lagi kepala yang berdenyut nyeri dari tadi semenjak membersihkan aula.

"Selamat datang Tuan muda Daniel, selamat atas bergabungnya anda lagi di Santosa Company, saya harap anda bisa bekerja sama dengan baik dengan saya sebagai Assisten anda," ujar Robi, lalu dia ikut juga menunduk hormat.

Saat Assisten Robi mengangkat badannya semua karyawan juga serentak mengangkat tubuh mereka.

"Terimakasih atas sambutannya, semoga kita bisa bekerja sama dengan baik dengan saya sebagai CEO baru kalian," ujar Daniel berwibawa.

"Semua kepala divisi ikut ke aula untuk pelantikan resmi," perintah Tuan Robert.

Akhirnya kerumunan itu bubar dan beberapa orang beralih menuju ruangan aula perusahaan.

"Mei, kamu terlihat sangat pucat, apa kamu baik-baik saja?" khawatir Ratna yang baru menyadari Mei yang wajahnya pucat pasi.

"Aku hanya sedikit sakit kepala," jawab Mei menyepelekan sakit yang dia alami.

"Kamu ijin aja kalau sakit, aku anterin kamu pulang ya."

"Nggak usah Ratna, aku baik-baik saja, tadi sudah minum obat kok, ayo kita lanjut kerja, nanti buk Ami ngamuk."

"Kamu yakin?"

"Iya, nggak usah khawatir."

Kedua wanita muda itu akhirnya melanjutkan pekerjaan mereka seperti mana biasanya.

*

Sekarang Mei berada di depan ruangan CEO dengan kedua tangan kurus itu menahan nampan yang berisi segelas kopi untuk Tuan Daniel pemimpin baru mereka.

Dia sebenarnya sangat malas bertemu Daniel tapi apa boleh buat ini adalah tugas yang harus dia jalani. Dia harus bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang sudah dia sanggupi.

Mei menghembuskan napas secara kasar sebelum mengetuk pintu.

Tok,tok,tok.

"Permisi."

"Masuklah," terdengar suara bas dari dari dalam.

Secara perlahan Mei membuka pintu lalu masuk dengan hati-hati. Hawa berbeda langsung menyerukan saat masuk ke rungan sang penguasa, sangat mengintimidasi. Terlihat disana Daniel sedang fokus dengan beberapa kertas yang ada di tanganya. Alisnya mengkerut sempurna pertanda di sedang serius saat ini. Kesan ini membuat Mei semakin tertekan.

"Selamat pagi Tuan Daniel, saya membawa kopi untuk anda."

"Hmm, terimakasih," ujar Daniel mendongak melihat Mei yang berdiri di hadapannya.

Deg.

Wajah pucat Mei langsung menarik perhatian Daniel. Dia kembali teringat dengan badan Mei yang terasa panas saat tadi pagi dia menyentuh dahi istrinya. "Dia sakit."

"Kemari lah mendekat," ujar Daniel menggerakkan satu jarinya memerintah.

"Anda perlu sesuatu Tuan?" tanya Mei yang tak mengerti maksud Daniel. Kenapa dia harus mendekat ke pria itu? Untuk apa?

"Apa kau tuli? Aku suruh kau mendekat."

Alis Mei terangkat. "Untuk apa?"

Sepertinya Mei tengah menguji kesabaran seorang Daniel yang setipis tisu. Muak dengan perdebatan Daniel seketika bangun dari kursi kejayaannya lalu mendekat menghampiri Mei.

Otomatis Mei mundur beberapa langkah karena melihat wajah kesal Daniel.

"Apa dia akan memukulku?" ujar Mei dalam hati karena melihat tangan Daniel yang terangkat, Dia sudah pernah merasakan bagaimana ganasnya Daniel saat marah, bahkan pria itu tak segan menyakiti nya sampai pergelangan tangannya memar waktu itu. Tidak menutup kemungkinan Daniel akan berbuat hal yang sama sekarang.

Saat Daniel semakin mendekat.

Mei secara reflek menutup mata, dia pasrah kalau harus merasakan sakit.

Happy Reading guys ♥️♥️😘😘🥰

I LOVE YOU ♥️😘😘♥️🥰

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!