Sore tadi Abrano melihat cctv di kamar gelap ayah palsunya, tanpa sengaja ia melihat gadis dengan punggung luka dan berdarah sedang berdiri terpaku melihat jendela maut yang tembus ke kandang buaya dibawahnya. Kandang buaya ini menyatu dengan sungai maut yang sering disebut bridge of death.
Abrano marah, ia tahu apa artinya ini, berarti duplikat ayahnya dibunuh oleh gadis itu. Belum pernah terjadi, ayah selalu menang, biasanya wanita yang diajak kencan terbunuh, kenapa malah sebaliknya?
Abrano meradang, sambil mengambil semprotan yang berisi cairan bius. Ia mau membalas kematian ayahnya.
Dengan dada bergemuruh ia masuk ke kamar ayahnya dan mendekati Bidari.
"Sayank..."
Panggilnya perlahan memancing supaya Bidari berbalik, dan saat gadis itu menoleh Abrano menyemprotkan cairan bius.
Bidari tumbang dipelukan Abrano, laki-laki itu memanggulnya menuju rumah mewah Abrano yang berlantai tiga yang disebut unification house.
Padahal ada empat pengawal yang ikut bersamanya, kenapa Abrano yang repot? tumben Abrano susah payah membawa wanita ke kamarnya. Ketika Abrano menuju rumahnya, semua pengawal yang berada di lantai satu bengong melihat tuan muda mereka memanggul gadis yang luka.
Sampai ditempat eksekusi, abrano dengan kasar melempar Bidari ke atas ranjang. Ia ingin mencambuk gadis itu sampai remuk tulangnya. Sebelum melakukan semua itu, matanya tajam mengamati gadis itu. Abrano terpaku, ia kehilangan kata-kata.
Laki-laki macho itu memperhatikan Bidari dengan seksama, ia baru sadar bahwa gadis itu sangat cantik, sexy, dan Abrano langsung jatuh hati pada pandangan pertama. Hasratnya naik ke ubun-ubun saat menatap gadis yang sangat manis di depannya. Ia menunduk, mengecup bibir sensual itu dengan lembut.
"Mulai sekarang kau milikku, jika kau masih gadis, kau akan menjadi ratu di istanaku, tapi bila kau sudah tidak gadis lagi kau akan menjadi selir ke sayanganku." Abrano ngoceh sendiri.
"Bangunlah sayank..."
Abrano meremas tangan gadis itu dan menciumnya penuh n4fsu.
"Pengawal, panggil dua orang perawat untuk mengurus gadis ini." titah Abrano.
"Siap tuan..."
Tidak berapa lama dua orang perawat datang dengan tergesa-gesa. Mereka langsung melakukan apa yang di perintahkan.
"Mandiin dan rawat lukanya, setelah itu bawakan makanan yang terenak kesini. Tidak boleh ada minuman keras, hanya air mineral. Biarkan dia pakai daleman saja supaya lukanya tidak menyentuh pakaian."
"Baik tuan.."
Abrano ingin sekali melihat gadis itu cepat sadar, ntah kenapa perasaan sukanya kepada gadis itu sangat kuat. Ia merasa Tuhan memberikan jodoh yang setiap hari ia cari lewat online atau pendekatan secara face to face.
Perasaannya gelisah gara-gara semua teman-temannya menelpon tentang pesta nanti malam. Biasanya Abrano seminggu dua kali mengadakan pesta sabu ditempat ini. Ia juga sering pesta s3x sampai dini hari. Biasanya yang datang anak-anak pejabat yang orang tuanya menjadi tikus berdasi di perlemen, atau OKB atau anak orang kaya baru yang shock jadi bajingan.
Akhirnya ia memutuskan pesta tetap berlangsung, tapi malam ini ia tidak mau minum atau nyabu, ia ingin fokus menemani gadis ini sepanjang malam.
Abrano duduk di sofa panjang yang berada di kamar, menunggu gadis itu siumam. Kedua perawat menunggu sambil membersihkan luka yang terdapat di paha Bidari yang disulut rokok.
"Hahhh...huk..huk.."
Bidari terbatuk-batuk dan tiba-tiba meloncat dari tempat tidur, padahal matanya masih merem. Tentu saja semua berteriak kaget. Ia membuka matanya ketika mendengar teriakan orang dan melihat ada laki-laki macho menatapnya tajam.
"Siapa kau?" tanya Bidari mendekati Abrano. Matanya yang indah penuh selidik.
Laki-laki itu terkagum-kagum sampai sulit berkata-kata. Diamnya Abrano membuat Bidari mendekati ke empat pengawalnya.
"Rupanya kau punya pengawal, yach." ucap gadis itu santai.
Tangannya terulur cepat mengambil pistol yang berada di pinggang salah satu pengawal. Saat Bidari berbalik, ketiga pengawal yang lain serentak melepaskan tembakan kepadanya. Ia sudah faham, pasti pengawal akan menembaknya, makanya dia cepat menjatuhkan diri dan menembak ketiga pengawal itu.
"Tolong..." teriak Abrano ketakukan melihat ketiga pengawal bersimbah darah dan kedua susternya terkapar kena tembakan meleset dari ketiga pengawal.
Bidari menyadari semua pengawal akan berdatangan karena smoke detektor kena asap pistol yang mengakibatkankan alarm berbunyi.
Kemudian Bidari melejit bangun dan mengambil ketiga pistol pengawal itu. Bidari melangkah mendekati Abarano, ia berdiri didepan laki-laki itu. Tangan Bidari memeluk pinggang Abrano, dan memutar badan laki-laki itu mengarah ke pengawal yang baru masuk.
"Jika kau berulah aku akan menggigit bibirmu yang sexy ini." bisik Bidari.
Bisikan Bidari membius otak Abrano, menggetarkan sanubarinya. Seketika Abrano memeluk pinggang ramping Bidari dan pipinya menempel di pipi Bidari.
Abrano tutup mata dan tidak mau peduli saat mendengar puluhan orang masuk. Ia asyik berfantasi seronok.
"Apakah kalian mencariku?" tanya Bidari kepada pengawal yang baru datang.
Mereka serempak menodongkan pistol kepadanya. Kedua tangan Bidari memegang pistol yang kini diarahkan kepada pengawal.
"Lepaskan tuan kami!!"
"Tembak saja, tuan kalian sudah koit." kata Bidari menyeret Abrano kebalik filing cabinet.
Mendengar itu mereka saling pandang dan...
"DOOAAARRRR...."
Tembakan beruntun datang dari kedua belah pihak. Bau anyir darah tercium keseluruh ruangan.
Hening!
Bidari lalu melepaskan pelukannya, tapi Abrano semakin erat memeluknya ia maunya nempel.
"Aku mau pergi tolong lepaskan aku dari rumah terkutuk ini."
"Tidak bisa sayank, kita terperangkap di kamar ini." kilah Abrano takut kehilangan.
Ntah kenapa Bidari tertarik kepada laki-laki ini. Orangnya ganteng, manis, bodynya kekar dan bau parfumnya menggoda.
"Apakah kau berkuasa disini?" tanya Bidari menatap Abrano.
"Hemm...kita pindah kamar, mandi dan makan. Setelah itu kita membahas banyak hal sampai pagi."
Bidari kembali dimanjakan oleh Abrano dengan cara di gendong ala bridal style. Laki-laki itu mengajaknya pindah ke kamar sebelah.
"Kalian kenapa diluar, cepat bereskan kamarku." kata Abrano dengan suara tinggi.
"Baik tuan..."
Para pelayan mulai memakai masker dan menyeret mayat-mayat itu ke kandang buaya.
Sampai di kamar Bidari turun, ia tidak mau direbahkan dikasur, masalahnya punggungnya masih sakit.
"Kau tidak usah repot, antar aku ke rumah sakit internasional."
"Aku akan memanggil dokter untuk merawatmu. Aku tidak begitu saja akan melepasmu. Wanita biasa tidak akan mampu membunuh orang. Aku yakin kau mata-mata salah satu musuh kami?"
"Maaf, aku tidak butuh doktermu dan juga aku tidak butuh kamu, aku ini bodyguard Martin, jadi aku ingin kesana. Ayahmu menculik aku saat aku datang mengantar Farida, jadi tolong lepaskan aku."
Raut wajah Abrano mendadak pucat, ia tentu tidak boleh berseteru dengan calon iparnya, tapi ia juga tidak ingin lepas dari bodyguardnya Martin. Sudah terlanjur sayank.
"Hemm..sayank, ternyata kau bodyguard Martin, pantas pintar menembak. Aku rasa Martin tidak peduli lagi padamu, ia akan menikah dengan kakakku Farida."
"Hehe...Martin adalah calon suamiku, berhentilah berkhayal kalau kau mampu memikatku."
"Jangan ngaco, aku bisa membunuh Martin kalau sampai dia menikah denganmu."
"Martin tidak akan tersentuh karena ada yang melindunginya."
"Aku tidak mau pisah dari kamu." tiba-tiba saja Abrano memeluk Bidari. Bibirnya langsung menyentuh bibir Bidari, dan mereka berciuman. Tanpa sadar Bidari terbuai oleh perlakuan Abrano yang mesra.
Bidari baru sadar dan menutup jam tangannya supaya XPostOne tidak melihat adegannya dengan Abrano.
"Aku mencintaimu." bisik Abrano saat Bidari pasrah ketika Abrano bibirnya menyusup ke leher Bidari."
"STOPP..."
Bidari mendorong tubuh Abrano keras sehingga laki-laki itu terhuyung. Ia merasa bersalah lupa pada tujuan utamanya.
"Aku ingin mandi, punggungku perlu diobati. Jika kamu ingin menolongku, pulangkan aku."
"Tidak!! Kau harus disini." teriak Abrano kesal.
"Jika kau mau aku disini, jangan usik aku. Siapkan semua yang aku minta. Setelah itu krluarlah."
"Aku akan menyiapkan semuanya, asal kau menepati janjimu."
Bidari tidak menjawab ia hanya mengedipkan sebelah matanya membuat Abrano meleleh.
"Sayank love you, kau adalah jiwaku." Abrano memeluk Bidari, ia begitu bergairah dengan gadis ini.
"Aku jatuh cinta padamu."
"Diawal sudah kau ucapkan, simpan ucapan itu untuk hari esok, hehe..."
"Ini benar yank, aku mencintaimu."
"Elehh..kamu cowok yang keseratus mengucapkan kata-kata itu. Keluarlah, sebelum aku berubah pikiran dan menembak jantungmu." ucap Bidari memutar-mutar pistolnya.
"Aku akan keluar, tunggu aku nanti kita makan bareng."
"Tookk...tookkk...tookkk."
"Tuan, dokter sudah datang, kami berdua akan melayani nona." dua orang pelayan masuk. Mereka sangat takut melihat Bidari.
"Layani dia dengan baik, aku tidak ingin calon istriku mengeluh. Jangan sampai kalian menjadi santapan buaya."
"Kami akan melakukan dengan baik." ucap pelayan itu cepat. Dadanya ketar ketir berhadapan dengan Bidari.
"Ayank, aku keluar dulu." Abrano mengecup bibir Bidari.
"Oke..." sahut Bidari pendek.
Bidari duduk dipinggir ranjang, ia menarik nafas panjang membuangnya kasar. Ia memandang punggung Abrano yang menghilang dibalik pintu.
Seorang dokter masuk dikawal oleh seorang pelayan.
"Selamat petang nona?"
"Silahkan dokter, badanku habis dicambuk, sakit dan perih." ucap Bidari tanpa basa basi.
"Tolong nona berbaring saya akan memeriksamu."
"Maaf dokter aku disini tawanan, jadi aku extra hati-hati. Aku tidak mau di periksa dokter, tolong letakan semua obat untuk lukaku nanti aku sendiri yang mengobati."
"Saya diperintahkan untuk mengobati nona, tolong mengertilah, saya tidak ingin dipecat."
"Kau mau dipecat atau ingin dibunuh?"
Dokter itu tidak menjawab ia lalu mengeluarkan satu kotak obat dan ditaruh diatas meja.
"Keluarlah kau, aku akan membawa obatmu ke lab forensik." ancam Bidari, ia yakin ada orang dibalik kedatangan dokter itu. Bisa saja dokter itu dari Farida yang ingin membunuhnya.
Pukul. 21.30 wita.
Teman-teman Abrano sudah mulai berdatangan, semua membawa pasangan. Wajah mereka rata-rata bersih terawat, body kekar sedangkan yang wanita langsing, putih oplas dan wangi. Mereka semua adalah anak orang kaya, pejabat, pokoknya hidup mereka hedon.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Calista
Dasar abrano td aj mw bunuh bidari skrng aj terpesona
2024-03-10
4
ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ
bnyk yg suka sama bidadari karena kecantikan nya
2024-02-19
1
💜⃞⃟𝓛 ⏤͟͟͞R𝐙⃝🦜༄༅⃟𝐐ƙׁׅуα
bidari masih polosan belum bisa memilah perasaan,masih gampang suka sama cowok
2024-01-17
4