Malam menaburkan semua bintang dilangit, terlihat indah. Panasnya bumi seperti di neraka. Bidari dan Zuga naik gojek untuk pergi ke beach club, mereka sengaja tidak membawa mobil supaya lebih mudah untuk keluar masuk.
Perjalanan cukup jauh melewati persawahan jalur hijau, kemudian melalui perkampungan bule dan terakhir baru bertemu deretan hotel dan Villa di sepanjang jalan.
Angin malam yang semakin dingin menusuk jaket dan menembus ke tulang sumsum. Suara ombak mulai terdengar setelah motor memasuki kawasan "Segara" dilingkungan pantai.
"Stop disini." ucap Bidari kepada bapak gojek. Setelah membayar Bidari dan Zuga cepat menepi. Suasana gelap gulita, karena lampu penerangan jalan berjarak berjauhan.
"Masih jauh lokasinya?" tanya Bidari ragu.
Ia merasa terlalu jauh turun dari gojek, sedangkan tidak terlihat bangunan apapun disekitarnya. Zuga berdiri sambil membenahi jaket hoodie nya.
"Tidak terlalu jauh, aku sudah pernah kesini." jawab Zuga mengajak Bidari melanjutkan perjalan.
"Belok kiri Bee...."
"Owh. Rupanya dekat banget, berarti kita masuk lewat samping terus kita mutar kedepan untuk membeli ticket?"
"Kita ini penyusup tidak perlu membeli ticket untuk masuk, jalan ini terus di pakai. Aku akan mengawasimu."
"Bagaimana kalau ada Martin?"
"Jika ada Martin dan kamu bertemu tarik ulur saja. Tidak segampang itu dia mendekatimu. Anggap dia pernah menyakitimu dan kita hanya perlu informasi dari dia."
"Bagaimana tahu informasi kalau aku tidak pacaran dengannya."
"Bidari, kamu sekarang adalah seorang Agent XPostOne, lembaga intelijen swasta yang sangat kesohor di tanah air ini. Jadi, tolong asah Intelegensimu supaya kemampuan itu bisa menerap kan pengetahuan yang sudah ada padamu, untuk memecahkan berbagai masalah yang kini kita hadapi."
"Aku mengerti dan berusaha terus belajar, menurutmu apakah aku salah jika menerima ajakan Martin?"
"Tidak, tapi kamu tidak boleh murahan, nanti dia mengira kamu sama dengan cewek lain yang hanya ingin uangnya."
"Aku harus bagaimana, aku belum pernah pacaran."
"Jual mahal, dengerin ceritanya, jangan mau minum pemberiannya, takutnya minumanmu dikasi obat."
"Oke...aku masuk kedalam."
"Good luck."
Bidari beranjak dari persembunyiannya ikut bergabung dengan pengunjung lain. Sampai di dalam ia lalu memesan table dan memesan makanan oriental.
"Sendiri?" seorang bule menyapanya dengan bahasa Inggris. dan duduk di kursi didepannya.
"Aku sendiri." saut Bidari tersenyum.
"Kenalkan namaku David." kata bule itu mengulurkan tangannya.
"Panggil aku Bee..."
Mereka berjabat tangan. Bidari menolak saat David mengajaknya minum.
"Aku tidak bisa minuman beralkohol. Di rumah minum susu atau jus." jelas Bidari saat dipaksa.
"Belajar, aku ngajari. Sedikit dulu." paksa David.
"Sorry..." sahut Bidari.
"Kamu kesini untuk apa, rugi donk kalau hanya minum jus."
"Tidak ada ruginya, malah kalau minum aku tidak bisa menjaga diri dan menikmati keindahan disini."
"Kamu setuju kalau kita "turun" dan menikmati persembahan dari disc Jockey Aland?"
"Aku lagi nunggu teman, silahkan dengan orang lain." Bidari menolak dengan halus.
Saat ini ia butuh Zuga untuk mengusir laki-laki menyebalkan ini. Ia tidak fokus akan tugasnya, karena laki-laki ini banyak tanya.
Lagu Blue dari Ed Sheeran mengalun merdu dibawakan oleh seseorang yang naik ke stage. Bidari baru sadar kalau laki-laki itu adalah Martin.
Dadanya berdebar memandang pria itu, ia nervous. Masalahnya ini tugas pertama dari XPostOne. Laki-laki itu memandangnya dari stage, ia kaget ketika lampu sorot atau Fresnel menyoroti keberadaannya.
"Hallo Bee...naiklah ke panggung, aku menunggumu dari detik kemenit, jangan membuat aku menunggumu lagi. Miss you baby..."
"Ada keinginan untuk menolak, ia tahu Zuga pasti memperhatikannya. Namun ia harus naik mendekatkan diri dan pura-pura baik..."
Bidari berjalan menuju stage dan meloncat ringan ke atas, tepuk tangan terdengar riuh. Mereka tentu kagum melihat sosok Bidari yang begitu cantik, apalagi rambutnya dikuncir kuda.
Martin buru-buru menyambut Bidari dan menyodorkan Mikrofon.
"Menyanyilah Bee..." ucap Martin mesra.
"Trimakasih telah mengundangku kesini, harusnya kamu tidak usah melakukan itu. Aku tidak ingin ada pertemanan di antara kita, karena aku seorang pemilih." sahut Bidari tegas, ia tidak ingin Zuga berpikir aneh.
"Kita akan menjadi teman, bahkan melebihi dari teman, aku ingin menikah denganmu." ucap Martin memberi buket bunga.
"Jangan terlalu berharap, bukan aku menolak tanpa alasan, aku ingin hidup tenang dalam kesederhanaan. Thanks bunganya." Bidari sedikit membungkuk dengan sopan.
"Bisakah kita bicara pace to pace." pinta Martin sangat berharap.
"Jika itu penting aku akan meluangkan waktumu."
"Ini sangat penting."
"Oke...aku akan turun."
Bidari mengikuti Martin ke sebuah ruangan yang biasanya dipakai oleh pengunjung club untuk beristirahat atau memadu kasih. Lima pengawal Martin menjaga ketat tuannya.
"Duduklah Bee..." laki-laki kekar lalu
"Tenanglah nona kami hanya menjaga tuan, jika nona melawan kami terpaksa meringkus nona." seorang pengawal menakuti Bidari.
"Hahaha...sudah berapa gadis yang sudah jatuh kepelukanmu dengan cara kekerasan? Disinilah perbedaan kita. Kamu betul-betul memanfaatkan kekayaanmu, nama besar orang tua. Sedangkan aku sengaja menjauh dan berdiri sendiri, hidup dengan cara bekerja, sekolah memakai bea siswa. Hidupku lempeng tanpa gejolak, karena aku ingin kedamaian."
"Untuk apa kaya kalau tidak di manfaat kan. Aku juga bisnis, bukan diam dan meminta kepada orang tua."
"Aku juga kaya, hartaku titipan Tuhan, yang aku sumbangkan ke kaum duapa itulah harta yang aku miliki."
"Kamu layaknya seperti orang suci, santuy sajalah, biarkan para orang suci yang berkhotbah. Kita sebagai anak muda zaman now, sudah seharusnya bersenang-senang. Hidup ini harus dinikmati, jangan kamu ruwet-ruwet berpikir."
"Apakah kamu sudah selesai, aku mau keluar. Terus terang pola pikir kita beda, sepertinya kita kurang cocok."
"Bee..jangan membuat aku gila, waktu kemarin kamu cepat sekali hilang, aku sampai menyuruh pengawal, polisi dan paranormal untuk mencarimu. Aku gila dan ketakutan jika tidak bisa bertemu kamu lagi. Untunglah doaku terkabul, kamu akhirnya datang."
"Hemm..kamu perlu apa sampai ngebet ketemu. Perasaan aku tidak ada salah, kamu jual aku beli."
"Kamu tidak bersalah, yang membuat aku gila adalah cintaku padamu."
"Mana ada orang baru ketemu, terus jatuh cinta, apakah kamu dari dulu begitu. Menggebu-gebu setelah bosan dibuang..."
"Belum pernah aku mengalami begini, wanita datang silih berganti, one night stand, aku menikmati setelah itu tidak berbekas."
"Siapa tahu salah satu dari mereka mencintaimu dan kamu juga ada hati padanya."
"Diantara mereka pasti ada hati karena aku kaya, tapi aku belum pernah merasakan cinta sedasyat begini."
"Kamu sebenarnys tidak mencintaiku, kamu hanya kagum."
"Kamu sudah punya pacar Bee?"
"Sudah!"
Hening.
Martin mengambil minuman di meja dan menyesapnya. Raut wajahnya tampak kecewa.
"Siapa nama pacarmu, orang mana, tinggal dimana?"
"Itu rahasia ku, apa tujuanmu menanyakan itu semua. Apa kamu ingin membunuhnya?"
"Ach..tidaklah, aku cuma ingin kenalan. Alangkah beruntungnya orang itu bisa pacaran denganmu."
"Tidak beruntung, jika aku sudah menjadi istrinya barulah dia beruntung."
"Sebelum janur kuning melengkung, aku masih punya harapan. Siapa tahu kamu tiba-tiba jatuh cinta padaku."
"Kita cukup berteman saja, lebih enjoy dan tidak ada yang disakiti."
"Kamu sekarang kerja dimana?"
"Tidak kerja, pengangguran."
"Bee..kamu tidak tahu aku, belum pernah ada orang yang sesantai kamu bicara padaku, mereka semua takut."
"Apa yang harus ditakuti. Aku bukan penjilat atau pamrih, kamu bukan raksasa yang kanibalisme."
"Kamu jadi skretarisku, nanti kamu akan tahu semua keluargaku. Kalau aku mencari pacarmu sekejap mata."
"Aku tidak percaya, buktinya kamu tidak menemukanku."
Martin tersenyum, ia mengakui kalau mencari Bee sangat sulit. Gadis itu bak ditelan bumi.
"Apakah aku sudah boleh pulang?" tanya Bidari pura-pura acuh, ia ingin Martin mencegahnya dan mengajak ke rumahnya.
"Sekarang kamu tinggal dimana?"
"Tinggal di hotel, aku mau santai dulu. Setelah bosan menggagur baru aku akan kerja." ucap Bidari asal.
Bidari merasa bosan berhadapan dengan Martin, ia ingin menemui Zuga, tapi Martin seolah tidak memberi celah.
"Martin, apakah aku boleh pulang? Aku ngantuk."
"Umurmu berapa jam segini ngantuk?"
"Aku terbiasa tidur jam segini, hidupku teratur dan disiplin." kilah Bidari.
"Mau ke rumahku?"
"Ngapain kerumah orang laki, aku tidak maulah."
"Kita ngobrol sampai pagi tentang pekerjaanku dan keinginanku?"
"Gak penting, aku ingin pulang." Bidari berdiri.
Tiba-tiba saja ke lima pengawalnya menyerang dan mau menangkapnya, Bidari yang sudah siap dengan mudah berkelit dengan cara menjatuhkan tubuhnya. Kemudian ia melejit dan duduk disamping Martin.
"Kalian mau menangkapku, jangan curang." teriak Bidari tersenyum.
Ia tidak mau memukul atau memusuhi pengawal Martin, karena ia pasti akan tinggal bersama Martin.
"Bee, aku ada ide, gimana kalau kamu menjadi bodyguard ku?"
"Berapa gajinya, apakah aku dapat senjata?" tanya Bidari tertarik. Ia lebih senang menjadi bodyguard daripada sekretaris.
"Gaji pertama seratus juta, dan sebuah mobil. Serta voucer menginap di hotel bintang lima.'
"Aku jadi curiga, jangan-jangan ada udang dibalik batu."
"Tidak ada maksud tertentu, aku sengaja memberimu gaji besar supaya kamu rajin bekerja."
"Aku mau menjadi bodyguard, asal kamu jangan ganggu kehidupanku."
"Beress...aku profisional, urusan kantor aku akan kesampingkan. Apapun yang kamu suruh aku akan ikutin yang penting kamu ikut aku."
Akhirnya Martin membuat penjanjian elektronik untuk sementara, supaya Bidari tidak lepas darinya.
"Aku ingin supaya kamu hari ini ke rumahku, kita ngobrol sampai pagi."
"Oke..aku ke rumahmu. Lihat situasi, kalau aku tidak nyaman bersamamu, aku akan pulang."
"Oke..aku menurut apa maumu." ucap Martin berdiri. Bidari juga berdiri dan mereka keluar dari samping.
Zuga yang dari tadi menunggu Bidari merasa tenang saat melihat Martin dan rombongan pengawalnya keluar lewat pintu samping. Ia membiarkan Bidari berjalan beriringan dengan Martin.
Malam semakin merangkak, Martin mengajak Bidari ke mobilnya.
"Naiklah Bee..." ucap Martin membukakan pintu mobil. Bidari bengong melihat mobil Martin yang canggih.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Calista
itu lbh menyehatkan dari pada alkohol
2024-03-09
3
Calista
ternyata bidari msh awam mslh cwok
2024-03-09
3
ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ
wowww gajinya segituuuu
2024-02-19
0