Sisi Lain Vera

Setelah Vera menerima cukup banyak nasehat dan pengingat sebagai bekal perjalanan dari keluarganya. Vera segera kembali ke kamarnya untuk bersiap pergi dengan pakaian sederhananya.

Siang itu Vera mengunjungi toko, ia sangat senang melihat pengerjaan renovasi berjalan dengan baik dan sesuai dengan permintaannya.

Bangunan yang awalnya terlihat suram kini sudah terlihat lebih hangat dan ceria. Suasana yang membuat orang betah berlama-lama untuk singgah.

Toko itu terkesan berbeda dari toko yang lain karena Vera sendiri yang mendesain agar sesuai dengan tema tokonya yang minimalis modern meskipun tidak begitu menonjolkan sisi modernnya.

Bagaimanapun Vera harus mengikuti interior dasar di zaman ini agar tidak terlihat aneh dimata pengunjung. Tokonya yang kecil jadi terlihat luas berkat pemilihan warna dinding dan perabot serta furniture toko yang Vera buat sudah disesuaikan dengan efektifitas penggunaannya agar tidak memakan banyak tempat.

Vera mendekat ke arah Freya yang sedang mengontrol para pekerja.

"Selamat siang, nona Verita." sapa Freya saat melihat Vera yang mendekat ke arahnya.

"Selamat siang, Freya. Bagaimana dengan perkembangan toko? Apakah pembukaan toko bisa sesuai dengan yang dijadwalkan?" tanya Vera, Freya kemudian menjelaskan dengan lancar akan sejauh mana perkembangan renovasi tokonya.

"Mohon maafkan saya nona, sebenarnya kemarin ada informasi dari pengrajin kayu jika bahan baku pembuatan meja dan kursi mengalami keterlambatan dalam pengiriman sehingga pengrajin kayu belum bisa memproses pesanan kita, kemungkinan pembukaan toko akan ada keterlambatan karena hal tersebut."

"Kemarin jika saya tidak ingat nona sedang berada di perbatasan kekaisaran, saya akan pergi menemui nona karena hal ini, sebelumnya saya ingin meminta persetujuan nona untuk mencari pengrajin kayu yang lain dan akhirnya saya mendiskusikannya bersama dengan pengrajin kayu agar bisa membatalkan pesanan, tapi karena uang muka sudah dibayarkan ke pengrajin, pengrajin kayu tersebut menolak untuk mengembalikan dana yang masuk tersebut." kata Freya.

"Bukankah pengrajin itu belum memproses pesanan kita?" tanya Vera.

"Alasan pengrajin kayu, uang tersebut digunakan untuk biaya transportasi pengiriman bahan baku, jadi kita tidak bisa membatalkannya karena bahan baku pembuatan meja dan kursi yang dipesan pengrajin kayu sudah disesuaikan dengan permintaan kita." kata Freya.

"Lalu berapa lama penundaannya?" tanya Vera.

"Menurut pengrajin kayu ia akan mengusahakan akhir bulan ini selesai, sedangkan proses renovasi diperkirakan pertengahan bulan ini selesai." kata Freya.

"Freya, berapa banyak uang yang dikirim sebagai uang muka?" tanya Vera.

"40% dari total pembelian meja dan kursi." kata Freya. Vera pun cemberut karena jumlah tersebut lumayan banyak untuk uang muka.

"Kalau begitu pakai cara lain untuk sementara, setengah bulan itu bisa kita manfaatkan sebagai media promosi. Untung saja toko makanan kita tidak dikhususkan untuk kalangan atas. Kalau begitu untuk pembukaan awal kita akan membuat sistem take away, aku harus mendesain bungkus agar menarik saat dibawa pulang." kata Vera.

"Baik, nona Verita." kata Freya dengan mata antusias. Freya sangat mengagumi temperamen Vera yang tenang dan dapat dengan cepat menyelesaikan masalah.

"Freya aku akan pergi melihat-lihat toko yang menjual bungkus makanan, nanti aku tidak kembali kesini dan akan langsung pulang untuk mendesain logo toko kita. Jadi setelah jam kerja kamu bisa pulang, tidak usah menungguku." kata Vera.

"Baik, nona Verita, hati-hati di jalan." kata Freya kemudian Vera pun pergi dari tokonya.

Hari ini Vera mengajak Fany, karena Nana sedang membantunya untuk mentraining Isabela dan Viona, George juga ikut menemaninya sebagai pengawal yang menjaga keselamatan Vera. Fany dan George menunggunya di depan toko yang sedang direnovasi.

Ketiganya berjalan beriringan menuju ke salah satu toko penjual perlengkapan dan peralatan dapur. Setelah mencapai kesepakatan mengenai jumlah pembelian dan harga yang ditawarkan, Vera pun bergegas pulang agar bisa segera membuat desain logo tokonya.

Di istana kekaisaran putra mahkota sedang menangani beberapa dokumen yang menumpuk di mejanya. Ia mengalihkan pandangan ke arah pintu yang diketuk oleh asistennya, Allen dan mempersilakannya masuk.

"Yang mulia putra mahkota, saya memiliki laporan dari orang yang anda tugaskan untuk mengawasi Grand Duke Louise Arcelio, akhir-akhir ini tuan Grand Duke pergi ke kediaman Duke Verita hanya untuk bergabung makan siang dan makanan tersebut dibuat sendiri oleh nona Verita, selain itu tuan Grand Duke terlihat seperti biasanya menyiapkan perbekalan bersama pengawalnya dan tidak ada hal yang mencurigakan."

Alexander yang mendengar laporan Allen pun seakan tidak percaya. Ia tidak menyangka jika gadis manja yang dikenalnya selama ini ternyata memiliki banyak keahlian yang tersembunyi, Alex pun tidak bisa membayangkan Vera yang memasak di dapur.

Alexander ingat saat debut kedewasaannya, disanalah ia pertama kali bertemu dengan Vera yang sedang menangis di taman, saat itu hatinya tergerak oleh mata hazelnya dan ia berinisiatif untuk menghibur gadis itu. Namun saat mengetahui jika Vera merupakan putri dari Duke Verita ia pun menjauhi gadis itu dan mulai membenci gadis itu karena begitu gigih mengejarnya.

Sebenarnya Alexander memang tidak pernah mengenal gadis itu, ia hanya tahu sisi Vera yang suka menempel padanya dan bersikap jahat kepada orang yang dekat dengan dirinya, keahlian racunnya pun ia ketahui dari Allen yang pernah satu akademi dengan gadis itu. Vera pun sangat tertutup dan jarang mengikuti kelas sosial karena hobi penelitian racunnya.

"Oh, ada juga hal lain, ini mengenai ekspedisi ke perbatasan utara." kata Allen memecah lamunan Alex.

"Apa Grand Duke sudah menemukan solusi untuk mengatasi wabah?" tanya Alexander. Allen terlihat sedikit ragu untuk menyampaikannya pada Alexander.

"Sebenarnya mata-mata tersebut melihat tuan Grand Duke yang mengajak nona Verita ikut dalam ekspedisi dan nona Verita pun menyetujuinya. Saya curiga jika kabar yang mulia putra mahkota akan berpartisipasi dalam ekspedisi sudah tersebar dan hal itu membuat nona Verita ikut berpartisipasi dalam perjalanan kali ini. Saya khawatir dalam perjalanan ini nona Verita akan membuat kekacauan dan mengganggu yang mulia." kata Allen mengungkapkan kekhawatirannya.

Wajah putra mahkota menegang tanpa sepengetahuan Allen, "Apakah gadis itu ikut ekspedisi ini untuk misi kemanusiaan atau untuk mempererat hubungannya dengan Grand Duke? Aku tidak yakin gadis itu akan menggangguku lagi saat ia mengetahui dengan jelas masalah keterlibatan ku menjebak seluruh keluarganya dalam masalah besar waktu itu." gumam Alexander yang tidak bisa didengarkan Allen.

"Kamu bisa keluar Allen, aku ingin istirahat sebentar." kata Alexander kemudian menutup dokumennya. Sepeninggal Allen, ia berdiri dari kursi kerjanya dan menatap lurus ke aras jendela besar di belakang kursinya.

Tiba-tiba Alexander ingat wajah Vera yang menangis saat itu membuat tangannya terkepal, ada rasa sakit yang merayap di hatinya, "Aku membenci diriku yang seperti ini."

"Bagaimanapun tak akan kubiarkan kamu dan Grand Duke bersatu, Vera Verita dan keluarganya harus hancur di tanganku."

**TBC**

Terpopuler

Comments

Msfly14

Msfly14

ya ya ya, Vera mati... kurasa mu juga ikut bunuh diri dah bego

2024-05-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!