NovelToon NovelToon

Antagonis Mati, Male Lead Menggila

Awal

Disebuah ruangan tepatnya di sebuah kamar, seorang wanita yang bernama Rose membaca novel yang dibelinya dipinggir jalan saat dalam perjalanan pulang dari tempat kerja. Diatas kasurnya, sebelah kanan dan kirinya sudah berjejer makanan ringan dan ia memangku sebuah bantal tidur sebagai alasnya membaca.

"Kenapa sih si antagonis kaya tapi cuma punya otak cinta, harusnya dia manfaatin fasilitas dari keluarganya, nih efek kalo aku miskin sih jadi iri. Sayang banget hidupnya hancur gara-gara rebutan cowok"

Wanita itu membolak balikan buku mencari nama pengarang namun tidak ada keterangan apapun dibuku. Tidak ada nama penerbit dan tahun pembuatannya pun kosong.

"Lanjut aja bacanya, tinggal beberapa bab"

Setelah kembali menyelami bacaannya, wanita itu mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali sebelum ia tiba-tiba tertidur dengan posisi masih memangku novelnya.

***

Seorang wanita berambut hitam menatap hampa pada sejoli yang menatap waspada ke arahnya saat ia berjalan ke arah guillotine. Wanita itu tertawa getir. Bahkan diujung dari kehidupannya ia masih tetap diwaspadai sampai seperti itu. Wanita itu pun berhenti menatap kearah sejoli itu, kemudian menutup matanya pasrah menanti hukumannya.

Dari pengalaman selama ini ia peroleh, mungkin memang yang terbaik adalah membiarkan keduanya bersatu. Lagipula perempuan yang berada di sisi putra mahkota itu begitu gigih dan ambisinya untuk mengabdikan diri pada masyarakat begitu kuat, tidak seperti dirinya yang dibutakan cinta dan berambisi pada seorang saja.

"Kalau bisa mengulang kembali, aku tidak akan mencintaimu. Cukup di kehidupan ini saja" lirihnya.

Ia mengalihkan pandangan ke arah lain, dimana di sana ada keluarganya yang menatap sedih kearahnya. Seluruh keluarganya yang menderita karena dirinya, mereka datang mengulurkan tangan untuk menjemputnya, "Akhirnya aku bisa bersama dengan kalian" ucapnya bersamaan dengan turunnya pisau yang menebas lehernya.

 ***

Air mata Rose mengalir ketika terbangun dari tidurnya. Ia merenggangkan tubuhnya sebelum benar-benar sadar. Mimpi itu begitu nyata dan ia merasakan dalamnya rasa sedih wanita itu. Sepertinya ia terlalu meresapi jalannya cerita di novel itu. Rose mengernyitkan dahinya bingung ketika sebelah kanan kirinya bersih dari makanan, ia pun memfokuskan matanya melihat sekeliling ruangan, bahkan ia tidak lagi berada di ruangan sempit kamarnya.

Pupil matanya mengecil dan dadanya berdetak kencang, "Dimana aku?"

Rose berlari ke arah jendela besar yang tertutup korden di ruangan itu. ia membuka lebar korden dan mendapati hari masih gelap. Ruangan itu minim penerangan, namun ia tahu ruangan ini begitu elegan seperti kamar di jaman Eropa kuno karena masuknya cahaya bulan yang entah mengapa bulan pun terlihat lebih besar dari pada umumnya.

"Astaga, itu sangat indah" ucapnya kagum menatap ke arah bulan terlihat dari jendela yang tegak lurus menghadap kamar besar itu.

"Tunggu, ini bukan waktunya mengagumi sesuatu, aku harus menyelidiki dimana sekarang aku berada" katanya kemudian mulai mengacak seluruh laci yang ada di ruangan itu.

Rose menemukan beberapa surat dan berlari ke arah jendela untuk membaca surat itu.

"Putra Mahkota Alexander Abigail?" gumamnya membaca tulisan yang begitu asing dimatanya, namun secara ajaib ia paham isi tulisan itu.

Isi surat itu hanyalah sebuah ancaman putra mahkota kepada Vera Verita yang telah membuat masalah dengan Liliana Roanne.

"Tunggu, nama-nama itu adalah tokoh dari novel Istri Untuk Pangeran" gumam Rose.

Ia kemudian berjalan menuju ruangan walk in closed yang bersebelahan dengan kamar mandi. Ada cermin besar di ruangan itu, cahaya bulan yang masuk lewat celah korden membuat Rose bisa melihat tubuh dan wajahnya yang sangat berbeda dengan dirinya di dunia modern.

"Tidak mungkin!" kejutnya kemudian ia mulai menangis.

"Bagaimana dengan kehidupanku di sana, aku ingin pulang, oh tidak, kehidupanku yang nyaman!" ia mengingat jalan hidupnya selama ini yang cukup sulit, hingga akhirnya ia bisa berdiri dengan kaki sendiri.

"Tunggu, jika aku mengikuti alur novel, antagonis akan mati dan aku akan kembali ke duniaku. Bukankah begitu umumnya di cerita transmigrasi yang pernah ku baca. Jadi aku akan jadi orang jahat?" Rose menggigit bibirnya tidak terima.

"Tapi bagaimana jika aku mati disini jiwaku tidak bisa kembali, atau aku harus menemukan kebahagiaan Vera kemudian bisa kembali, ah, misi ini buat bikin pusing" kata Rose bermonolog saat didepan cermin.

"Hanya itulah jalan satu-satunya" putusnya kemudian. Ia pun kembali berbaring untuk mengingat kembali alur cerita dan menghubungkannya dengan beberapa ingatan yang dimiliki Vera yang muncul di kepalanya.

Lama ia berbaring, ia sudah mengumpulkan informasi dari ingatan pemilik tubuh dan dari alur novel Istri untuk Pangeran. Sesuai novelnya Putra Mahkota yang sekarang lahir dari salah satu pelayan kekaisaran, pelayan itu kabur saat mengandungnya. Ayah antagonis wanita, Duke Verita yang saat itu diutus langsung oleh Kaisar mencari pelayan wanita itu, setelah berhasil ditemukan disebuah desa terpencil, ia dengan paksa membawa pulang calon pewaris kekaisaran dan membawanya ke istana yang saat itu memang sedang kacau karena putra satu-satunya dari ratu meninggal dunia karena sakit. Jangan tanyakan nasib ibunya yang berstatus pelayan itu karena dalam novel, ayah antagonis kejam itu membunuhnya. Meskipun tidak dijelaskan secara detail bagaimana kejadiannya.

Pada suatu ketika, di acara besar debut kedewasaannya sekaligus pengangkatannya sebagai Putra Mahkota, pria itu mengetahui bahwa ibu kandungnya telah tewas ditangan Duke, itulah sebabnya putra mahkota sangat menentang pertunangan dengan putrinya dan berniat membalaskan dendam atas kematian ibunya.

Namun karena Vera jatuh cinta pada pandangan pertama pada Putra Mahkota saat debut kedewasaannya saat itu, ia pun memaksa agar pertunangan bisa dilaksanakan dengan berbagai cara, salah satunya yang paling ekstrem dengan meminum racun. Tapi Putra Mahkota tidak tergerak sedikitpun, justru memperkuat hubungannya dengan sang pujaan hati.

Kedekatan para tokoh utama terjadi saat Putra Mahkota berusia sembilan tahun, saat ayah Liliana, Viscount Roanne sering mengajak putrinya itu mengunjungi istana. Sedangkan Vera Verita diumur sembilan tahun sudah memperoleh pendidikan ketat dari keluarganya dan jarang bersosialisasi diluar mansion nya. Itulah sebabnya ikatan antara tokoh utama tak terpisahkan.

Setiap perhatian dan tatap penuh kasih yang ditunjukkan Putra Mahkota Alexander Abigail kepada Liliana Roanne membuat Vera Verita diliputi rasa cemburu. Hingga gadis itu berbuat nekat dengan meracuni sang tokoh utama wanita saat jamuan minum teh di istana kekaisaran.

Putra Mahkota yang marah pun mengeluarkan bukti-bukti atas keluarga Duke yang terlibat atas pembunuhan ibu kandungnya dan karena perbuatan Vera yang meracuni seseorang dilingkungan kekaisaran ia pun didakwa atas pembunuhan berencana yang membahayakan anggota kekaisaran atau dengan kata lain dengan tuduhan pemberontakan membuat seluruh keluarganya ikut menanggung hukuman kematian.

"Ayah antagonis sangat menyayangi anaknya, aku harus bagaimana agar keluarga ini juga selamat. Ayah Vera telah membunuh ibu pria itu, pastilah dimasa depan akan membalas dendam. Jikalau aku harus membuat Vera bahagia, maka kebahagiaan yang seperti apa?" ucap dalam hati Rose menjerit.

"Mulai hari ini aku adalah Vera Verita, kehidupanku sudah penuh dengan masalah, apakah akhir kehidupan ku sudah dekat, Alexander Abigail sudah menjadi putra mahkota dan sudah dekat dengan Liliana Roanne atau jangan bilang mereka sudah bertunangan, kenapa itu tidak muncul didalam ingatan?"

Vera beranjak menuju meja riasnya dan mengambil surat ancaman yang ditemuinya tadi dan membacanya ulang.

"Kalau kematian sangat beresiko untukku tidak bisa kembali berarti aku harus hidup dan mencari kebahagiaan, berarti langkah awal adalah memperbaiki apa yang bisa diperbaiki dan menghindari masalahnya" kata Vera.

Diletakkannya lagi surat itu kedalam laci, kemudian ia berjalan ke arah balkon dan membuka pintu kacanya. Udara dingin malam hari membuatnya sedikit bergidik tapi membantunya untuk sedikit rileks.

Vera mendapati di jarinya tersemat cincin permata. Ia memandang cincin yang entah mengapa bisa terbawa dari dunia modernnya, cincin turun temurun dari mendiang keluarga ibunya.

"Setidaknya aku akan ingat pulang dengan adanya cincin ini"

Maka dari itu rencana terakhir harus berhasil, keluarga ini dan dirinya harus bahagia agar ia bisa pulang dengan selamat.

Vera pun tertidur begitu hatinya tenang.

*** TBC ***

Kakak Tersayang

Rose mengerjapkan matanya karena cahaya matahari mengganggu tidurnya. Setelah sadar, ia menghela nafas berat karena dirinya masih dalam raga Vera.

Di kamar yang luas itu ada sekitar lima orang yang melayaninya. Mereka belum sadar jika nonanya sudah bangun dengan melakukan tugas masing-masing. Sepertinya akan bersiap untuk membersihkan tubuhnya karena ada ember air panas dan handuk disebelah tempat tidurnya. Ada juga yang mengambilkan piyama baru dari walk in closed nya.

"Nana, aku haus" kata Vera lemah.

"Astaga, syukurlah nona sudah bangun." kata salah satu pelayan yang Vera ingat sebagai pelayan setianya, bernama Nana. Ke empat pelayan lainnya pun ikut menghadap nonanya dan raut lega tersirat di wajah mereka.

Dengan cepat, Nana itu mengambilkan air minum dan membantu nonanya untuk duduk dan meminum air.

"Kami akan memberi tahu tuan dan nyonya Duke, sejak nona tidak sadarkan diri tuan dan nyonya sangat khawatir" kata Nana kemudian memberitahu pengawal yang berada di luar ruangan.

"Nona, apakah anda sudah merasa lebih baik? Izinkan kami membantu anda untuk berganti" kata Nana kemudian.

Vera mengangguk sebagai jawaban.

"Nana, untuk undangan pesta teh dari kerajaan, kapan acaranya dilangsungkan?" tanya Vera.

"Itu diadakan hari ini, tapi nona baru saja sadar setelah seminggu ini koma" kata Nana.

Mata Vera yang tajam menyipit karena berusaha mengingat plotnya lagi. Ia ingat dalam plot novel itu, karena Vera yang asli memang tidak berniat untuk membunuh dirinya secara serius harusnya hanya dua hari tidak sadarkan diri, tapi ini sudah seminggu.

"Apakah ada yang salah pada takaran obatnya?" batin Vera.

"Tapi tunggu dimana racunnya, harusnya itu ada ditangannya" pikirnya.

"Nana, dimana racun yang aku minum?" tanya Vera.

Mata Nana kemudian berkaca-kaca.

"Nona, kenapa nona ingin racun itu lagi?" tanya Nana kemudian dia menangis sedih.

Vera pun bingung melihat reaksi Nana.

"Tidak, bukan begitu, itu. . . " kata Vera bingung akan menjawab apa, karena sebenarnya ia penasaran dengan jenis racun dan takaran racun yang ia minum, Vera yang asli sudah lama berkecimpung dalam sains atas didikan keras keluarganya jadi dia tidak mungkin salah memperhitungkan efek racunnya hingga menyebabkan jiwanya menghilang dan digantikan olehnya, Rose.

"Aku, aku akan mengembangkan penawarnya." kata Vera dengan lancar.

"Padahal yang tahu racun dan obat adalah Vera yang asli, aku hanya mengikuti ingatannya saja" batin Vera.

Nana menghentikan tangisannya kemudian berbicara dengan suara sengau, "Kalau nona ingin melakukan test, nona bisa menggunakan objek lain seperti biasanya, nona kumohon jangan lagi melakukan hal yang membahayakan nona"

Vera hanya mengangguk dengan mantap ke arah Nana. Mereka hanya tidak tahu kalau perbuatan nekat nonanya memang dilakukan hanya untuk menarik perhatian Putra Mahkota yang digilainya.

Acara jamuan teh kekaisaran diadakan hari ini, sedangkan dirinya masih terbaring dikamar tidur. Harusnya alur akan berubah tidak sejalan dengan novel. Mungkin Vera harus bersyukur akan perbedaan ini karena kalau pun ada tragedi dia akan terbebas dari tuduhan berat itu. Akhirnya ia berhasil melewati masalah tanpa berfikir dengan keras.

Tak lama kemudian, masuk sepasang paruh baya yang menatap Vera dengan mata berkaca-kaca.

"Sayangku, akhirnya kamu sadar juga" kata seorang wanita yang Vera ingat sebagai ibunya.

"Sayang, ayah akan pikirkan cara agar putra mahkota bisa menjadi pendampingmu, tapi ayah mohon jangan bertindak nekat lagi" kata seorang pria yang Vera ingat sebagai ayahnya.

Vera tidak menjawab apa-apa, kali ini tujuannya untuk bisa kembali ke dunianya dengan selamat dan untuk melancarkan tujuannya ia tidak akan pernah berurusan dengan para tokoh utama novel.

"Tidak ayah, Vera sudah tidak ingin bertunangan dengan Putra Mahkota lagi" kata Vera.

"Kenapa sayang, kami bisa mengusahakannya" kata ibunya karena khawatir Vera putus asa akan hidupnya.

Vera yang tahu akan kekhawatiran orang tuanya pun akhirnya memeluk erat keduanya.

"Vera sudah tidak apa-apa ayah, ibu, saat ini Vera sadar kalau berkumpul dengan kalian sudah membuat Vera sangat bahagia" kata Vera tulus, karena di kehidupannya sebagai Rose, ibunya sudah meninggal dan ayahnya menikah lagi, sehingga Rose pun lebih memilih untuk hidup sendiri.

Vera meyakinkan kedua orang tuanya dan tanpa sadar air mata mengalir dikedua netranya. Perasaannya begitu hangat ketika melihat ayah dan ibunya, mungkin ini juga yang dirasakan Vera asli pada kedua orang tuanya.

"Sudah sadar?" tanya seorang pria yang berada di belakang Duke dan Duchess Verita.

"Sudah, kak!" kata Vera.

Pria itu tertegun mendengar panggilan Vera padanya. Ia hanyalah anak angkat keluarga Verita biasanya gadis itu akan menghinanya sebagai anak pungut atau pembawa sial dan makian lainnya.

Duke dan Duchess Verita pun memberikan akses agar pria itu mendekat.

"Kak Gio, maafkan Vera yang udah jahat sama kakak" kata Vera kemudian menangis sesenggukan.

"Vera sangat menyayangi kakak Gio" lanjutnya dengan lirih.

Dalam kehidupannya saat menjadi Rose, Giovan Verita merupakan tokoh favoritnya, ia mencintai Liliana tapi tidak memaksakan perasaannya dan meskipun Vera jahat padanya ia sama sekali tidak mendendam atau benci terhadap adiknya. Hal itu ia dilakukan untuk membalas kebaikan Duke dan Duchess yang tidak membedakan antara anak kandung dan anak angkat, perlakuan mereka sama antara keduanya.

Meskipun Vera sangat jahat kepada Giovan Verita yang merupakan kakak angkatnya, namun pria itu berusaha keras membantunya membereskan segala kekacauan yang dibuat olehnya.

Puncak kekacauannya adalah saat keluarganya didakwa sebagai pembunuh anggota keluarga kekaisaran yaitu ibu kandung dari Putra Mahkota dan menjadi ancaman kekaisaran berupa pemberontakan yang merupakan dakwaan serius, Duke Verita dan Giovan tidak memiliki jalan untuk membuktikan itu tidak benar, karena bangsawan yang awalnya membantu keluarga mereka, berpaling menjadi pendukung keluarga Viscount. Bukti yang dikumpulkannya pun hilang tak berbekas oleh sekelompok pengkhianat yang ingin menjatuhkan keluarga Verita dan akhirnya keluarga Duke Verita pun dimusnahkan.

Vera pun meraih tangan Giovan dan menuntunnya untuk duduk di pinggir tempat tidurnya, kemudian memeluk tubuh Giovan erat.

"Kak Gio, sampai kapan pun kamu adalah saudaraku tersayang" kata Vera kemudian tanpa sadar menyeka air matanya ke baju Giovan.

Giovan pun terkekeh karena tingkah Vera, ia pun melepaskan pelukan mereka dan melihat wajah Vera yang masih mencebik dengan mata dan hidung yang merah.

"Jangan menangis, kecantikanmu akan berkurang" kata Giovan menghibur Vera.

"Ayah, ibu, kak Gio mengejekku jelek" kata Vera merajuk kepada kedua orang tuanya.

"Gio, jangan menggoda adikmu!" kata Duchess Verita dengan nada yang sama sekali tidak serius.

"Giovan, apanya yang berkurang? Anak ayah sangat menggemaskan dan sangat cantik seperti tomat" kata Duke Verita.

Keluarga beranggotakan empat orang itu pun tertawa. Cukup sederhana untuk bahagia.

**TBC**

Plot Masih Berjalan

"Sayang, kamu istirahat saja, soal undangan perjamuan teh pihak istana sudah tahu kalau kamu sedang sakit" kata Duchess.

"Baik, bu" kata Vera.

Orang tua dan kakaknya pun kemudian pergi untuk membiarkan Vera beristirahat.

Setelah pelayannya membantu Vera untuk membersihkan diri dan berganti baju, Vera akhirnya bisa duduk dengan perasaan ringan karena sudah bersih.

"Nana, apakah Putra Mahkota datang menjenguk?" tanya Vera kepada pelayannya yang saat ini menyiapkan makanannya di meja kecil yang ditaruh diatas tempat tidurnya.

"Putra Mahkota tidak pernah datang, nona" kata Nana jujur dan Vera hanya mengangguk sebagai respon.

Vera pun melanjutkan makan dengan khidmat, meskipun di lidahnya terasa sedikit hambar, mungkin karena bahan seperti garam dan gula masih tergolong langka, mengingat latar novel kerajaan Eropa kuno.

Setelah selesai makan, Vera mengingat di lacinya terdapat kotak sapu tangan bersulam A, di plot dijelaskan itu adalah milik Putra Mahkota yang diberikan padanya saat pertama kali bertemu dan saat Vera menyukai pria itu pada pandangan pertama.

Sapu tangan itu diberikan saat Putra Mahkota tak sengaja menemukan Vera yang tersesat di taman labirin dan menangis sendirian, kemudian menuntun Vera keluar dari taman. Vera tersentuh oleh perhatian dan kebaikan pria itu, sehingga ia menyimpan benda itu sebagai barang berharganya. Tapi di mata Vera yang sekarang sapu tangan itu sudah tidak ada artinya lagi, ia memutuskan akan mengembalikannya pada sang pemilik dan kemudian ia tidak akan mencampuri kehidupan kedua tokoh utama.

Vera meletakkan kembali sapu tangan berinisial A dalam kotak. Ia harus mengirimkan surat terlebih dulu untuk kunjungan ke istana kekaisaran. Mungkin lusa ia baru bisa memasuki istana.

Vera yang sepanjang hari dikamar pun merasa bosan, ia meminta Nana untuk menyiapkan cemilan sore dan teh di rumah kaca yang berada di tengah mansion. Dari balkon kamarnya, taman disekitar rumah kaca itu terlihat indah dan sejuk. Maka dari itu untuk mengurangi kebosanannya ia akan bersantai di sana.

"Nona, cemilan dan teh sudah siap" kata Nana.

"Bagus, ayo kita kesana" kata Vera.

Sampainya di rumah kaca, Vera duduk dengan anggun dan menyesap pelan tehnya yang beraroma harum.

"Hari yang damai" gumam Vera.

Vera melihat Giovan yang lewat dan menuju ke arah kamarnya. Alis Vera mengernyit melihat langkah Giovan yang terlihat terburu-buru.

"Kak Gio!" panggil Vera saat berada tak jauh dari kakaknya.

Giovan pun berhenti mengetuk pintu kamar adiknya.

"Ada apa kak? Kenapa terburu-buru?" tanya Vera.

"Kepala kesatria kekaisaran datang, dia bilang ada peristiwa keracunan di istana kekaisaran dan setelah diselidiki racun tersebut jenisnya baru dan diduga sama dengan yang kamu minum, mereka curiga kalau anggota dari keluarga kita menyusup kesana untuk meracuni seseorang di istana" kata Geovan.

"Apa? Bagaimana bisa?" Vera pun mencoba menggali ingatan Vera yang asli sebelum meminum racun buatannya itu, namun ia sama sekali tidak menemukan informasi yang berguna. Perbuatannya murni untuk menarik perhatian Putra Mahkota.

Menurut plot harusnya setelah meminum racun, ia sadar dua hari kemudian, barulah memiliki ide untuk meracuni tokoh utama karena marah terhadap Putra Mahkota yang sama sekali tak memperdulikannya dan menyuruh pelayan kepercayaannya menyusup ke acara tersebut.

Namun, sekarang dia tidak menghadiri undangan tersebut tetapi plot masih berlanjut, siapa yang membawa racun itu ke istana dan menggunakan racun itu?

Keahlian Vera yang asli dalam membuat racun dan obat benar-benar membuat pusing dirinya yang sekarang.

"Harusnya tadi aku bersikeras bertanya dimana racun itu pada Nana" batin Vera menyesal.

Racun yang diminum Vera telah disesuaikan dosisnya dan dilarutkan dengan sedikit penawar, sehingga efek komanya tidak separah yang diminum Liliana. Jika memang sesuai novel maka yang bisa membuat penawar hanya tokoh utama pria kedua, seorang Grand Duke dari utara. Tapi dalam novel saat Liliana sadar, keluarganya sudah mati dan Vera menjadi yang terakhir dieksekusi menunggu pulihnya Liliana, artinya Liliana koma bisa satu tahun atau bahkan lebih, "Berarti sekarang aku butuh antidotenya sebelum tokoh utama pria kedua yang membuatnya, ini juga langkah agar keluarga ini selamat"

"Kak Gio, tolong ulur waktu untukku, akan aku ambilkan penawarnya" kata Vera kemudian ia pergi ke kamarnya.

Vera menggali ke dalam ingatan Vera yang asli, ada ruangan tersembunyi di kamarnya, itu adalah tempatnya bereksperimen dan meneliti. Sudah bukan rahasia lagi bagi keluarganya.

Vera membuka buku catatan Vera yang asli. Terakhir ia meminum racun sebuah bunga ada dalam catatan dan ditandai, tapi mencari penawarnya cukup membuat Vera kesulitan tapi akhirnya menemukannya, sebelum meminum racun Vera sudah menduga bahwa gadis itu akan menyiapkan penawar untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.

Vera mencari dalam botol yang telah ditandai, Oleander antidote dan kemudian mengambil sedikit di pipet kemudian memasukkannya dalam tabung mini sebelum menutupnya rapat. Karena ia tak tahu berapa banyak takaran racunnya, Vera membawa dua tabung mini berisi penawar.

"Akhirnya siap" katanya cukup bangga bisa menemukan penawarnya.

"Nana, berikan obat ini pada kakakku" kata Vera.

Vera berfikir jika dia keluar sekarang dan menunjukkan diri, hal itu akan memperkuat kecurigaan bahwa dialah pelakunya. Karena pihak istana tahu dirinya sedang sakit, maka ia harus bertingkah seolah sakit meskipun keadaannya telah membaik.

Vera berbaring di tempat tidurnya dengan tenang. Tunggu kakaknya kembali, ia akan menangkap kaki tangan dan mata-mata yang dikirimkan oleh musuh untuk menjatuhkan keluarga Duke Verita.

Giovan kembali ke mansion saat malam sudah larut. Wajahnya sudah lebih baik dari pada sore hari tadi. Duke yang bersama dengannya pun terlihat cukup lelah tapi tak ada tatapan tertekan dimata mereka.

Sepertinya meskipun sulit tapi mereka berhasil lepas dari tuduhan karena berhasil menstabilkan kondisi tokoh utama. Sekarang mereka pasti berfikiran sama dengan Vera. Siapa yang berani menjebak keluarga Duke Verita.

Malam itu juga Duke dan Duchess mengumpulkan anggota keluarga dan seluruh pelayan dalam mansion. Dalam karya aslinya, kaki tangan dan mata-mata itu menargetkan Giovan yang mencari bukti bahwa keluarganya tidak bersalah dan memusnahkan segala petunjuk dan bukti untuk memperberat hukuman anggota keluarga Duke Verita. Namun karena Time Line Vera bejalan jauh dari aslinya, para penjahat itu menggantikan perannya untuk meracuni tokoh utama. Meskipun ada perbedaan dengan plot, tapi Vera yakin pelaku penjebakan tetap sama.

Giovan telah merinci siapa saja yang keluar masuk mansion dan mendata apa saja kegiatan mereka selama seminggu. Giovan mengintrogasi satu persatu pelayan, terutama menyoroti kelima pelayan yang berada disisi Vera.

Sesuai dengan prediksi Vera, pelaku yang menjebaknya sama dengan yang disebutkan di novel. Ada dua orang tersangka yang berhasil ditangkap yaitu pelayan yang berada disisinya yang bertugas memata-matai Vera dan keluarganya dan pelayan disisi Duchess Verita yang bertugas menyampaikan informasi pada majikan aslinya.

Duke Verita tidak cukup baik untuk hanya mengusir kedua pekerja di mansion nya. Mereka di interogasi dan disiksa di ruang bawah tanah, mereka bungkam akan siapa orang yang berada dibalik mereka.

Keesokan harinya kesatria Verita yang berjaga di ruang bawah tanah menemukan dua pelayan itu mati bunuh diri dengan menggigit lidahnya. Duke Verita mendengar kabar tersebut hanya menghembuskan nafas berat karena emosi yang tertahan. Siang harinya ia pergi untuk melapor kepada Kaisar akan seluruh kejadian di kediamannya.

**TBC**

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!