Giovan Verita

Seminggu sejak kedatangan Putra Mahkota ke kediaman Duke Verita, suasana begitu damai. Diwaktu luangnya Vera mempelajari apa yang dilakukan Vera asli, meneliti dan membuat berbagai macam racun dan obat.

Vera akui kegiatannya memang agak menyenangkan karena mirip dengan masak memasak yang digemarinya. Vera jadi terinspirasi untuk membuat sebuah rumah makan yang menjual makanan sehat dan enak.

Sebelum melakukannya ia akan melihat pasar terlebih dulu, seperti apa makanan yang biasa dikonsumsi penduduk lokal dan sekaligus pergi ke agen real estate untuk mencari lokasi yang diinginkannya.

Di era ini gandum adalah makanan pokok bagi banyak orang dan Vera sudah membayangkan ia membuat roti gandum dengan isian daging dan salad sayuran, berbagai olahan pasta dan kue kering, semakin membuatnya bersemangat.

Vera pergi ke kantor Duke Verita untuk meminta ijin pergi ke pasar.

"Ayah, hari ini saya ingin pergi ke pasar" kata Vera.

Duke Verita menatap heran ke arah putrinya.

"Apakah ingin membeli gaun? Kenapa tidak memanggil madam Jane seperti biasanya, sayang? " tanya Duke Verita.

"Bukan, ayah, saya sudah sangat bosan di rumah dan saya ada rencana untuk menghilangkan kebosanan saya" kata Vera.

"Apakah hal yang besar, jangan melakukan hal yang merugikan dirimu sendiri nak" tuturnya pada Vera karena Duke ingat Vera sering membuat gaduh diluar untuk mengganggu kekasih putra mahkota atau demi menarik perhatian putra mahkota.

"Ayah, sudah saya katakan, saya tidak akan mengganggu putra mahkota dan kekasihnya, lagi pula putrimu ini sangat cantik. Tekad saya sudah bulat, ayah, saya tidak akan merendahkan diri saya demi orang yang tidak menyukai saya."

Duke Verita tersenyum mendengar jawaban tegas dari anaknya.

"Kalau begitu ajak kakakmu, seminggu ini ayah melatihnya dengan ketat untuk menjadi penerus. Setidaknya ia bisa sedikit bernafas" kata Duke Verita.

"Sir George akan mengawal kalian" putus Duke Verita.

"Baik, ayah, saya permisi kalau begitu"

Dengan senang Vera menuju ke kamar kakaknya dan mengetuk ruangannya pelan.

Tak lama kemudian tubuh tinggi tegap kakaknya membukakan pintu.

"Kak, ayo temani aku ke pasar" ajak Vera.

Giovan menatap adiknya heran, "Apa yang akan kamu lakukan? Bukankah biasanya memanggil madam Jane untuk datang untuk memesan gaun?" tanyanya.

"Kenapa kakak dan ayah bisa sepemikiran, bukan begitu, aku ingin jalan-jalan dan makan di restoran juga" kata Vera.

Giovan tersenyum melihat muka sebal adiknya, "bukan karena ingin mengganggu Liliana?"

"Kakak menyebalkan, tidak jadi kalau begitu aku akan berangkat sendiri" kata Vera kemudian berbalik pergi. Namun dengan tak kalah cepat kakaknya mencekal lengan Vera dan memeluknya untuk menghibur suasana hati Vera.

"Dasar pemarah" kata Giovan kemudian terkekeh melihat tatapan Vera yang masih memusuhinya.

"Oke, nanti kakak yang traktir, tapi jangan marah lagi" kata Giovan membujuk Vera.

"Oke kak!" tanpa berfikir Vera menyetujuinya.

Entah mengapa perubahan Vera semenjak bangun dari koma membuat jantung Giovan berdesir. Ia selalu ingin bersama adiknya dan melihat wajah sang adik manjanya. Ini bukan perasaan dimana kakak menyayangi adiknya tapi Giovan tahu perasaannya lebih dari itu. Namun ia sadar tak pantas baginya mengingini sang adik, karena keluarga Verita telah menganggapnya sebagai anak kandung mereka sendiri. Giovan harus segera mengenyahkan perasaannya.

Setibanya di pasar, Vera tak membuang waktu untuk berkeliling, mengajak Giovan, Nana dan George mengunjungi berbagai restoran dan mencoba berbagai jajanan yang dijual di pinggir jalan.

"Kak Gio tidak akan sakit perut kan makan dipinggiran seperti ini?" tanya Vera.

"Tidak akan, aku dulu bahkan memakan makanan yang lebih buruk dari ini, karena keluargaku tidak menerimaku pelayan yang melayani pun memberikanku makanan yang tidak layak untuk menyiksaku"

Vera menatap Gio prihatin, "aku tak tahu kak, kalau hidupmu sesulit itu"

"Sudahlah Vera, itu hanyalah masa lalu, sekarang aku sangat bahagia memiliki adik manis sepertimu dan orang tua yang menyayangi kita" kata Giovan menghibur Vera.

Setelah lama berkeliling hari sudah sore dan karena hari ini bertepatan dengan festival yang akan diselenggarakan malam hari, suasana sore makin meriah.

"Kak, aku ingin lihat festivalnya"

"Malam hari sangat berbahaya bagi gadis bangsawan sepertimu berkeliaran" kata Giovan.

"Kita akan menyamar!" kata Vera memaksa.

Giovan pun berunding dengan George sebagai pengawal mereka dan akhirnya menyetujui ide Vera.

Giovan dan Vera pun pergi ke butik yang menyediakan pakaian jadi, mereka memilih model yang sederhana agar bisa berbaur dengan warga sekitar.

Setelah berganti pakaian Giovan menggandeng tangan Vera agar tidak terpisah darinya karena suasana makin malam makin ramai.

Musik mulai mengalun, warga sekitar serentak bernyanyi dan menari di tengah alun-alun yang sudah dihias lentera membuat jalanan yang biasanya redup menjadi terang benderang.

Vera tertular oleh semangat para warga ia bertepuk tangan menyemangati tarian mereka, lalu kemudian banyak ibu-ibu yang menarik tangannya untuk bergabung dan menari bersama mereka. Giovan menatap Vera yang menari dengan bahagia, pesona Vera benar-benar telah melumpuhkan hatinya.

Kemudian ritme musik berganti tetap dengan ketukan yang menyenangkan, namun dengan tarian berbeda, sekarang tiap orang mencari pasangan dan entah bagaimana Vera sudah memiliki pasangan menarinya. Seorang pria yang menurutnya sangat tampan. Rambut biru gelap dan matanya yang berwarna hitam tapi berpupil merah, seperti dewa, batinnya.

Pria itu dengan lembut menuntun tariannya menjadi sempurna. Dia terlihat dingin tapi sangat lincah, anehnya Vera merasakan perasaan nyaman tiap berada dalam dekapan pria itu.

Setelah lelah menari, Vera kembali ke samping Giovan yang kini membawa segelas air minum untuk Vera.

Vera mengambil air minum itu dan menegak isinya hingga tandas karena kehausan. Vera mencari pria yang tadi menjadi pasangannya tapi pria itu menghilang, kalau dilihat dari ciri-ciri fisiknya sepertinya Vera tidak asing dengan pria itu.

"Aku tak tahu kamu bisa menari dan menyanyi" kata Giovan.

"Aku tidak sejago itu kak!" jawabnya kemudian mengembalikan gelas itu pada kakaknya, "terima kasih"

Giovan mengangguk, kemudian menyerahkannya pada Nana.

"Kalian bertiga akan rugi kalau tidak bersenang-senang" kata Vera.

"Melihatmu senang cukup membuatku senang" kata Giovan.

Vera pun mengangguk kemudian mengajak ketiganya pulang karena ia merasa sudah cukup bersenang-senang.

Di kereta kuda, Vera sudah terlelap menyandar bahu kakaknya. Giovan menatap wajah tidur adiknya yang tenang kemudian tersenyum kecil.

"Tuan, nona Vera sepertinya sangat menikmati malam ini, saya baru tahu jika nona bisa sebebas itu" kata Nana.

Giovan hanya mengangguk sebagai responnya, "Ya, aku harap dia selalu tersenyum dan tertawa seperti tadi setiap hari" batin Giovan.

Sampainya di depan mansion, Giovan mengangkat tubuh adiknya tanpa membangunkan gadis itu.

"George kau bisa beristirahat lebih dulu, aku akan mengantar adikku ke kamarnya bersama Nana" kata Giovan pada George.

Giovan dan Nana pun bergegas menuju kamar Nana yang berada di lantai dua, dan meletakkan gadis itu di tempat tidurnya dengan hati-hati.

Nana pun bergegas menuju walk in closed untuk mengambilkan Vera baju ganti agar nonanya nyaman.

Giovan mengusap lembut rambut Vera dan mengecup puncak kepala Vera sebelum keluar dari kamar gadis itu.

Giovan tertidur larut malam karena masih terbayang wajah Vera yang tertawa, menari dan menyanyi dengan bebas.

"Vera, bagaimana caranya agar aku bisa mengenyahkan perasaan ini, jika tiap kali aku melihatmu justru semakin menguat, rasanya aku tak sanggup jika harus menghindar darimu seperti dulu."

**TBC**

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!