Datang Menjenguk

Vera Verita bersantai di rumah kaca dengan menikmati teh dan camilan sore harinya.

"Kalau pelaku sudah mendengar berita dari Duke tentang kematian dua orang suruhannya, setelah gagal menjadikanku sebagai kambing hitam, mungkin sebentar lagi dia pasti akan datang ke mansion untuk menemuiku." gumam Vera.

"Karena menurutnya mata dibalas dengan mata dan gigi dibalas dengan gigi, ia tidak akan menyerah semudah itu." lanjut Vera yang sudah menerka siapa dalang dibalik kematian tragis keluarganya.

Sekarang dia adalah Vera Verita yang lain, dia tidak akan pernah mencintai pria yang membuat keluarganya berada dalam bahaya. Sekarang baginya keluarga begitu berharga.

Setelah Vera menghabiskan secangkir teh melatinya, dari depan terdengar ramai suara orang. Seorang kepala pelayan datang menuju rumah kaca dimana Vera berada.

"Nona, Putra Mahkota Kekaisaran datang untuk menjenguk anda" kata kepala pelayan kepada Vera.

Vera dengan tenang bangkit berdiri dan berjalan menuju depan mansion untuk menyambut kedatangan sang tokoh utama.

"Salam yang mulia, semoga Putra Mahkota selalu dalam lindungan dewa Matahari" sapa Vera saat berhadapan dengan pria itu.

Pria yang sangat tampan dengan garis wajah tegas, berambut merah dan bermata emas menatapnya datar dan dingin. Terlihat sangat terpaksa saat datang mengunjunginya, tapi Vera tidak peduli. Gadis itu mempersilakan Putra Mahkota masuk ke dalam mansion.

"Bagaimana kabarmu, Lady Verita?" tanya pria itu.

Mata emasnya yang menatap Vera intens membuat gadis itu tidak nyaman.

"Saya sudah membaik yang mulia, terima kasih sudah meluangkan waktu untuk menjenguk saya" kata Vera sopan.

"Hn, aku membawakan beberapa makanan, kuharap sesuai dengan selera lady." kata Putra Mahkota kemudian menyuruh asistennya menghidangkan berbagai macam kue yang dikemas dalam kotak yang sangat indah.

Mata biru laut Vera sedikit berbinar ketika melihat kue yang sangat cantik didepannya, karena di kehidupannya dia seorang pecinta makanan manis dan cemilan. Ia berusaha menahan diri dan meminta tolong pelayannya Nana untuk menatanya dalam piring.

"Kebetulan saya sedang menikmati teh sore di rumah kaca, jika yang mulia berkenan untuk menemani sore saya." Vera berharap pria didepannya menolak seperti biasanya, namun tidak sesuai prediksi Vera pria itu berdiri dengan senyum tipisnya dan berkata dengan suara yang dalam.

"Tunjukkan jalannya, tidak buruk untuk bersantai sejenak" kata Putra Mahkota.

Wajah Vera berubah pias, sebenarnya apa yang diinginkan pria didepannya ini.

Vera berjalan didepan untuk menunjukkan jalan menuju rumah kaca. Saat di depan pintu Putra Mahkota berkata pada bawahannya untuk tetap berjaga didepan dan tidak mengikutinya. Hal yang sama ia katakan pada pelayan keluarga Verita.

Vera tidak peduli pada apa yang dilakukan pria itu dan masuk ke dalam rumah kaca tempatnya bersantai. Ditengah rumah kaca itu sudah tersedia berbagai makanan manis dan camilan yang tadi dibawa oleh putra mahkota.

"Silakan dinikmati yang mulia" kata Vera setelah menuangkan secangkir teh untuk pria didepannya dan mengisi cangkir tehnya dengan anggun.

"Teh beraroma melati?" tanya Putra Mahkota.

"Iya yang mulia, saya biasa meminumnya untuk merilekskan pikiran." jawab Vera.

Putra Mahkota mengangguk sebagai respon, "Lady Verita, tahu alasan kenapa aku kemari, bukan?"

Vera menatap netra emasnya yang mengintimidasi, "Apakah demi mencari keadilan untuk kekasih yang mulia?" tanya Vera tak gentar sedikitpun.

"Yang mulia harus tahu, bukan saya yang melakukannya. Harusnya Duke Verita sudah menghadap kaisar untuk melapor. Saya yakin bawahan yang mulia cukup kompeten untuk mendapatkan informasi yang masuk istana kekaisaran." kata Vera sinis.

"Iya, tapi aku ingin mendengar penjelasannya langsung dari lady, mengapa racun milik lady Verita ada di istana?" kata Putra Mahkota.

"Yah, itu tidaklah aneh, ada beberapa dari pelayan kami yang merupakan mata-mata yang dikirim entah dari mana, meskipun telah dipaksa mereka tetap bungkam akan tuan mereka dan mereka pun ditemukan bunuh diri dini hari tadi" kata Vera. Ia menatap lurus ke arah wajah putra mahkota untuk melihat gelagat yang aneh diwajahnya. Tapi pria itu masih betah menatapnya dingin, tak ada ekspresi yang berarti.

"Setelah para pelayan itu tahu saya meminum racun jenis baru yang saya kembangkan sendiri memiliki efek membuat koma peminumnya dan tidak sampai membunuh saya, mungkin itu yang mereka incar, saat itu mereka anggap penelitian dan test membuahkan hasil yang mereka harapkan, mereka pun langsung melakukan penjebakan, saya pikir mereka terlalu terburu-buru."

"Karena saya meminum racun itu murni karena ingin mendapatkan perhatian dari anda, tidak mungkin bagi saya untuk menghilangkan nyawa saya sendiri atau koma hingga bertahun-tahun, sebelumnya saya meminum penawarnya agar racun tidak berefek buruk. Namun, lain halnya jika racun itu diminum langsung, hal itu bisa memicu jantung yang bisa menyebabkan koma hingga bertahun-tahun atau bahkan kematian jika tidak ditangani dengan tepat, untungnya di setiap melakukan penelitian racun saya juga meneliti antidotenya." jelasnya panjang lebar mengikuti ingatan Vera yang asli.

"Yang Mulia, tolong selidiki dengan baik siapa dalang dibalik ini semua, saya rasa pelaku sebenarnya ingin memecah belah Kekaisaran. Keluarga Duke Verita selama bertahun-tahun tunduk pada kekaisaran dan akan selamanya seperti itu, kami mengabdikan diri untuk melindungi kekaisaran ini, Yang Mulia"

Putra Mahkota menatap iris biru laut jernih Vera, ia seakan berhadapan dengan orang asing. Di sana tak ada lagi tatapan memuja dan cinta yang biasa gadis itu perlihatkan. Namun tatapan kritis dan tegas wanita itu membuat hatinya gentar, dalam penjelasan Vera hampir saja ia mencelakai gadis lain yang merupakan kekasihnya untuk menjebak keluarga Duke dan dari penjelasan Vera, wanita itu tahu dengan jelas bahwa dibalik semua itu adalah perbuatannya.

Putra Mahkota menampilkan seringai tipis, "Lady Verita tenang saja, aku akan menyelidikinya dengan jelas dan memberikan penjelasan pada keluarga Duke Verita atas kejadian ini."

"Tapi, Lady tidak perlu melakukan hal yang berbahaya seperti meminum racun itu untuk saya, karena saya tidak akan pernah tertarik untuk menjadi pendamping anda. Saya sudah memiliki Liliana disamping saya" kata Putra Mahkota mempertegas hubungannya dengan Lady Viscount Roanne.

"Yang Mulia tenang saja, hal tersebut tidak akan terulang kembali karena saya memutuskan untuk tidak lagi terlibat dalam perebutan posisi Putri Mahkota." kata Vera tidak menyangkal jika dirinya meminum racun untuk menarik perhatian Putra Mahkota.

"Sebenarnya besok saya berencana ingin menemui yang mulia di istana, tapi sepertinya itu tidak diperlukan lagi, saya ingin mengembalikan barang yang mulia."

Nana yang berada diluar pun masuk ke dalam rumah kaca ketika nonanya memberi kode untuk dirinya masuk, tadi saat Nana menyiapkan keperluan jamuan teh di rumah kaca, Vera berpesan untuk membawakan kotak penyimpanan yang Vera simpan di atas meja riasnya. Itu harta berharga nonanya yang dulu dijaga baik-baik dan tidak seorangpun boleh memegangnya. Nana menyerahkannya pada Vera.

Vera tersenyum manis untuk Putra Mahkota, karena akhirnya ia akan terbebas dari beban mental karena dikenal sebagai wanita yang tidak tahu malu yang mengejar Putra Mahkota karena kebaikan sesaatnya.

"Yang mulia, ini sapu tangan yang dulu anda berikan kepada saya. Mohon maafkan saya karena sangat terlambat untuk mengembalikannya" kata Vera.

Putra Mahkota menatap kotak penyimpanan milik Vera dan menerimanya. Ketika membuka kotak itu mata Putra Mahkota tertegun, itu adalah sapu tangan yang bersulamkan namanya, benda itu amat penting baginya karena peninggalan ibu kandungnya saat masih kecil. Ia memberikannya pada Lady Verita karena saat itu ia tertarik akan Vera dan tidak tega melihat tangisannya. Namun Putra Mahkota segera melupakannya, saat tahu Vera merupakan putri kandung Duke Verita. Ia mengira telah kehilangan sapu tangan itu dan menghukum banyak pelayan karenanya.

Berbeda dengan putra mahkota yang melupakannya, justru sejak kejadian itu Vera Verita begitu gencar mengejar Putra Mahkota dan mengabadikan satu-satunya pemberian pria itu dalam sebuah kotak yang tak seorang pun boleh menyentuh kecuali dirinya sendiri.

Putra Mahkota menatap kotak itu agak lama sebelum kemudian menyimpannya kembali.

**TBC**

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!