Zuga membiarkan Bidari tidur di sofa, ia juga membiarkan telepon dari semua orang masuk ke kedua ponsel Martin. Yang lucunya lagi panggilan telepon dan ratusan chat dari Martin masuk terus menerus.
Maklumlah Bidari tidak punya ponsel, ia membawa kedua ponsel Martin. Jadi Martin memakai ponsel Farida, wanita itu pasti menahan marah atas kelakuan calon suaminya. Martin marah karena Bidari tidak kunjung datang.
Pukul. 03.00 dini hari.
Zuga menutup kantuknya dengan merebahkan tubuhnya disamping Bidari. Mereka sekarang tidur berdua di ranjang. Tadi Zuga memindahkan Bidari dari sofa ke ranjang, ini adalah kesempatan dalam kesempitan, tapi Zuga tidak mampu melawan kantuk.
Dinginnya AC membuat mereka tambah erat berpelukan.
Sekitar jam lima pagi terjadi pergerakan slowly yang mengarah kepada pergulatan dan tamparan yang tidak berarti. Rupanya mereka bermimpi berantem dengan Martin dan finishnya Zuga menindih tubuh Bidari serta menggigit bibirnya mereka sadar setelah merasa sakit.
"Zuga!!"
"Bidari!!"
Teriakan itu datang bersamaan, dan mereka baru menyadari kalau tadi mereka bermimpi.
"Turun..." Bidari nenggoyangkan badannya supaya Zuga turun dari perutnya.
"Tanggung...." jawab Zuga genit.
Ia malah mendekap tubuh Bidari dan bibirnya nyosor ke leher Bidari. Gadis itu diam menikmati, hormonnya tidak stabil karena datang bulan, hasratnya meledak dan kakinya menjepit Zuga.
"Sayank, remuk badanku, pelan dong. Kekuatanmu sangat super, aku harus hati-hati denganmu. Seperti kata Bob Meyer kamu sudah berubah nenjadi bionic women."
"Makanya jangan berani memelukku, aku sudah menjadi monster." canda Bidari menyusup ke dada Zuga.
"Kamu tahu, tadi aku mimpi berantem dengan Martin, mungkin karena aku kesel dengannya."
"Aku juga mimpi beranterm dengan Martin gara-gara dia berbuat sesuatu dengan Farida."
"Berarti kamu cemburu, jangan-jangan kamu sudah jatuh cinta padanya."
"Amit-amit, aku tidak mungkin jatuh cinta pada penjahat. Aku tidak sebodoh itu."
"Kadang kita tidak tahu cinta berlabuh kemana, kita tidak kuasa mengelola perasaan cinta itu. Aku sendiri merasa kewalahan memendam cintaku padamu, padahal Bob sudah melarang aku berhubungan denganmu, tapi aku tidak bisa meredam cintaku."
"Zuga, jauhkanlah perasaan sukamu padaku, sejatinya aku tidak ingin di perbudak cinta. Aku lebih enjoy hidup sendiri dengan kesibukanku, tidak ada yang nengusikku dan menghalangi setiap langkahku."
"Kamu tahu sayank, pada saat ini kamu sedang jatuh cinta pada Martin."
"Hahaha....mustahil, kecuali bulan febroari ada 31 hari, baru aku akan jatuh cinta padanya." sahut Bidari memeluk Zuga.
"Lambat laun kamu akan mengerti, betapa sakit hatinya, jika orang yang kita cintai berada dipelukan orang lain. Tunggu hari kiamat itu dan kakimu akan terasa tidak menginjak tanah."
"Aku akan telanjang kaki supaya terasa menginjak tanah, hehe...."
Mereka berdua tertawa, Bidari begitu gembira kalau bersama Zuga dan dia tidak begitu peduli kalau pakaiannya amburadul.
"Aku mau mandi, nanti Martin marah padaku."
Bidari turun dari ranjang dan menuju kamar mandi. Zuga membiarkan gadis itu. Perkembangan Bidari membuat ia khawatir, takutnya Bidari menjadi monster, membunuh lawannya dengan sadis. Harapan Zuga supaya Bidari kembali normal, tanpa dokter James apakah Bidari bisa pulih?
Zuga turun dari tempat tidur, keluar dari kamar dan pindah ke kamarnya. Ia akan mengembalikan Bidari ke rumah sakit, setelah itu pergi ke kantor XPostOnè.
Pukul 07.15 wita
Bidari berada di atas mobil bersama Zuga. Robicon itu melaju dengan kencang, Hari ini jalanan cukup ramai, bertepatan murid berangkat sekolah dan jam kerja.
"Kamu tidak mampir ke rumah sakit?"
"Aku mau ke kantor baru melihat à kantor, sekaligus melatih mereka."
"Kapan-kapan aku kesana kenalan dengan anggota yang bertugas disini."
"Bukankah kamu sudah kenal empat orang dari XPostOne?"
"Kamu tahu dari mana, aku belum cerita?"
"Ini dia, buka di hape ku."
Bidari buru-buru membuka hapenya Zuga, rupanya ke empat orang itu sudah melapor kepada Zuga serta mengirim vidio lengkap dan jelas.
"Mereka merekam kejadian itu melalui kaca mata yang mereka pakai."
"Rekaman ini tidak boleh disebar, aku sudah up rekaman yang menjatuhkan Martin dan Farida."
"Apakah ada adegan syur?" tanya Bidari ingin tahu, ia tidak bisa membayangkan kejadian itu bisa dilakukan oleh orang terkenal.
"Sanggup kamu melihat pacarmu bermesraan dengan wanita lain. Martin pinggangnya tertusuk, tidak mungkin bisa melakukan sesuatu, tapi Farida yang konyol."
"Aku tidak pacaran, malah benci. Mereka jorok."
"Cinta dan benci beda tipis, kamu belum pengalaman tentang cinta, jadi kamu pikir rasa cemburu itu adalah benci, padahal kamu cemburu dan membayangkan kemesraan mereka yang nembuat kamu benci."
"Zuga, aku tidak cemburu dan tidak cinta, jika aku ciuman sama Martin itu sekedar menyenangkannya."
Zuga terdiam, ia tidak ingin hatinya terluka mendengar kelakuan Bidari. Setelah lima belas menit perjalanan akhirnya mereka sampai di rumah sakit.
"Selamat bertugas, semoga harimu menyenangkan. Aku hari ini akan berkantor di Jalan Diponegoro, jika kamu lewat boleh datang."
"Kamu sepertinya marah padaku, apa salahku?" Bidari menatap pemuda tampan itu dari samping.
"Buat apa marah, kamu berhak melakukan sesuatu dan berbahagia. Kita hanya sebatas teman, jangan khawatir." sahut Zuga memilih lagu untuk menghibur hatinya.
Suara Hana Wilianto dengan not worth the pain mengalun dari playlist mobil.
"Turunlah, nanti Martin menjadi gila tidak melihatmu."
"Kamu kenapa Zuga, aku tidak senang mendengar omonganmu yang sinis. Seolah-olah aku melakukan dosa."
"Maaf aku yang salah." ucap Zuga lirih, ia tidak bisa menolak kalau cemburu itu menusuk hatinya.
"Mungkin ini hari terakhir kita ketemu, aku kecewa padamu yang berburuk sangka padaku." ketus Bidari.
Bidari turun dengan wajah cemberut dan membanting pintu mobil. Untung pintu mobil Robicon dari baja, tidak bergeming sedikitpun. Zuga menatap punggung Bidari dengan perasaan bercampur, kemudian ia melanjutkan perjalanannya untuk pergi ke kantor.
Bidari melangkah lebar menuju rumah sakit. Ia tidak melihat ada wartawan yang biasanya nongkrong di lobby dan dekat kantin. Wartawan juga capek menunggu Martin yang tidak kunjung menampakakan diri.
Bidari menarik nafas berusaha tenang, ia tidak ingin pikiran negatif memenuhi otaknya.
"Tookk...tookk..."
Ia mengetuk pintu perlahan, Farida sendiri yang membukakan pintu. Raut Wajah Farida langsung kecut melihat yang datang adalah Bidari.
"Kelayapan kemana baru datang." ucap Farida tidak senang.
Bidari nyelonong saja masuk, tanpa peduli dengan Farida. Untung Martin tidak bisa bangun, kalau tidak Bidari pasti sudah dipukul.
"Kemana kamu jal4ng!!" teriak Martin melempar bantal.
"Tidak mungkin aku disini terus ada pacarmu, dia juga telah mengusirku. Kamu harus bersyukur aku datang, sebenarnya aku malas datang."
"Kemana saja kau."
"Jalan-jalan dan tidur, kamu harus bersyukur aku datang." jawab Bidari cuek. Ia malas dihakimi begini sama orang yang tidak tahu etika.
"Ratusan kali aku telepon kamu, kenapa tidak diangkat. Mana tas ku?" tanya Martin tetap marah.
Bidari kaget ia lupa mengambil tas Martin di jok mobil. Gara-gara marah dengan Zuga.
"Aku lupa tas nya ketinggalan, aku balik dulu." sahut Bidari cepat keluar.
"Bee..biarin balik kamu..." teriak Martiin kesal.
"Farida ikutin dia!!" perintah Martin.
"Terus kamu siapa yang jaga aku tidak mau, ntar juga balik. Paling dia di waiting room, buktinya mobilmu masih ditempatnya."
"Kamu gedor satu persatu kamar itu."
"Aku malu keluar, banyak wartawan di lobby dekat kantin, mereka berisik."
"Ya sudah, kalau gitu kamu nanti malam pulang, atau gadis itu suruh nganterin kerumahmu supaya papa dan mamamu tidak banyak mulut."
"Terus disini siapa?"
"Aku akan memanggil empat pengawal menjagaku, tapi kamu jangan lama mengajak dia pergi. Kalau sudah selesai kamu suruh dia balik."
"Baiklah, kamu jangan selingkuh dengan pelakor itu, kita harus segera menikah."
"Farida, aku sudah membebaskan kamu bersama pacarmu, kamu juga jangan ikut campur dengan urusanku. Kita menikah bisnis, bukan karena cinta, jadi mengertilah."
"Ya atur saja sesuai keinginanmu." jawab Farida mendekati Martin. Ia mengecup bibir Martin, lelaki itu nenolak dada Farida.
"Kenapa, kamu tidak senang aku mencium mu?"
"Sudahlah nanti gadis itu datang, aku tidak mau kehilangannya."
"Kamu seperti mencintainya, ngaku saja. Pokoknya aku ingin cepat menikah." geram Farida.
"Aku bilang tidak, ya tidak. Tenang dulu, kita menikah setelah situasi aman, saat ini aku masih di cacimaki dan dikutuk oleh masyarakat anehnya semua kasus lama keluar, aku yakin ada musuh dalam selimut."
"Mungkin salah satu pengawalmu atau pelayan baru. Bisa juga bodyguard ini."
"Ini masalah lama, dia saja belum jadi bodyguard. Aku yakin temannya Goval atau anak buahnya. Hanya Goval yang tahu semuanya."
"Tapi Goval kamu sudah bunuh, tidak mungkin anak buahnya kelayapan."
"Ada tengkorak manusia sisa makanan buaya berserakan disitu, itu yang di foto dan baru di up. Berarti ada orang menyelinap ke rumah ku."
"Pasti bodyguard itu..."
"Dia tidak ada pulang, tidak mungkin dia, lagian aku belum membelikannya hape."
"Astaga, katanya jaya hape tidak punya. Pembohong berarti orangnya."
"Hapenya hancur waktu berantem di beach club. Lupa terus beliin."
"Tidak usah dibeliin, ngelunjak orangnya, lebih baik uangmu untuk aku."
"Dia tanggung jawabku, berapakali dia sudah menyelamatkan diriku, wajar aku beliin hape, karena pengawalku yang menghancurkan hapenya."
"Oke lah, aku malas berantem denganmu, aku tahu kamu ada hati dengan gadis itu. Puluhan wanita dekat denganmu dari dulu, tapi hanya dengan cwek ini kamu keblenger."
"Dia beda, orangnya berkelas, baik dan tidak tergerus dengan kehidupan liberal." puji Martin.
Ntahlah, Martin terobsesi oleh Bidari, ia bangga saat gadis itu menerima pelukannya dan menyerah saat Martin mengajarinya berciuman.
Pukul 10.00 wita.
Bidari memacu lamborghini itu dengan kecepatan kencang. Ia takut kalau Zuga meninggalkannya di mobil dan sopir membawa mobil, masalahnya di dalam tas banyak uang, chek, surat penting dan dua hape.
Dengan bantuan jam tangannya, sampai juga Bidari di kantor XPostOne yang tidak begitu jauh dari rumah sakit. Setelah melapor ke scurity Bidari diajak ke lantai dua tempat Zuga.
,****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Calista
zuga ada" aja masa mimpi berantem yang jd sasaran bibir bidari
2024-03-10
3
Calista
zuga bisa aja mencari kesempatan dlm kesempitan
2024-03-10
3
Calista
Dasar martin padahal ada farida pacar nya,tp dia malah mlh msh aja nyariin bidari
2024-03-10
3