Rose mengerjapkan matanya karena cahaya matahari mengganggu tidurnya. Setelah sadar, ia menghela nafas berat karena dirinya masih dalam raga Vera.
Di kamar yang luas itu ada sekitar lima orang yang melayaninya. Mereka belum sadar jika nonanya sudah bangun dengan melakukan tugas masing-masing. Sepertinya akan bersiap untuk membersihkan tubuhnya karena ada ember air panas dan handuk disebelah tempat tidurnya. Ada juga yang mengambilkan piyama baru dari walk in closed nya.
"Nana, aku haus" kata Vera lemah.
"Astaga, syukurlah nona sudah bangun." kata salah satu pelayan yang Vera ingat sebagai pelayan setianya, bernama Nana. Ke empat pelayan lainnya pun ikut menghadap nonanya dan raut lega tersirat di wajah mereka.
Dengan cepat, Nana itu mengambilkan air minum dan membantu nonanya untuk duduk dan meminum air.
"Kami akan memberi tahu tuan dan nyonya Duke, sejak nona tidak sadarkan diri tuan dan nyonya sangat khawatir" kata Nana kemudian memberitahu pengawal yang berada di luar ruangan.
"Nona, apakah anda sudah merasa lebih baik? Izinkan kami membantu anda untuk berganti" kata Nana kemudian.
Vera mengangguk sebagai jawaban.
"Nana, untuk undangan pesta teh dari kerajaan, kapan acaranya dilangsungkan?" tanya Vera.
"Itu diadakan hari ini, tapi nona baru saja sadar setelah seminggu ini koma" kata Nana.
Mata Vera yang tajam menyipit karena berusaha mengingat plotnya lagi. Ia ingat dalam plot novel itu, karena Vera yang asli memang tidak berniat untuk membunuh dirinya secara serius harusnya hanya dua hari tidak sadarkan diri, tapi ini sudah seminggu.
"Apakah ada yang salah pada takaran obatnya?" batin Vera.
"Tapi tunggu dimana racunnya, harusnya itu ada ditangannya" pikirnya.
"Nana, dimana racun yang aku minum?" tanya Vera.
Mata Nana kemudian berkaca-kaca.
"Nona, kenapa nona ingin racun itu lagi?" tanya Nana kemudian dia menangis sedih.
Vera pun bingung melihat reaksi Nana.
"Tidak, bukan begitu, itu. . . " kata Vera bingung akan menjawab apa, karena sebenarnya ia penasaran dengan jenis racun dan takaran racun yang ia minum, Vera yang asli sudah lama berkecimpung dalam sains atas didikan keras keluarganya jadi dia tidak mungkin salah memperhitungkan efek racunnya hingga menyebabkan jiwanya menghilang dan digantikan olehnya, Rose.
"Aku, aku akan mengembangkan penawarnya." kata Vera dengan lancar.
"Padahal yang tahu racun dan obat adalah Vera yang asli, aku hanya mengikuti ingatannya saja" batin Vera.
Nana menghentikan tangisannya kemudian berbicara dengan suara sengau, "Kalau nona ingin melakukan test, nona bisa menggunakan objek lain seperti biasanya, nona kumohon jangan lagi melakukan hal yang membahayakan nona"
Vera hanya mengangguk dengan mantap ke arah Nana. Mereka hanya tidak tahu kalau perbuatan nekat nonanya memang dilakukan hanya untuk menarik perhatian Putra Mahkota yang digilainya.
Acara jamuan teh kekaisaran diadakan hari ini, sedangkan dirinya masih terbaring dikamar tidur. Harusnya alur akan berubah tidak sejalan dengan novel. Mungkin Vera harus bersyukur akan perbedaan ini karena kalau pun ada tragedi dia akan terbebas dari tuduhan berat itu. Akhirnya ia berhasil melewati masalah tanpa berfikir dengan keras.
Tak lama kemudian, masuk sepasang paruh baya yang menatap Vera dengan mata berkaca-kaca.
"Sayangku, akhirnya kamu sadar juga" kata seorang wanita yang Vera ingat sebagai ibunya.
"Sayang, ayah akan pikirkan cara agar putra mahkota bisa menjadi pendampingmu, tapi ayah mohon jangan bertindak nekat lagi" kata seorang pria yang Vera ingat sebagai ayahnya.
Vera tidak menjawab apa-apa, kali ini tujuannya untuk bisa kembali ke dunianya dengan selamat dan untuk melancarkan tujuannya ia tidak akan pernah berurusan dengan para tokoh utama novel.
"Tidak ayah, Vera sudah tidak ingin bertunangan dengan Putra Mahkota lagi" kata Vera.
"Kenapa sayang, kami bisa mengusahakannya" kata ibunya karena khawatir Vera putus asa akan hidupnya.
Vera yang tahu akan kekhawatiran orang tuanya pun akhirnya memeluk erat keduanya.
"Vera sudah tidak apa-apa ayah, ibu, saat ini Vera sadar kalau berkumpul dengan kalian sudah membuat Vera sangat bahagia" kata Vera tulus, karena di kehidupannya sebagai Rose, ibunya sudah meninggal dan ayahnya menikah lagi, sehingga Rose pun lebih memilih untuk hidup sendiri.
Vera meyakinkan kedua orang tuanya dan tanpa sadar air mata mengalir dikedua netranya. Perasaannya begitu hangat ketika melihat ayah dan ibunya, mungkin ini juga yang dirasakan Vera asli pada kedua orang tuanya.
"Sudah sadar?" tanya seorang pria yang berada di belakang Duke dan Duchess Verita.
"Sudah, kak!" kata Vera.
Pria itu tertegun mendengar panggilan Vera padanya. Ia hanyalah anak angkat keluarga Verita biasanya gadis itu akan menghinanya sebagai anak pungut atau pembawa sial dan makian lainnya.
Duke dan Duchess Verita pun memberikan akses agar pria itu mendekat.
"Kak Gio, maafkan Vera yang udah jahat sama kakak" kata Vera kemudian menangis sesenggukan.
"Vera sangat menyayangi kakak Gio" lanjutnya dengan lirih.
Dalam kehidupannya saat menjadi Rose, Giovan Verita merupakan tokoh favoritnya, ia mencintai Liliana tapi tidak memaksakan perasaannya dan meskipun Vera jahat padanya ia sama sekali tidak mendendam atau benci terhadap adiknya. Hal itu ia dilakukan untuk membalas kebaikan Duke dan Duchess yang tidak membedakan antara anak kandung dan anak angkat, perlakuan mereka sama antara keduanya.
Meskipun Vera sangat jahat kepada Giovan Verita yang merupakan kakak angkatnya, namun pria itu berusaha keras membantunya membereskan segala kekacauan yang dibuat olehnya.
Puncak kekacauannya adalah saat keluarganya didakwa sebagai pembunuh anggota keluarga kekaisaran yaitu ibu kandung dari Putra Mahkota dan menjadi ancaman kekaisaran berupa pemberontakan yang merupakan dakwaan serius, Duke Verita dan Giovan tidak memiliki jalan untuk membuktikan itu tidak benar, karena bangsawan yang awalnya membantu keluarga mereka, berpaling menjadi pendukung keluarga Viscount. Bukti yang dikumpulkannya pun hilang tak berbekas oleh sekelompok pengkhianat yang ingin menjatuhkan keluarga Verita dan akhirnya keluarga Duke Verita pun dimusnahkan.
Vera pun meraih tangan Giovan dan menuntunnya untuk duduk di pinggir tempat tidurnya, kemudian memeluk tubuh Giovan erat.
"Kak Gio, sampai kapan pun kamu adalah saudaraku tersayang" kata Vera kemudian tanpa sadar menyeka air matanya ke baju Giovan.
Giovan pun terkekeh karena tingkah Vera, ia pun melepaskan pelukan mereka dan melihat wajah Vera yang masih mencebik dengan mata dan hidung yang merah.
"Jangan menangis, kecantikanmu akan berkurang" kata Giovan menghibur Vera.
"Ayah, ibu, kak Gio mengejekku jelek" kata Vera merajuk kepada kedua orang tuanya.
"Gio, jangan menggoda adikmu!" kata Duchess Verita dengan nada yang sama sekali tidak serius.
"Giovan, apanya yang berkurang? Anak ayah sangat menggemaskan dan sangat cantik seperti tomat" kata Duke Verita.
Keluarga beranggotakan empat orang itu pun tertawa. Cukup sederhana untuk bahagia.
**TBC**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments