Akhirnya sampai juga di home stay, pintu gerbang hitam otomatis terbuka dan mobil melaju menuju carport. Bidari menunggu sopir membukakan pintu, karena pintu mobil dikunci oleh sopir.
"Silahkan turun." perintah sopir dan membuka pintu mobil. Bidari menatap sopir itu dengan seksama.
"Apakah kamu Zuga?" tanya Bidari berusaha berjalan berendeng.
"Kenapa, apakah ada yang aneh?"
"Ya..bukankah boss melarang kamu ke Bali, kenapa kamu nekat?"
"Aku melindungi setiap agent, bukan untuk kamu saja. Jangan kepedean."
"Maksudmu apa, aku heran melihatmu disini, bukannya ke new city."
"Aku khawatir tentang keselamatanmu dan kebiasaan ini sering aku lakukan."
"Tidak perlu kamu turun tangan, aku bisa menjaga diriku sendiri."
"Kamu tahu apa tentang pekerjaan ini, nyawa taruhannya."
"Aku merasa bisa terbang dan otakku sering berpikir gaib. Aku kadang lupa diriku." kata Bidari bohong, ia ingin tahu apakah Zuga senang padanya atau sekedar menemaninya.
"Waduhh...tarik nafas yang panjang, katakan dalam hati bahwa dirimu seorang manusia normal."
Bidari pura-pura menurut, padahal ia biasa saja tidak terpengaruh, memang terkadang otaknya berpikir akan ada bencana, ia seolah disuruh menolong orang, mungkin itu hanya ilusi.
"Mari kita masuk ke dalam. Kalau tidak ada aku, kamu tidak boleh sembarang masuk rumah. Senjata harus siaga, pendengaranmu dipertajam, jika ada sesuatu yang mencurigai kamu cepat menyelinap dan melihat situasi. Jika kamu yakin barulah kamu bertindak."
"Oke...aku mengingatnya."
Zuga membuka pintu utama, mereka masuk berdua. Sebagai orang yang berpengalaman ia merasa rumah ini sudah aman. Zuga lalu mengambil alat deteksi untuk memeriksa tiap ruangan Setelah merasa aman ia masuk ke dapur, memeriksa kulkas dan isinya.
"Tinggal disini harus hati-hati, lebih baik pintu gerbang terus di kunci. Kamu tidak boleh terima tamu, kecuali aku yang datang. Kadang agent juga bisa membelot."
"Apakah aku langsung bisa pergi ke pulau Nusa untuk mencari mafia itu?"
"Kamu menjadi turis dulu disini, pakai otakmu untuk mencari mangsa yang bisa diajak ke Pulau Nusa."
"Berarti aku harus ke kuta atau ke beach club untuk mencari teman."
"Gampang mencari teman disini, asal kamu bergaul extra hati-hati. Pilih teman yang tajir supaya cepat bisa ke Nusa."
"Aku akan lzngsung kesasaran, supaya tidak ribet."
"Yang penting jaga rahasia perusahan, kamu tidak boleh mengatakan jati dirimu. Kalau ada yang mau kenalan katakan namamu BiBe, mengerti?"
"Mengertilah, aku tidak sebodoh itu."
"Aku wajib memberitahumu."
Bidari lalu masuk kamar dan menaruh tasnya. Ia melihat kamarnya sangat bersih dan rapi, walaupun tidak begitu mewah, tapi nyaman.
"Pakaian yang berada di almari semua milikmu." ucap Zuga membuka almari.
"Ko tahu ukuran badanku, siapa ngasi tahu?" tanya Bidari heran.
"Semua agent sudah disiapkan pakaian tugas, dan dapat pakaian ganti, makanya tidak boleh membawa pakaian, cukup bawa senjata."
"Kalau senjata taruh dimana?"
"Kamu hanya boleh membawa alat kejut listrik. Setelah bisa menguasai keadaan baru boleh membawa satu senjata?"
"Jadi senjata simpan dimana?"
"Diatas plafon."
"Bagaimana naik, lebih baik dibalik almari."
"Boleh, asal tersembunyi."
"Jika aku sulit mencari mafia itu, lebih baik aku ambil opsi kedua yaitu menjadi karyawan di perusahannya atau pelayan rumah tangga." ucap Bidari.
"Apa kamu bisa bekerja rumah atau memasak. Menjadi pelayan sangat sulit, kerja keras dan agak kotor."
"Aku biasa hidup sendiri di luar negeri dan aku juga jadi pelayan di restoran cepat saji."
"Kehidupan di luar negeri beda, aku rasa kamu lebih cocok menjadi sopir atau bodyguard."
"Aku tidak mungkin jadi bodyguard, kalau boss mati, aku yang pertama ditangkap. Masalahnya aku mau menangkap orang, bukan melindungi orang, hehe.."
"Paling cocok kamu menjadi turis yang berlibur, kita disana main judi."
"Kenapa kita, aku sendiri." protes Bidari cemberut.
"Hahaha...kenapa di markas kamu pura-pura jadi robot?" tanya Zuga tidak bisa menahan diri untuk bertanya. Dari tadi ia melihat Bidari normal seperti gadis pada umumnya.
"Aku memang robot yang kalian inginkan, tapi pikiranku tetap manusia normal. Kalian seenak perut menculik dan merubah orang. Kalau aku laporkan ke polisi, kamu bisa masuk penjara."
"Yang membuat kamu jadi robot dokter James, aku tidak ikut campur."
"Kamu pasti lepas tangan, apakah kamu membunuh dokter James?"
"Astaga, aku berpikir kamu pembunuh berdarah dingin."
"Terus siapa yang membunuh, apa Bob Meyer?"
"Tidak tahu, kita tidak usah bicara soal pembunuh itu. Dihadapan kita masih banyak yang harus diselesaikan." kata Zuga keluar dari kamar menuju dapur.
Zuga membuat dua gelas kopi kocok dan sepiring kentang goreng. Mereka duduk di ruang tamu.
"Apakah kamu sudah mengunci gerbang dan pintu utama?" tanya Bidari merasa kurang nyaman.
"Aku ke depan dulu." kata Zuga berdiri.
"Minumlah, kita akan melanjutkan membahas masalah mafia politik yang sekaligus menjadi bandar narkoba. Orang ini sangat licin dan backingnya pejabat. Namanya pak Joni dan pak Irwan, kita tidak tahu apakah ada nama lain. Orang ini mengendalikan pemerintahan selama ini."
"Hubungannya dengan bom dan pemilihan presiden apa?"
"Nah, itu yang kita cari tahu, mereka ingin mengganti dasar negara dan nama ibu kota sesuai keinginan mereka." ucap Zuga. Sebagai intelijen ia tahu lebih banyak pergerakan extrime kiri.
"Apakah mereka ingin idelogi dan dasar negara juga diganti. Semua harus baru sesuai new city."
"Kenapa pemerintah diam, kenapa kita yang harus menangkap mereka?"
"Mungkin mereka pada bingung dan tidak berani, karena kedua orang ini penyumbang dana terbesar untuk bencana alam dan lain-lain."
"Aku yakin mereka yang menentukan siapa harus menjadi presiden."
"Hahaha...mungkin juga."
"Apa ancamannya jika kita tidak peduli dengan tuntutannya?" tanya Bidari seolah merekam semua perkataan Zuga.
"Kudeta dan mereka akan mengebom tempat ibadah."
Perbincangan mereka terus berlanjut sampai matahari condong ke barat. Bidari banyak mendapat masukan, dan mulai mempergunakan otak kanannya berpikir aktif, guna menyelidiki kedua orang yang nenjadi targetnya. Setiap perkataan Zuga tersimpan rapi di otaknya.
Pukul 21.30wita.
Bidari bersiap akan pergi ke beach club bersama Zuga. Ia memakai tank top dan celana panjang Cargo. Pergi ke beach club harus pakaian sopan, yang diperbolehkan disana. Tidak sembarang orang bisa masuk, karena setiap beach club ada aturannya, yang jelas tidak boleh membawa senjata api dan berpakaian tidak sopan.
"Zuga, sampai disana kita berpisah, aku tidak ingin kamu tahu kegiatanku, begitupun sebaliknya."
"Terus untuk apa aku ikut kalau begitu. Kamu pergi saja sendiri." ucap Zuga nenjatuhkan bobot tubuhnya di Sofa. Ia menarik nafas kasar.
"Aku perlu denganmu untuk menunjuk jalan. Di luar negeri aku menjauhi pergaulan liberal dan disini aku belajar terjun ke dunia ini demi menjalankan misi."
"Aku peringatkan, dunia yang kamu akan geluti ini sangat berbahaya."
"Aku mengerti, untuk itulah aku ingin supaya kamu ikut. Terus terang aku takut jalan sendiri."
"Oke..kita jalan." akhirnya Zuga menurut.
Bidari menyembunyikan pistol dibalik jaketnya. XPostOne memang punya jaket khusus yang dirancang untuk menyimpan senjata tanpa diketahui orang. Walaupun Zuga tidak melihat jelas, feelingnya mengatakan bahwa Bidari tidak percaya diri. Bisa juga karena Bidari belum mengetahui kemampuan Bionicnya.
Mobil Robicon itu melaju dengan tenang, suara The Weeknd dengan beberapa lagunya membuat Bidari lebih bersemangat.
"Bagaimana kalau kita ke Rock Bar, kebetulan aku kenal dengan manager restorannya." ucap Zuga tanpa menoleh.
Mata elangnya memandang lurus kedepan, dimana terlihat jejeran lampu-lampu warna warni di atas laut. Zuga sengaja lewat jalan toll Bali Mandara untuk mengingatkan memori Bidari tentang Bali dan orang tuanya.
Ia merasa kalau ingatan Bidari tentang orang tuanya dan tempat tinggalnya terhapus. Ia curiga kalau dr. James dan Bob Meyer sengaja menghapus ingatan Bidari. Dasar licik. gerutunya kesal.
"Boleh juga, aku belum pernah kesana, tapi sering mendengar nama Rock Bar. Kata orang sangat indah berada diatas laut yang terbuka, dengan angin laut yang dingin."
"Penjagaan masuk kesana sangat ketat, ada beberapa ekor anjing pelacak di gardu scurity."
"Waduhh...gak jadi kalau begitu. Aku tadi lupa menaruh pistol yang berada di jaket." kilah Bidari memandang Zuga dari samping.
"Hemm...seorang intelijen bisa teledor begitu. Jika aku tidak mengatakan ada anjing pelacak disitu, kamu akan berurusan dengan hukum." kata Zuga menakut-nakuti Bidari.
Padahal kalau ditangkap polisi hanya memperlihatkan tanda pengenal XPostOne, semua akan beres. Polisi sudah sering bekerja sama dengan XPostOne.
Bidari terdiam, ia merasakan sesuatu bergejolak didadanya dan telinganya berdenging.
"Zuga, aku nendengar sesuatu." ucap Bidari memicingkan matanya.
"Apa maksudmu, jangan bikin takut. Suara apa yang kamu dengar?"
"Mari kita ke beach club aja, aku tidak mengerti kenapa aku tidak ingin ke Rock Bar."
"Karena kamu membawa pistol." jawab Zuga. Mereka tertawa lepas.
"Bidari, jika nanti ada laki-laki yang iseng menggodamu, kamu tolak dengan halus. Biasanya laki-laki iseng banyak berada di bar dan mereka akan tahu mana orang baru. Apalagi gadis cantik sepertimu."
"Kalau begitu gandeng tanganku, kita pura-pura pacaran." usul Bidari.
"Bagaimana kalau kita pacaran?"
"Amit-amit, aku tidak selera denganmu. Lebih baik aku mencari pacar bule." sahut Bidari terus terang, ia tidak tergiur dengan Zuga.
Busyett, tumben ia ditolak oleh seorang gadis. Selama ini puluhan gadis terang-terangan ingin menjadi teman hidup, tapi Zuga tidak tertarik. Ketika bertemu Bidari, ia cepat merasa kasihan dengan gadis itu, dan sering memikirkannya. Ntahlah..
Seperti telah diduga, beach club penuh sesak, banyak bule sedang berjoget. Bidari mengambil segelas vodca dan mencari tempat duduk.
Deru ombak terdengar jelas, Zuga memeluk Bidari saat angin laut sangat kencang menusuk sampai ketulang sumsum.
Bidari menepis tangan Zuga yang memeluknya, ia memilih jalan sendiri mendekati live musik. Tiba-tiba seorang laki-laki merangkul Bidari. Reflek gadis itu mendorongnya, tapi teman laki-laki itu menarik Bidari.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ🍾⃝ͩᴄᷞᴀͧᴄᷠᴀᷧ⒋ⷨ͢⚤🍒⃞⃟🦅
gengsi dong dia hehe 🤭🤭
2024-03-18
6
༄ⁱᵐ᭄✿ΛLєKƬΉΛ࿐🌴 🍉
zuga ngebet bangeett... 😂
2024-02-26
3
ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ
jngn nolak nanti jg suka sama dia ko 😅😅
2024-02-19
0