bab 18

sore itu terasa sunyi sekali, meskipun para anggota keluarga arin sudah berkumpul di ruang tamu, tapi tak ada satupun yang mulai membuka suara. hanya keheningan yang tercipta, baik ibu dan bapak arin mereka diam membisu,, bingung cara memulai pembicaraan mereka.

sedang arin semakin gelisah karena tidak ada yang mau bicara. matanya melirik kanan kiri, menatap orang tuanya dan sang kakak. karena jenuh arin pun memulai obrolan keluarga itu.

"pak,,, buuu,,, kita sudah berkumpul di sini, kenapa malah diam semua?? " tanya arin "sebenarnya ada apa ini?? tolong segera di jelaskan. karena arin tidak bisa berlama-lama di sini. ada kerjaan yang harus arin selesaikan di kota. "

bapak pun menghembuskan nafas dengan kasar. yaa arin benar,,!! masalah ini harus segera menemui titik temu agar tidak berkepanjangan. sambil menatap satu per satu anggota keluarganya, bapak mencoba memantapkan hatinya.

"huhh,,,, sebenarnya keluarga kita sedang dalam masalah nak...!! ibu dan bapak terlilit hutang dengan pak suroso. " kata bapak.

"iya,, dan hutang ibu dan bapak sudah mencapai angka 70 juta nak.. " timpal sang ibu.

arin kaget bukan main, angka 70 juta itu bukan uang yang sedikit, bahkan gajinya pun jika di kumpulkan butuh waktu 3 tahun.

"itu hutang apa pak,,? bukannya pak suroso itu seorang rentenir?? " tanya arin meminta penjelasan kepada orang tuanya.

"sebenarnya itu hutang sudah lama nak,,, sudah sekitar 5 tahun yang lalu. bapak terpaksa hutang pada pak suroso untuk menutupi kredit rumah mbak mu..!! " jelas sang ayah.

haahhhh,,,, !! arin pun menatap kakaknya, mbak Nur. tapi mbak Nur buang muka seolah dirinya merasa tidak bersalah.

"kenapa bapak yang harus menutup hutang mbak Nur pak?? itu kan rumah mbak Nur dan mas dio.. harusnya kan menjadi tanggung jawab mereka. " ucap arin yang tidak habis pikir dengan kedua orang tuanya yang menutupi masalah ini, bahkan hampir 5 tahun berlalu. oh tuhaann,,,, !! masalah apa lagi ini yang akan datang menimpaku?? gerutu arin dalam hati.

"itu karena mas dio saat itu sedang di PHK dari pabrik, aku dan mas dio kesusahan dalam hal ekonomi." ujar mbak Nur.

"mbak,,, mbak,,, itu rumah kalian, kalian sendiri yang memutuskan untuk kredit rumah. tapi kenapa malah membebankan kepada orang tua kita,,,?? mas dio kenapa diam saja...?? harusnya mas ikut bertanggung jawab dong,, jangan diam ajaa,,,!!" ucap arin marah, bahkan tangannya mencengkram ujung sofa, menyalurkan emosi hatinya.

"itu bukan salah mbak mu rin,, ibu dan bapak sendiri yang memutuskan untuk membantu mbak mu. orang tua mana yang tega lihat anaknya kesusahan seperti itu rin. " bela sang ibu.

arin yang mendengar pembelaan dari sang ibu bertambah geram. semudah itu ibunya membela kakaknya. arin geleng-geleng kepala.

bapak yang melihat situasi agak panas, segera menengahi.

"sudah,, sudah,,, jangan sampai ribut,,! tujuan kita berkumpul untuk mencari jalan keluar dari masalah ini. karena kita cuma di beri waktu 3 bulan untuk melunasi nya. " lalu bapak menatap anak sulungnya, berharap dia menemukan solusinya. tapi yang di tatap pun menundukkan kepala.

"trus apa yang harus kita lakukan pak?" tanya mas dio.

"kita kumpulkan semua tabungan yang kita punya dulu, " usul ibunya.

"tabungan dari mana bu,?? mas dio kan kerjanya hanya jadi tukang bangunan. buat makan sehari-hari saja kadang masih kurang. " kata mbak Nur.

"apa kamu tidak punya tabungan sama sekali Nurr?? kamu sendiri sudah tau masalah ini dari awal.. dulu katanya kamu mau bantu bapak buat nyicil. " timpal sang bapak.

" emhhhh,,, anuu pakk,,," ucap Nur menggantung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!