Belum ada lima belas menit, pintu di ketuk orang. Bidari membuka pintunya lebar-lebar, beberapa grudug kedalam empat orang petugas rumah sakit, sepuluh polisi lengkap dengan AK.47 ditangan dan empat orang agent XPostOne cabang Bali. Bidari tahu karena saling memberi kode.
Farida yang sombong dan Martin yang sok arogan, hanya bisa bengong melihat laki-laki tegap dengan rambut cepak datang grudug, seperti polisi mau menangkap *******, sigap dan cepat. Martin tambah kagum kepada Bidari yang bisa membawa polisi kesini.
Siapakah Bidari sebenarnya, anak terkaya nomer berapa di negara ini? pertanyaan itu berputar-putar di otak Martin dan Farida. Orang tuanya memang kaya dari sepuluh besar orang terkaya di negara ini. Tapi ada sepuluh besar di asia dan di dunia, gadis ini termasuk yang mana? Lamunan Martin buyar saat terdengar suara Bidari.
"Trimakasih kalian sudah datang, aku ingin tuan Martin jauh dari wartawan dan tidak ada yang boleh tahu tempat yang sekarang." ucap Bidari tegas.
"Kami sudah melakukan pengamanan malam ini dan kamar sudah steril."
"Tuan Martin kami petugas rumah sakit minta maaf atas keteledoran karyawan kami. Mohon persiapkan segalanya, kami akan memindahkan tuan ke tempat yang aman. Tolong kerja samanya supaya sama-sama nyaman."
"Saya mewakili tuan Martin juga dan minta maaf atas kesalah fahaman ini. Tolong kerjakan sesuai aturan disini."
"Siaapp..."
"Trimakasih kepada kalian semua." ucap Bidari mencakupkan kedua tangannya.
Mereka lalu memindahkan Martin ke brankar, Bidari membawa tasnya dan tas Martin. Farida diam seribu bahasa, begitu juga Martin. Laki-laki itu selalu mencuri pandang kepada Bidari, tapi gadis itu acuh, Bidari jijik memikirkan kelakuan mereka.
Pemindahan Martin dari kamar ke lantai tiga sungguh sensasional dan mencekam. Bidari sendiri merasa seperti berada di film-film mafia. Para pemburu berita tidak berani dekat, apalagi mengambil gambar Martin. Farida menutup wajahnya dengan slayer, hanya kedua matanya terlihat. Sedangkan Martin tertutup selimut, polisi bersenjata AK.47 dan Intelijen dari XPostOne membentenginya.
Mereka berjalan cepat memakai koridor dan lift khusus untuk pasien spesial. Bidari melangkah sambil melamum, ia kagum kepada Bob Meyer yang bisa mendatangkan pasukan dan menundukan owner rumah sakit ini. Berarti XPostOne sangat berpengaruh dan dihormati.
Sampai di depan kamar 333 lantai tiga Bidari duluan masuk, kamarnya besar dan bersih, peralatan medis lengkap. Seperti layaknya kamar vivp pada umumnya.
Bidari dan ke empat interlijen yang lain memeriksa seluruh kamar dengan Tracker yang berbentuk pulpen. Jika ada benda mencurigakan Tracker akan berbunyi, semuanya aman tidak ada cctv yang terselip atau benda yang mencurigakan.
"Silahkan masuk, keadaan bersih, tidak ada masalah." ucap Bidari membuka pintu lebar-lebar.
Petugas mendorong brankar ke kamar, yang lainnya segera keluar. Mereka berdiri di depan kamar saling menyapa dan berkenalan dengan kode agent masing-masing.
Bidari sendiri di kenal dengan sebutan bionic di kantor XPostOne yang berada di NTB, ia baru tahu ketika ke empat agent XPostOne menyapanya.
Ia lalu mengucapkan terimakasih kepada ke empat petugas rumah sakit dan kesepuluh polisi yang membantu pemindahan Martin.
"Trimakasih atas bantuan kalian, aku mewakili tuan Martin, mohon maaf jika sikap kami ada yang tidak berkenan dihati kalian."
"Sama-sama nona, semoga tidak terjadi masalah lagi. Bagaimanapun juga kami sangat menyayangkan apa yang telah terjadi dan orang-orang yang bersitegang dengan pasien terancam putus kerja.
"Itu di luar wewenang saya, karena owner punya kebijakan sendiri. Tuan Martin bukanlah orang sembarangan, pada tahun 2022 dia menyumbangkan sepuluh ambulans disini. Kalian pasti tahu harga satu ambulans, jadi tolong kerja samanya. Dari pertama beliau tidak mau memperkenalkan diri, mungkin kalau tidak ada masalah ini sayapun akan diam."
"Maafkan kami nona." mereka serempak mencakupkan tangan di dada.
"Tidak apa-apa semoga semuanya baik-baik saja." ucap Bidari sopan.
Setelah ke empat orang itu pergi, Bidari sedikit menjauh dan mengambil laser untuk menembak dua cctv yang terpasang di depan kamar Martin.
"Kenapa dimatiin?"
"Supaya kegiatanku tidak terexpose." jawab Bidari lirih. Semua harus di perhitungkan, dan mana yang harus di expose dan mana yang harus di save.
"Trimakasih teman XPostOne, aku baru tahu kalau ada kantor cabang disini. Siapa pemimpin kalian disini?" tanya Bidari menatap ke empat pria yang tegap-tegap itu.
"Zuga Qoisaki, pindahan dari pusat."
"Astaga, yang benar, terus dia tinggal dimana?"
"Katanya mulai besok pindah ke Bali, kita tidak tahu dimana dia tinggal. Kita ketar ketir menyambutnya. Menurut Bob Meyer, dia adalah anak angkatnya. Sniper 2 kilometer gugur. Dia memakai SPR 2, senapan penembak runduk yang dapat menembak target dengan jarak 2 kilometer dengan akurasi yang sangat baik."
"Oh begitu, kapan-kapan aku mampir, ada gudang senjata disitu?"
"Lengkap, ini pusat XPostOne bagian timur dan melayani semua lapisan masyarakat."
"Lapisan masyarakat, maksudnya apa?" tanya Bidari kurang faham.
"Jika kita disewa untuk memata-matai suami yang suka selingkuh, kita akan layani, hehe.."
"Aku bafu tahu, tapi menurutku....."
kata-kata Bidari menggantung, ia dipanggil oleh Farida.
"Hai, kamu disuruh masuk oleh tuan." Farida setengah berteriak.
"Oke..aku masuk dulu...see you." Bidari berjabatan tangan, ia berjanji akan datang ke kantor XPostOne.
Bidari masuk kedalam dan mengunci pintu. Wajahnya seketika berubah saat melihat Martin. Ia berusaha tenang dengan cara menarik nafas.
"Ada apa memanggilku?"
"Siapa orang yang kamu ajak bicara diluar? Kenalan baru, yang mau boking kamu?"
"Martin!! apakah kamu tidak bisa bicara sopan?"
"Saat ini tidak, aku melihat gesture tubuhmu yang mengundang sy4wat para lelaki." sinis Martin. Ia gelisah dan ingin mencekik semua lelaki yang ingin mendekati gadis didepannya ini. Ia tidak peduli Farida yang cemburu dan mengancam membunuh Bidari.
"Aku bicara kepada petugas rumah sakit, kami berbincang-bincang tentang virus baru yang merebak saat ini dan sudah banyak memakan korban." kilah Bidari.
Semenjak ketemu Martin banyak sekali ia berbohong, hampir tiap hari berbohong, capek bohong terus. Aduhh...pekerjaan apakah ini yang mengharuskan ia membuang jati dirinya dan menjadi orang baru. Keluh Bidari dalam hati.
"Elehh... kamu tidak usah banyak omong, nanti mengundang fitnah."
"Apa maksudmu, aku tidak melakukan sesuatu yang merugikanmu. Sudalah..
aku mau pulang ganti baju, disini sudah ada pacarmu yang menunggu."
"Pesan dari sini baju, nanti ada yang bawain, sebut ukuran badanmu, aku yang telepon boutique. Apa ini sekedar alasan, supaya kamu bisa pergi. Aku rasa kamu sudah janjian sama orang."
"Duhh....aku mau pulang sebentar, banyak yang aku butuhkan. Aku lagi datang bulan." Bidari mengeluarkan senjata pamungkas. Farida tersenyum mengejek, ia muak mendengar tanya jawab kedua orang itu.
"Oh..ya sudah. Tapi cepat datang ya, aku merasa takut."
"Ngapain takut, kalau ada apa-apa pencet intercom, lagian sudah ada pacarmu. Cek di medsos siapa tahu kejadian tadi menyebar, jadi kalian bisa belajar hidup dari pandangan orang."
"Pulang saja jangan banyak bacot." ucap Farida kesel. Ia tidak senang kalau Martin sangat perhatian pada Bidari.
"Martin jangan lagi berbuat mesyum, nanti vidio syur mu menjatuhkan martabatmu." sindir Bidari.
"Aku tidak melakukan apapun, mereka terlalu membesar-besarkannya."
"Semoga saja ucapanmu benar, malu kalau batangmu di obral di medsos."
"Aku tidak masalah, wanita akan banyak tertarik padaku, karena ukurannya big size, hehe..."
"Brengsek, pulang kau pelakor, jangan kembali!!" teriak Farida marah. Ia bertolak pinggang dengan mata melotot.
"Farida, kau diam bikin ribut saja, bacotmu gede. Gara-gara kau semuanya hancur, orang tuaku akan memarahiku." Martin marah.
Bidari tidak merespon kemarahan Farida, ia keluar membawa tas Martin dan tas dirinya. Hatinya lega bisa bebas untuk sementara waktu.
Bidari terpaksa memakai masker dan menutup wajahnya, ia menuju tempat parkir. Orang-orang yang memburu Martin masih ada di luar, para pencari berita sungguh gigih, dari pagi sampai malam, tetap sabar.
Syukurlah orang-orang itu tidak mengenalnya. Bidari bisa melenggang pergi dengan tenang.
"Hallo sayank."
Bidari tersentak kaget melihat Zuga nongol secara tiba-tiba. Ia reflex mau memukul Zuga, tapi ia cepat menarik tangannya kembali.
"Ngagetin aja, seperti hantu."
"Mau kemana yank?"
"Mau pulang, aku ganti baju dan lain-lain."
"Boleh ikut gak?"
"Aku yang ikut denganmu, aku capek hari ini."
"Mari, ini mobilnya."
Ternyata mobil Zuga ada disamping mobil Martin, pantas Zuga melihat Bidari lewat. Bidari naik ke mobil dan menjatuhkan bobot tubuhnya di jok.
"Kamu sudah makan?" tanya Zuga ketika mereka sudah berada di mobil.
"Sudah, aku ingin segera mandi dan ganti baju."
"Oke..." jawab Zuga pendek.
Ia merasa Bidari sangat jutek. Gadis ini mungkin cemburu kepada Farida. Pikir Zuga ikut diam. Ia menahan diri untuk bertanya, gadis itu terlihat memejamkan matanya, itu sebuah kode jangan diganggu.
Suara dari Joel Adams, dengan lagu please don't go mengalun dari playlist mobil robicon menyiratkan perasaan Zuga saat ini.
Bidari membuka matanya, perutnya terasa lapar, ia ingin membeli kebab dan coffee latte.
"Aku mau belanja di sike." ucap Bidari. Zuga ngerem mendadak, untung tidak ada mobil di belakangnya.
"Kamu mau beli apa, aku yang beliin."
"Tidak, aku beli pakai uang Martin, supaya dapat struk sebagai bukti aku lewat sini."
"Owh...yaya."
Bidari membuka matanya, ia ingin membeli kebab dan coffee latte serta pembalut wanita. Zuga terpaksa belanja sendiri karena Bidari ingin dapat struk belanja.
Pukul. 23.45 wita.
Malam semakin merangkak, Zuga dan Bidari kini berada di home stay. Zuga sengaja mengajak Bidari kesini untuk membahas masalah Martin. Mereka berkutat di depan laptop dan mengirim data-data yang berada di kontak ponsel Martin.
Kedua ponsel Martin di hack oleh Zuga, pengalihan akun sementara. Dari sini Zuga bisa tahu segala rahasia perusahan Martin dan orang-orang yang terlibat di dalam.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
R yuyun Saribanon
bingung sy thor sama cerita ini..banyak ina inunya... ga jelas.. terus sebelum martin di pindahkan ke VVIP.. memang dia di rawat di klas berapa?.. aneh lu thor bikin ceritanya
2024-03-25
3
Calista
Wah hp martin di hack,keren itu jadi mereka bisa tau semua tentang martin
2024-03-09
4
Calista
Martin sama farida 11 12 klu ngomong asal cocok tu jd pasangn
2024-03-09
4