Antagonis Mati, Male Lead Menggila
Disebuah ruangan tepatnya di sebuah kamar, seorang wanita yang bernama Rose membaca novel yang dibelinya dipinggir jalan saat dalam perjalanan pulang dari tempat kerja. Diatas kasurnya, sebelah kanan dan kirinya sudah berjejer makanan ringan dan ia memangku sebuah bantal tidur sebagai alasnya membaca.
"Kenapa sih si antagonis kaya tapi cuma punya otak cinta, harusnya dia manfaatin fasilitas dari keluarganya, nih efek kalo aku miskin sih jadi iri. Sayang banget hidupnya hancur gara-gara rebutan cowok"
Wanita itu membolak balikan buku mencari nama pengarang namun tidak ada keterangan apapun dibuku. Tidak ada nama penerbit dan tahun pembuatannya pun kosong.
"Lanjut aja bacanya, tinggal beberapa bab"
Setelah kembali menyelami bacaannya, wanita itu mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali sebelum ia tiba-tiba tertidur dengan posisi masih memangku novelnya.
***
Seorang wanita berambut hitam menatap hampa pada sejoli yang menatap waspada ke arahnya saat ia berjalan ke arah guillotine. Wanita itu tertawa getir. Bahkan diujung dari kehidupannya ia masih tetap diwaspadai sampai seperti itu. Wanita itu pun berhenti menatap kearah sejoli itu, kemudian menutup matanya pasrah menanti hukumannya.
Dari pengalaman selama ini ia peroleh, mungkin memang yang terbaik adalah membiarkan keduanya bersatu. Lagipula perempuan yang berada di sisi putra mahkota itu begitu gigih dan ambisinya untuk mengabdikan diri pada masyarakat begitu kuat, tidak seperti dirinya yang dibutakan cinta dan berambisi pada seorang saja.
"Kalau bisa mengulang kembali, aku tidak akan mencintaimu. Cukup di kehidupan ini saja" lirihnya.
Ia mengalihkan pandangan ke arah lain, dimana di sana ada keluarganya yang menatap sedih kearahnya. Seluruh keluarganya yang menderita karena dirinya, mereka datang mengulurkan tangan untuk menjemputnya, "Akhirnya aku bisa bersama dengan kalian" ucapnya bersamaan dengan turunnya pisau yang menebas lehernya.
***
Air mata Rose mengalir ketika terbangun dari tidurnya. Ia merenggangkan tubuhnya sebelum benar-benar sadar. Mimpi itu begitu nyata dan ia merasakan dalamnya rasa sedih wanita itu. Sepertinya ia terlalu meresapi jalannya cerita di novel itu. Rose mengernyitkan dahinya bingung ketika sebelah kanan kirinya bersih dari makanan, ia pun memfokuskan matanya melihat sekeliling ruangan, bahkan ia tidak lagi berada di ruangan sempit kamarnya.
Pupil matanya mengecil dan dadanya berdetak kencang, "Dimana aku?"
Rose berlari ke arah jendela besar yang tertutup korden di ruangan itu. ia membuka lebar korden dan mendapati hari masih gelap. Ruangan itu minim penerangan, namun ia tahu ruangan ini begitu elegan seperti kamar di jaman Eropa kuno karena masuknya cahaya bulan yang entah mengapa bulan pun terlihat lebih besar dari pada umumnya.
"Astaga, itu sangat indah" ucapnya kagum menatap ke arah bulan terlihat dari jendela yang tegak lurus menghadap kamar besar itu.
"Tunggu, ini bukan waktunya mengagumi sesuatu, aku harus menyelidiki dimana sekarang aku berada" katanya kemudian mulai mengacak seluruh laci yang ada di ruangan itu.
Rose menemukan beberapa surat dan berlari ke arah jendela untuk membaca surat itu.
"Putra Mahkota Alexander Abigail?" gumamnya membaca tulisan yang begitu asing dimatanya, namun secara ajaib ia paham isi tulisan itu.
Isi surat itu hanyalah sebuah ancaman putra mahkota kepada Vera Verita yang telah membuat masalah dengan Liliana Roanne.
"Tunggu, nama-nama itu adalah tokoh dari novel Istri Untuk Pangeran" gumam Rose.
Ia kemudian berjalan menuju ruangan walk in closed yang bersebelahan dengan kamar mandi. Ada cermin besar di ruangan itu, cahaya bulan yang masuk lewat celah korden membuat Rose bisa melihat tubuh dan wajahnya yang sangat berbeda dengan dirinya di dunia modern.
"Tidak mungkin!" kejutnya kemudian ia mulai menangis.
"Bagaimana dengan kehidupanku di sana, aku ingin pulang, oh tidak, kehidupanku yang nyaman!" ia mengingat jalan hidupnya selama ini yang cukup sulit, hingga akhirnya ia bisa berdiri dengan kaki sendiri.
"Tunggu, jika aku mengikuti alur novel, antagonis akan mati dan aku akan kembali ke duniaku. Bukankah begitu umumnya di cerita transmigrasi yang pernah ku baca. Jadi aku akan jadi orang jahat?" Rose menggigit bibirnya tidak terima.
"Tapi bagaimana jika aku mati disini jiwaku tidak bisa kembali, atau aku harus menemukan kebahagiaan Vera kemudian bisa kembali, ah, misi ini buat bikin pusing" kata Rose bermonolog saat didepan cermin.
"Hanya itulah jalan satu-satunya" putusnya kemudian. Ia pun kembali berbaring untuk mengingat kembali alur cerita dan menghubungkannya dengan beberapa ingatan yang dimiliki Vera yang muncul di kepalanya.
Lama ia berbaring, ia sudah mengumpulkan informasi dari ingatan pemilik tubuh dan dari alur novel Istri untuk Pangeran. Sesuai novelnya Putra Mahkota yang sekarang lahir dari salah satu pelayan kekaisaran, pelayan itu kabur saat mengandungnya. Ayah antagonis wanita, Duke Verita yang saat itu diutus langsung oleh Kaisar mencari pelayan wanita itu, setelah berhasil ditemukan disebuah desa terpencil, ia dengan paksa membawa pulang calon pewaris kekaisaran dan membawanya ke istana yang saat itu memang sedang kacau karena putra satu-satunya dari ratu meninggal dunia karena sakit. Jangan tanyakan nasib ibunya yang berstatus pelayan itu karena dalam novel, ayah antagonis kejam itu membunuhnya. Meskipun tidak dijelaskan secara detail bagaimana kejadiannya.
Pada suatu ketika, di acara besar debut kedewasaannya sekaligus pengangkatannya sebagai Putra Mahkota, pria itu mengetahui bahwa ibu kandungnya telah tewas ditangan Duke, itulah sebabnya putra mahkota sangat menentang pertunangan dengan putrinya dan berniat membalaskan dendam atas kematian ibunya.
Namun karena Vera jatuh cinta pada pandangan pertama pada Putra Mahkota saat debut kedewasaannya saat itu, ia pun memaksa agar pertunangan bisa dilaksanakan dengan berbagai cara, salah satunya yang paling ekstrem dengan meminum racun. Tapi Putra Mahkota tidak tergerak sedikitpun, justru memperkuat hubungannya dengan sang pujaan hati.
Kedekatan para tokoh utama terjadi saat Putra Mahkota berusia sembilan tahun, saat ayah Liliana, Viscount Roanne sering mengajak putrinya itu mengunjungi istana. Sedangkan Vera Verita diumur sembilan tahun sudah memperoleh pendidikan ketat dari keluarganya dan jarang bersosialisasi diluar mansion nya. Itulah sebabnya ikatan antara tokoh utama tak terpisahkan.
Setiap perhatian dan tatap penuh kasih yang ditunjukkan Putra Mahkota Alexander Abigail kepada Liliana Roanne membuat Vera Verita diliputi rasa cemburu. Hingga gadis itu berbuat nekat dengan meracuni sang tokoh utama wanita saat jamuan minum teh di istana kekaisaran.
Putra Mahkota yang marah pun mengeluarkan bukti-bukti atas keluarga Duke yang terlibat atas pembunuhan ibu kandungnya dan karena perbuatan Vera yang meracuni seseorang dilingkungan kekaisaran ia pun didakwa atas pembunuhan berencana yang membahayakan anggota kekaisaran atau dengan kata lain dengan tuduhan pemberontakan membuat seluruh keluarganya ikut menanggung hukuman kematian.
"Ayah antagonis sangat menyayangi anaknya, aku harus bagaimana agar keluarga ini juga selamat. Ayah Vera telah membunuh ibu pria itu, pastilah dimasa depan akan membalas dendam. Jikalau aku harus membuat Vera bahagia, maka kebahagiaan yang seperti apa?" ucap dalam hati Rose menjerit.
"Mulai hari ini aku adalah Vera Verita, kehidupanku sudah penuh dengan masalah, apakah akhir kehidupan ku sudah dekat, Alexander Abigail sudah menjadi putra mahkota dan sudah dekat dengan Liliana Roanne atau jangan bilang mereka sudah bertunangan, kenapa itu tidak muncul didalam ingatan?"
Vera beranjak menuju meja riasnya dan mengambil surat ancaman yang ditemuinya tadi dan membacanya ulang.
"Kalau kematian sangat beresiko untukku tidak bisa kembali berarti aku harus hidup dan mencari kebahagiaan, berarti langkah awal adalah memperbaiki apa yang bisa diperbaiki dan menghindari masalahnya" kata Vera.
Diletakkannya lagi surat itu kedalam laci, kemudian ia berjalan ke arah balkon dan membuka pintu kacanya. Udara dingin malam hari membuatnya sedikit bergidik tapi membantunya untuk sedikit rileks.
Vera mendapati di jarinya tersemat cincin permata. Ia memandang cincin yang entah mengapa bisa terbawa dari dunia modernnya, cincin turun temurun dari mendiang keluarga ibunya.
"Setidaknya aku akan ingat pulang dengan adanya cincin ini"
Maka dari itu rencana terakhir harus berhasil, keluarga ini dan dirinya harus bahagia agar ia bisa pulang dengan selamat.
Vera pun tertidur begitu hatinya tenang.
*** TBC ***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Ibuk'e Denia
aq mampir thor
2024-06-02
1
Dede Mila
mulai baca
2024-04-26
1