Menarik

Vera Verita bangun pagi seperti kebiasaannya dulu sebelum berpindah tubuh. Ia ingat terakhir kali ia menutup matanya saat berada di kereta, pasti kakaknya Giovan Verita yang memindahkannya.

Vera membuka setiap gorden yang menutup jendela besar kamarnya. Kemudian membuka pintu balkon agar udara kamarnya berganti.

Kemarin setelah pergi berjalan-jalan santai, Vera mengingat apa saja makanan yang biasa dijual di Kekaisaran ini, menunya tidak jauh berbeda dengan makanan yang disajikan oleh koki mansion Verita.

Sudah diputuskan ia akan membuat menu olahan gandum. Pasti banyak orang yang menyukai sandwich, pasta dan kue kering. Minuman yang terpikir olehnya yaitu teh berbagai rasa, susu, jus buah segar dan ice cream. Sayang sekali kopi tidak familiar di zaman ini dan tidak ada yang menjual bijinya.

"Nana, kamu ikutlah denganku ke pasar pagi ini. Aku ingin pergi ke agen properti untuk membeli toko."

"Baik, nona" jawab Nana.

Vera, Nana dan George pun sampai disebuah agen jual beli properti.

"Selamat datang nona. Ada yang bisa dibantu?" tanya seorang resepsionis wanita.

"Iya, aku ingin mencari sebuah toko di daerah pasar yang sedang dijual." kata Vera langsung mengatakan tujuannya.

"Kebetulan nona, ada satu yang baru dijual dan nona bisa lihat lokasinya jika sesuai dengan yang diinginkan nona kita bisa negosiasikan harganya" kata resepsionis wanita itu.

"Boleh saya tahu nama nona?" tanya resepsionis wanita itu.

"Nama saya Vera Verita." jawab Vera.

"Astaga maafkan saya, nona Verita, karena tidak mengenali nona, silakan duduk saya akan memanggilkan tuan Antonio untuk menemani anda melihat toko yang dijual itu." kata resepsionis wanita itu.

Tak la kemudian resepsionis wanita itu datang bersama seorang lelaki paruh baya yang seusia ayahnya.

"Nona Verita, perkenalkan ini adalah tuan Antonio yang akan menemani Nona melihat toko"

Vera mengangguk sebagai respon, "Bisa kita pergi sekarang, tuan?" tanya Vera.

"Baik, nona, silakan ikut saya, kita berjalan saja karena lokasinya dekat dari agen ini." kata Antonio kemudian berjalan lebih dulu. Kemudian Vera, Nana dan George mengikuti lelaki paruh baya itu.

Sepanjang jalan tuan Antonio menjelaskan kelebihan tentang bangunan toko tersebut. Setelah kurang lebih sepuluh menit berjalan sampailah di depan toko mungil, awalnya seperti bekas toko senjata tapi sudah lama tutup hingga sang pemilik menjualnya. Lokasinya cukup ramai dan aksesnya mudah karena dipinggir jalan utama. Hanya saja kesan toko yang lama tutup membuatnya suram. Akhirnya Vera setuju membeli toko itu dan negoisasi harga pun berlangsung.

Meskipun uang yang Vera punya lebih dari cukup untuk membeli bangunan itu, namun ia masih berusaha menegosiasi harga agar dapat harga yang memuaskannya. Mengingat bangunan toko itu juga perlu perbaikan ia harus berhemat.

Setelah mendapatkan kesepakatan dari kedua belah pihak akhirnya administrasi atas tanah dan bangunan tersebut diurus langsung di kantor agen properti.

Vera membutuhkan tenaga untuk mengelola tokonya, mungkin saatnya meminta tolong pada kakaknya Giovan untuk mencarikan tenaga profesional untuk menjadi asistennya.

Di perjalanan pulang, Vera menatap dari kejauhan Putra Mahkota Alexander Abigail dan Liliana Roanne berbincang di salah satu meja tepatnya balkon lantai atas toko kue yang terkenal di daerah itu. Tak berselang lama mata Putra Mahkota dan Vera bertemu, mereka saling menatap dalam diam sebelum Vera mengalihkan pandangannya. Suasana hati Vera memburuk melihat wajah orang yang hampir membunuh seluruh keluarganya.

'Bruk'

"Aduh, hati-hati kalau berjalan!" kata Vera yang naas pantatnya menubruk jalan. Nana dan George yang berada dibelakangnya pun dengan sigap membantu Vera.

"Maafkan saya, nona, saya sedang terburu-buru dan tidak melihat anda dengan benar. Perkenalkan saya Louise Arcelio, siapa nama nona?" tanya seorang pria yang menabrak Vera.

Vera menepuk roknya dengan cepat kemudian menatap wajah lawan bicaranya. Itu adalah pria yang berdansa dengannya kemarin malam. Mata berpupil merah itu begitu memberikan kesan misterius.

"Lain kali hati-hati tuan" kata Vera to the point tanpa memberi tahu namanya.

"Sepertinya nona sering berjalan-jalan di daerah ini, jika berkenan saat ada pertemuan berikutnya, saya ingin mengajak anda untuk makan malam sebagai permintaan maaf" kata Louise.

Vera yang terlanjur terpikat pun langsung menyetujui ajakan Louise, "Baik, kita tentukan tempatnya saat bertemu kembali, kebetulan saya memang sering berkeliling di daerah sini, kalau begitu selamat jalan." kata Vera dengan sedikit membungkuk pamit.

Louise pun menatap punggung Vera yang berjalan menjauh dan bergegas menyelesaikan urusannya yang tertunda.

"Nana, George sepertinya aku tidak asing dengan nama Louise Arcelio?" tanya Vera pada pelayan dan pengawalnya.

"Nona, beliau adalah penguasa daerah utara gelarnya Grand Duke." jawab Nana kemudian.

Vera pun terkejut karena baru teringat dengan nama dan gelar itu, secara langsung dia berbicara dengan pemeran utama kedua yang juga penyelamat Liliana Roanne. Seharusnya pria itu tidak muncul karena Liliana jelas-jelas tidak jadi koma, namun dia malah bertemu sebanyak dua kali dengan pria itu.

"Kenapa dia bisa berada di kekaisaran Abigail dan sepertinya aku sudah mengucapkan janji yang tidak seharusnya dengan pemeran novel Istri Untuk Pangeran" batin Vera frustasi.

Vera pun masuk ke dalam kereta kuda dengan pikiran yang berkecamuk.

"Nana, aku ingin makan yang manis-manis nanti" kata Vera.

"Baik Nona, akan saya siapkan" kata Nana. Nana menatap lurus ke wajah nonanya yang terlihat murung.

"Apakah nona baik-baik saja?" tanya Nana memecah kesunyian.

Vera menggelengkan kepalanya, "aku hanya sedikit lapar." jawabnya beralasan.

"Apakah alur novel masih belum bisa diubah tapi aku kan belum mati?" batin Vera sambil melihat ke arah jendela. Padahal Vera merasa sudah menghindari death flag nya dengan baik. Namun alur novel begitu kuat berjalan.

Vera dan rombongannya pun sampai didepan mansion Verita dan menatap sebuah kereta kuda sederhana yang terparkir dihalaman mansion nya.

Vera berjalan ke arah pintu utama sambil bertanya-tanya siapa pemilik kereta kuda itu. Sampai didalam mansion ruang tamu terlihat sepi, mungkin tamu itu menemui ayahnya Duke Verita diruang kerjanya.

Vera lanjut berjalan dengan santai ke arah ruangan kakaknya bekerja, sedangkan Nana dan George pergi untuk melakukan tugas masing-masing.

"Kakak Gio!" teriak Vera saat berada didepan ruang kerja kakaknya.

Lama menunggu tapi tidak ada yang muncul dari ruangan itu. Akhirnya Vera pasrah dan meninggalkan area kerja kakaknya. Padahal Vera ingin meminta bantuan kakaknya untuk mencarikan tenaga kerja yang ahli sebagai asistennya.

"Kalau begitu nanti saja, mungkin mereka sedang menghadapi tamu yang datang" kata Vera kemudian melangkah menuju rumah kaca.

Dari kejauhan Vera melihat Nana yang sibuk menata piring dan cangkir teh. Saat di persimpangan taman, mata Vera bertatapan dengan orang yang tadi menabraknya dijalan.

"Ah, tuan Grand Duke Louise Arcelio" sapa Vera.

Pria itu menatap Vera dengan intens, "Ternyata Nona adalah putri Duke Verita."

"Ya, perkenalkan saya Vera Verita" kata Vera memperkenalkan diri dengan sopan.

"Sesuai dengan kabar yang beredar, nona sangat menarik" kata Louise saat melihat tatapan Vera yang jernih. Vera menatap pria didepannya dengan wajah bertanya-tanya, "Apa pria ini datang mencarinya?"

**TBC**

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!