DIRUMAH SAKIT

Bidari keluar dari ruang tunggu dan menghampiri dokter Riyanto.

"Dok, bagaimana keadaan teman saya, apa boleh ditengok?"

"Teman nona saat ini sudah sadar, ia dapat dua puluh satu jahitan, lukanya cukup dalam. sekarang sudah kami pindahkan ke ruang pemulihan."

"Trimakasih dok, boleh saya menengoknya?"

"Dia selalu memanggil nama nona, silahkan nona menemuinya, tolong jangan menerima tamu, karena ini penganiayaan, atau nona boleh lapor polisi supaya aparat menjaganya. Ini untuk sementara karena kami tidak ingin ada keributan di rumah sakit."

"Baik dokter, saya hanya bodyguardnya saja, kewenangan ada ditangannya. Saya bertrima kasih kepada dokter atas pertolongannya."

Bidari mengikuti dokter Riyanto masuk ke dalam sal. Martin tergolek lemah di tempat tidur, matanya memandang langit-langit kamar, tanpa peduli kedatangannya.

"Saya tinggalkan dulu, jika nona butuh sesuatu pencet saja bel nya."

"Trimakasih dokter."

Bidari menghampiri Martin dan duduk di kursi sampingnya. Ia memegang tangan laki-laki itu. Martin membisu, ia memalingkan mukanya, menghindar dari tatapan Bidari.

"Beb...kamu pasti kuat, apa yang kamu pikirkan?"

Martin tidak menjawab, Bidari merasa Martin sengaja memusuhinya. Ia heran kenapa laki-laki itu cuek padanya.

"Beb..kamu kenapa, ko diam, katakan mana sakit? Jika kamu tidak mau bicara aku pulang. Aku belum ganti baju, lengket, banyak darahnya."

Marfin tetap diam, Bidari mengambil tas Martin dan membukanya.

"Aku pinjam hapemu untuk menelpon pengawal supaya gantian jaga. Aku akan membuka tas mu. Lihatlah, aku tidak ada mengambil apapun selain hape." Bidari menaruh tas diatas bed dan menyerahkan hapenya ke Martin.

"Tolong katakan yang mana nama pengawalmu? Kenapa kamu gak mau bicara padaku, kamu tidak tahu kalau aku diluar capek, dikerubuti wartawan. Belum lagi haus, lapar, ngantuk, uang gak bawa sepersenpun." ucap Bidari lebay supaya Martin mau bicara.

"Kenapa kamu baru datang, tadi aku sangat membutuhkanmu." ketus Martin. Matanya merah menyala dan penuh kebencian.

"Aku sudah minta masuk, tapi dokter tidak mengizinkan. Dokter juga sudah memperingatiku supaya tidak menerima tamu. Artinya kita menutup diri, karena rumah sakit tidak ingin ada keributan atau banyak orang disini."

"Pulang saja kau, aku tidak butuh kau lagi!!" ucap Martin dengan suara tinggi.

"Oke..aku akan pergi dari rumahmu, tidak usah aku dibayar, karena aku lebih kaya dari kau." ucap Bidari lalu berdiri. Martin melempar tasnya, sambil menggerutu.

"Berani kau pergi dari sini, aku akan tembak kau. Aku mengerti apa yang kau kerjakan diluar, kau pasti hahahihi dengan banyak lelaki."

"Tadi diusir, sekarang diancam, apa lagi sekarang?"

Bidari duduk kembali, ia bisa saja menghabisi Martin dengan kekuatan supernya, tapi Bidari harus bersabar, ia harus bisa menggulung semua oknom dibalik kerusuhan ini.

Tiba-tiba ia mendengar isak tangis, Bidari langsung berdiri dan menatap Martin, tangannya cepat menyambar tisue basah, dan berinisiatif untuk menyeka air mata lelaki itu.

"Beb...kenapa? Maafkan aku telah menyakiti hatimu. Ayo...sudahlah, aku akan diam disini menemanimu."

Bidari mengecup bibir lelaki itu, ia tidak tega melihat Martin menangis. Apapun alasannya ia tidak terima kalau Martin sampai menangis, ia ikut sedih dan merasa iba.

"Mana yang sakit, boleh aku lihat?"

"Aku biasa ditusuk orang, aku marah, sedih karena kamu tidak peduli padaku."

"Aku harus gimana, lihat bajuku, darah sampai membasahi punggungku. Tadi aku tidak dikasi masuk, tidak mungkin aku memaksanya."

"Kau bisa hibur aku lewat hape."

"Aku tidak punya hape, sudah aku bilang hapeku di curi orang waktu di beach club."

"Kenapa gak bilang, terus tiap hari kamu pakai apa komunikasi?"

"Pakai mulut tuan, menemanimu hampir dua puluh empat jam, mana sempat main hape atau nonton tivi."

"Banyak ada uang di tasku kenapa kamu bisa belum makan?" suara Martin meredup, ia menarik pinggang Bidari dan berusaha memeluknya.

"Aku tidak terbiasa mencuri, lebih baik lapar daripada mengambil uangmu. Lagi pula siapa yang bisa nelan makanan kalau memikirkan kamu sakit." ucap Bidari, ia ketakutan kalau Martin meninggal karena misinya belum selesai. Bukan karena ia cinta sama laki-laki itu.

"Trimakasih sayank ku, kamu telah mengkhawatirkan diriku."

"Semua orang khawatir, karena banyak orang tergantung padamu." puji Bidari untuk menyemangati Martin.

"Pergilah ke kantin, ambil uang di dompet, anggap uang didompet ku adalah uangmu juga. Nanti aku kasi kamu gaji, aku transfer ke nomer rekeningmu?"

"Tidak usah!! Katakan kepada keluargamu untuk tidak datang kesini, dokter melarangnya, tidak boleh ada kerumunan orang banyak."

"Sudah telat, mereka menuju kesini. Cuma papa, mama saja. Tidak usah khawatir, tidak berbahaya."

"Owh...ya sudah, semoga tidak terjadi apa-apa, aku merasa orang yang menusukmu itu pasti ada kaitannya dengan goval atau musuhmu yang lain. Aku yakin temannya tetap akan mengincarmu."

"Makanya jangan ditinggal, kamu bisa mandi disini."

"Terus aku tidak ganti baju, celana dan yang lainnya?"

"Nanti kalau papa datang kamu boleh pulang, tapi jangan lama-lama." ucap Martin.

Baru saja Bidari mau minum datang beberapa orang tanpa mengetuk pintu body mereka gendut-gendut dan badannya tinggi besar. Ada tujuh orang yang datang.

"Papa..mama!" seru Martin ceria.

Bidari langsung menyingkir dan membiarkan mereka temu kangen.

"Maaf, saya permisi pulang mau ganti baju." ucap Bidari menyela. Seketika mata keluarga Martin memandang Bidari.

"Owh...ini bodyguard mu, cantik dan manis. Trimakasih sudah menolong Martin. Katakan kamu mau hadiah apa nanti kami belikan."

"Maaf nyonya saya menolong spontan saja, saya tidak ingin hadiah, saya sudah punya semuanya, kalau boleh saya cuma ingin bebas dari perangkap tuan Martin." ucap Bidari sopan, ia sengaja berkata begitu supaya terlihat berkelas.

"Aku demen cewek begini, tidak matre, kamu boleh tinggali Martin tapi ikut dengan aku." seorang pemuda maju mendekati Bidari.

"Edho jangan macam-macam, dia beda, tidak seperti yang lain, dia calon istri ku." teriak Martin.

"Maaf, bapak, ibu dan semuanya saya pamit pulang."

Bidari buru-buru mengambil tas ranselnya dan memakainya dipunggung. Mumpung ada keluarga Martin. Pikirnya. Kemudian ia melangkah mau keluar. Saat ia itu Edho menarik tas nya, hampir Bidari terjengkang jatuh ke belakang, karena kuatnya tarikan Edho.

Tiba-tiba Bidari berbalik spontan dan menendang Edho sampai terhempas ke tembok.

"Arrgghh...."

Teriakan Edho disambut tertawaan keluarga Martin. Mereka senang melihat Edho kesakitan dan melorot duduk di lantai.

"Maaf tuan, saya reflex." ucap Bidari beranjak dari situ.

Sampai di luar ia langsung menuju ruang tunggu. Ia menutup gorden dan duduk di sofa panjang, tempat ini ia sudah sewa seminggu.

Tadi di ruangan Martin ia sudah menaruh chip werelles untuk menyadap pembicaraan Martin dan siapapun yang datang. Begitu juga di hape Martin, disamping pengadap ia juga menaruh alat pelacak.

Di ruang tunggu ini sarananya lengkap ada kamar mandi, ada sofa panjang untuk tidur kalau ngantuk. jadi kalau mau mandi atau tidur bebas. Tinggal bayar, perhari seratus ribu.

Bidari membuka GSM nya memencet tombol biru, memasukan kode untuk merekam kamar nomer 123, dimana Martin berbaring.

Setelah suara GSM nya stabil, dan tersambung dengan GSM Zuga, Bidari baru masuk ke kamar mandi. Pakaian yang ada di tas ransel ia keluarkan.

Pukul.15.00wita.

Bidari keluar dari ruang tunggu, ia merasa sudah segar setelah dapat tidur dan makan. Rekaman ke GSMnya sudah terputus, berarti tamu di kamar Martin sudah pulang.

Ia menuju kamar 123 tempat Martin berbaring, sebelum masuk ke kamar itu ia melewatinya untuk berjaga-jaga kalau ada orang yang mencurigainya. Setelah merasa aman barulah Bidari masuk dan menggantungkan tulisan Don't be disturbed except by the officers. Biasanya kalau ada tulisan itu tidak ada yang berani masuk karena pasien dalam kondisi berbahaya.

"Kamu kemana, kata orang rumah kamu tidak pulang." Martin mulai curiga, suara meninggi.

"Aku capek pulang dan ketiduran di ruang tunggu, baru bangun langsung mandi."

"Aku tidak percaya, kamu habis keramas ya."

"Tadi keramas, ruang tunggu itu bersih dan kamar mandinya seperti di hotel."

"Kenapa keramas, disana ada pacarmu atau cwok lain."

"Tidak ada cwok, kalau keramas karena geli ada darahmu di seluruh pakaianku." sahut Bidari tidak mudeng arti keramas menurut Martin.

"Aku tidak percaya, cewek zaman sekarang suka berubah pikiran kalau sudah melihat cowok." gerutu Martin tidak jelas.

"Aduhh...kamu curiga apa sih, apa perlu aku buka baju kalau aku ini masih orisinil." kesel Bidari.

"Perlu dan buktikan." sahut Martin tersenyum.

"Hemm..dasar genit."

"Yank, apa kamu tidak ingin melihat lulaku?"

"Oh ya...apa sakit sekali?"

"Sakit dan perih, namanya ditusuk belati. Untung yang dipakai nusuk tidak beracun." ucap Martin meringis.

"Aku mau lihat."

"Sini dulu..." pinta Martin menarik Bidari. Bibirnya langsung m3lum4t bibir gadis itu dengan rakus.

"Kita menikah." ucap Martin menatap Bidari. Hasratnya meloncat tinggi saat Bidari membiarkan tangan Martin m3r3mas gunung kembarnya.

"Aku mohon sekali ini saja beb, apapun yang kamu minta akan aku kasi...." pinta Martin sangat bergairah.

Ketukan di pintu membuat Martin menarik tangannya dari baju Bidari. Sedangkan Bidari menyeret kakinya ke pintu, setelah terlebih dulu menarik nafas panjang.

Bidari mengintip dari Door Viewer tamu yang datang. Seorang wanita membawa buket bunga. Dia terlihat dari keluarga kaya, walaupun tidak cantik tapi pakaiannya branded.

Bidari memastikan ini pacar Martin. Kalau ia minta izin pasti Martin melarang wanita ini masuk, takut Bidari tahu belangnya. Akhirnya Bidari mengambil keputusan untuk membuka pintu.

"Siapa yank, kalau tidak penting jangan dikasi masuk."

"Satu orang dia adalah pacarmu." ucap Bidari membuka pintu.

"Silahkan masuk nona." ucap Bidari santai. Wanita itu menatap Bidari dengan tajam, kemudian melengos.

"Bee...." suara Martin menggantung melihat siapa yang datang. Farida adalah pacarnya, anak pak Joni, orang yang selalu ia hindari selama ini.

****

Terpopuler

Comments

Calista

Calista

Emang enak edho maka nya jngn asal tarik aja sakit kn kena tendang bidari

2024-03-09

3

Calista

Calista

Dalam juga luka nya martin sampai dpt jahitan segitu bnyk ny

2024-03-09

3

ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ

ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ

sudah punya pacar ngapain kau ajak² dia

2024-02-19

0

lihat semua
Episodes
1 BOM MOBIL
2 DI GEDUNG XPostOne
3 PASCA OPERASI
4 TERBANG KE BALI
5 KE BEACH CLUB
6 BERTARUNG
7 KESEMPATAN YANG SIA-SIA
8 BERTEMU MARTIN
9 MENJADI BODYGUARD
10 PEMBUNUH BERDARAH DINGIN
11 ONE SHOT ONE KILL
12 DITUSUK
13 DIRUMAH SAKIT
14 PACARNYA MARTIN
15 PINDAH KAMAR
16 CEMBURU
17 WANITA BIONIC
18 MASOKIS
19 DISANDRA
20 CINTA MEMBELITKU
21 DISANDRA ABRANO
22 PESTA NARKOBA
23 Crocodile Palace
24 REST IN PEACE (RIP)
25 IRAMA CINTA
26 CINTA MENYIKSAKU
27 KEMBALI BERTUGAS
28 REBUTAN
29 KEMATIAN YANG ANEH
30 ZUGA DICULIK
31 SENJATA KIMIA
32 BIDARI PINGSAN
33 OPNAME
34 AGENT BARU
35 BIDARI MENGAMUK
36 PAK BANJAR
37 VILLA D'MARTIN
38 MELAWAN PENGAWAL MARTIN
39 TIDUR BERDUA
40 TRAGEDI CAFE GAUL
41 PANTAI PENDAWA
42 KE BAR
43 DI TROWONGAN
44 MARTIN DI BAR
45 BIDARI SIUMAN
46 RENCANA JAHAT
47 KABURNYA BIDARI
48 MENJALANKAN MISI
49 PENYUSUP DI BAR
50 TERBAKARNYA BAR
51 KE PULAU NUSA
52 SAMPAI DI NUSA
53 PAK JONI
54 MUSUH DALAM SELIMUT
55 MELAWAN PENGAWAL PAK JONI.
56 BERTEMU GINA
57 RUANG JAGAL
58 MASUK PENJARA.
59 ABRANO KHAWATIR
60 CEMBURU
61 RASA KECEWA
62 MEMBURU PENGANTIN BOM
63 BOM MELEDAK
64 PRA PENGEBOMAN
65 CEMBURU
66 NYARIS TERBUNUH
67 ANCAMAN
68 NYARIS MENINGGAL
69 ABRANO MENGHILANG
70 BERDUKA
71 MATINYA LALA DAN GITA
72 MEMBEKUK PENJAHAT
73 PASCA LEDAKAN DI TOLL
74 MISI MALAM HARI
75 NYAWA DIUJUNG TANDUK
76 KE BAR
77 BERTEMU COWOK KEREN
78 KE BUNGALOW
79 TERKURUNG DALAM DILEMA
80 MENGINAP DI BUNGALOW
81 AKAL-AKALAN ABRANO
82 MENIKAH
83 S*LINGKUH.
84 HATI TERLUKA
85 MENJEBAK ABRANO
86 ON SHOT, ONE KILL
87 KE NARI GRAHA
88 LEDAKAN BOM TNT
89 TERTEMBAK
90 BERTEMU MARTIN
91 KEMARAHAN MARTIN
92 KABUR DARI RUMAH MARTIN
93 BIDARI KABUR
94 BERKELAHI DIJALANAN
95 KEMATIAN MARTIN
96 DIRUMAH JENDERAL
97 KEMATIAN FARIDA
98 MENANG
99 PASCA LEDAKAN BOM
100 SELOWATY
101 JIKA HATI MENDUA
102 SECUIL KISAH JENDERAL
103 MISI DIRUMAH JENDERAL
104 HELIKOPTER JATUH
105 BIDARI GALAU
106 KETIKA INGATAN BIDARI PULIH
107 BIDARI KOMA
108 DI RUANG ICU
109 BIDARI KABUR
110 KE ISTANA
111 KONSPIRASI
112 JIKA HATI TERLUKA
113 MENINGGALNYA SANG JENDERAL
114 AWAL PENYELIDIKAN
115 KETEGANGAN DI ISTANA
116 BIDARI TERTEMBAK
117 RICUH
118 GOOD BYEE
119 TAMAT
Episodes

Updated 119 Episodes

1
BOM MOBIL
2
DI GEDUNG XPostOne
3
PASCA OPERASI
4
TERBANG KE BALI
5
KE BEACH CLUB
6
BERTARUNG
7
KESEMPATAN YANG SIA-SIA
8
BERTEMU MARTIN
9
MENJADI BODYGUARD
10
PEMBUNUH BERDARAH DINGIN
11
ONE SHOT ONE KILL
12
DITUSUK
13
DIRUMAH SAKIT
14
PACARNYA MARTIN
15
PINDAH KAMAR
16
CEMBURU
17
WANITA BIONIC
18
MASOKIS
19
DISANDRA
20
CINTA MEMBELITKU
21
DISANDRA ABRANO
22
PESTA NARKOBA
23
Crocodile Palace
24
REST IN PEACE (RIP)
25
IRAMA CINTA
26
CINTA MENYIKSAKU
27
KEMBALI BERTUGAS
28
REBUTAN
29
KEMATIAN YANG ANEH
30
ZUGA DICULIK
31
SENJATA KIMIA
32
BIDARI PINGSAN
33
OPNAME
34
AGENT BARU
35
BIDARI MENGAMUK
36
PAK BANJAR
37
VILLA D'MARTIN
38
MELAWAN PENGAWAL MARTIN
39
TIDUR BERDUA
40
TRAGEDI CAFE GAUL
41
PANTAI PENDAWA
42
KE BAR
43
DI TROWONGAN
44
MARTIN DI BAR
45
BIDARI SIUMAN
46
RENCANA JAHAT
47
KABURNYA BIDARI
48
MENJALANKAN MISI
49
PENYUSUP DI BAR
50
TERBAKARNYA BAR
51
KE PULAU NUSA
52
SAMPAI DI NUSA
53
PAK JONI
54
MUSUH DALAM SELIMUT
55
MELAWAN PENGAWAL PAK JONI.
56
BERTEMU GINA
57
RUANG JAGAL
58
MASUK PENJARA.
59
ABRANO KHAWATIR
60
CEMBURU
61
RASA KECEWA
62
MEMBURU PENGANTIN BOM
63
BOM MELEDAK
64
PRA PENGEBOMAN
65
CEMBURU
66
NYARIS TERBUNUH
67
ANCAMAN
68
NYARIS MENINGGAL
69
ABRANO MENGHILANG
70
BERDUKA
71
MATINYA LALA DAN GITA
72
MEMBEKUK PENJAHAT
73
PASCA LEDAKAN DI TOLL
74
MISI MALAM HARI
75
NYAWA DIUJUNG TANDUK
76
KE BAR
77
BERTEMU COWOK KEREN
78
KE BUNGALOW
79
TERKURUNG DALAM DILEMA
80
MENGINAP DI BUNGALOW
81
AKAL-AKALAN ABRANO
82
MENIKAH
83
S*LINGKUH.
84
HATI TERLUKA
85
MENJEBAK ABRANO
86
ON SHOT, ONE KILL
87
KE NARI GRAHA
88
LEDAKAN BOM TNT
89
TERTEMBAK
90
BERTEMU MARTIN
91
KEMARAHAN MARTIN
92
KABUR DARI RUMAH MARTIN
93
BIDARI KABUR
94
BERKELAHI DIJALANAN
95
KEMATIAN MARTIN
96
DIRUMAH JENDERAL
97
KEMATIAN FARIDA
98
MENANG
99
PASCA LEDAKAN BOM
100
SELOWATY
101
JIKA HATI MENDUA
102
SECUIL KISAH JENDERAL
103
MISI DIRUMAH JENDERAL
104
HELIKOPTER JATUH
105
BIDARI GALAU
106
KETIKA INGATAN BIDARI PULIH
107
BIDARI KOMA
108
DI RUANG ICU
109
BIDARI KABUR
110
KE ISTANA
111
KONSPIRASI
112
JIKA HATI TERLUKA
113
MENINGGALNYA SANG JENDERAL
114
AWAL PENYELIDIKAN
115
KETEGANGAN DI ISTANA
116
BIDARI TERTEMBAK
117
RICUH
118
GOOD BYEE
119
TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!