Seorang pengawal mengantar Bidari ke ruang bos barunya. Ternyata kantor XPostOne disini sangat luas, kokoh dan penataan ruang-ruangnya terstruktur. Bidari melewati tempat para agent berdiskusi, mereka melihat Bidari kagum tapi saling berbisik.
"Berapa orang jumlah anggota disini?" tanya Bidari kepada pengawal yang mendampinginya.
"Yang menjalankan misi ada sekitar delapan puluh orang, sedangkan yang masih latihan ada lima puluh orang. Kami disini kurang tenaga pengajar perlu bimbingan. Jika nona pindah ke sini aku bersyukur sekali."
"Kalau ada waktu senggang aku akan kesini untuk melihaf-lihat. Kalau Bob Meyer memerintahkan aku pindah, aku akan segera pindah."
"Semoga komandan Zuga mengajukan permohonan tenaga trainer ke pusat, siapa tahu nona diperkenankan pindah kesini." ucap pengawal itu berharap.
Mereka berbincang-bincang masalah intern tentang banyak hal yang perlu di upgrade, supaya bisa menelorkan para agent yang lebih berkwalitas.
"Nona, itu ruangan komandan, masuk saja. Beliau baru saja pindah kesini."
"Jauh juga berjalan dari gedung utama. Trimakasih."
"Sama-sama nona, semoga hari nona menyenangkan."
Bidari menuju ruangan Zuga, ia berdiri di depan pintu sambil menarik nafas. Sungguh Ia jadi malu, tadi bilang tidak mau ketemu lagi, belum sejam sudah mau ketemu. Ini semua gara-gara tas Martin yang tertinggal di mobil Zuga. Martin selalu bikin repot. Ia yakin Zuga akan kaget dan tidak menyangka kalau ia menyusul.
Bidari meraih handle pintu dan ..apa yang ia lihat, Zuga berpelukan dengan seorang wanita. Bidari bengong, tidak tahu harus bagimana. Terasa sembilu menusuk hatinya, matanya panas. ia tidak bisa berkata-kata.
"Sayank...."
Zuga melepaskan dirinya dari pelukan wanita itu dan cepat menghampiri Bidari. Ia terkesan kaget melihat Bidari berada di depannya.
"Yank, tidak seperti yang kamu lihat, aku tidak ada hubungan apa-apa. Aku baru bertemu teman lama, kamu tidak marah khan?!"
Zuga memegang tangan Bidari, tapi gadis itu diam membeku. Laki-laki itu melihat Bidari seksama, ia takut kalau Bidari berubah menjadi monster.
"Sayank..." panggil Zuga pelzn.
Tiba-tiba saja tubuh Zuga terangkat dan terlempar menimpa tubuh wanita itu. Kedua orang itu berteriak kaget dan kesakitan.
Bidari murka, meja kerja Zuga dengan mudah terbalik saat ditendang. Sofa yang diam-diam juga di banting sampai remuk.
"Stoopp...sayank....sayank..."
Zuga buru-buru memeluknya, untung Bidari diam, nafasnya terdengar memburu.
"Dasar wanita setan, baru datang sudah ngamuk, iblis kau!!" wanita itu marah melempar Bidari dengan sepatunya.
Tangan Bidari cepat menangkap sepatu pantofel itu dan melempar ke tembok. Astaga!! sepatu itu menancap di tembok dengan kedalaman 3cm. Terbayang kekuatan tangan Bidari, Zuga merinding, kekuatan bionic yang berada di tubuh Bidari seakan sudah full berfungsi. Harus hati-hati. Pikir Zuga memeluk gadis itu dengan erat.
"Lala tolong keluar, jangan banyak mulut jika kamu ingin selamat." perintah Zuga.
"Aku akan membalas perbuatannya ini. Dasar wanita gila." rutuk wanita yang bernama Lala itu keluar.
"Sayank tenang, kita bicara dulu." ucap Zuga takut-takut, ia berusaha sabar dan menggeser tubuh Bidari yang masih dalam pelukannya. Ia berbicara lembut dengan Bidari, supaya otak normal Bidari bekerja.
Zuga menyesal atas kematian dokter James, banyak masalah yang harus di ketahui pasca Bidari menjadi bionic. Jika Bidari mengamuk seperti saat ini, apakah ada obat untuk meredakannya atau cukup dengan memeluknya dan membelai rambutnya saat air mata Bidari bergulir dari ujung matanya?
"Sayank, apa kamu sudah enakan, tolong berhentilah ngamuk nantì aku kewalahan. Duduk dulu aku ambilin minum?"
Dengan perasaan ketar ketir Zuga mengambil air mineral di kulkas. Bidari menghabiskan air mineral itu sekali teguk. Zuga duduk disamping Bidari, ia kembali merengkuh tubuh sexy itu dengan rasa iba. Rasanya ingin marah kepada Bob yang merubah Bidari menjadi wanita bionic. Setelah lama beristirahat mata Bidari mulai bersinar normal dan ia berkata lirih.
"Maaf, aku mau pulang, mana tasnya Martin?"
Zuga senang ketika Bidari bicara, ia mengambil tissue basah menghapus bekas air mata Bidari.
"Aku akan mengantar kamu pulang."
Bidari tidak menjawab atau mencoba bertanya siapa wanita itu, ia tiba-tiba marah ada orang lain mendekati Zuga.
"Aku pergi!!" bentak Bidari.
Gadis itu menyambar tas Martin dari tangan Zuga dan keluar.
"Sayank, apakah kita bisa bertemu lagi, banyak yang harus kita bahas."
"Katakan apakah kamu cemburu, aku bahagia kalau kamu mulai ada rasa padaku."
"Kamu mencintaiku, itu pasti."
Zuga berbicara sendiri di belakang Bidari. Ia ngoceh terus menerus.
Bidari kesal dan berbalik, ia menyeret kaki kanannya, tangan kirinya secepat kilat mencengkran leher baju Zuga.
"Ketahuilah brengsek, aku tidak pernah mencintaimu!!" ketus Bidari, seraya mendorong tubuh Zuga ketembok.
Kemudian gadis itu berjalan cepat di koridor, ia tidak menghiraukan agent XPostOne yang lain memandangnya penuh ketakutan. Mereka diam tidak berani, walaupun sekedar menyapa.
Gosip bionic sedang mengamuk telah dihembuskan oleh Lala, nama mantan kekasih Zuga. Dia agent XPostOne number 21 atau twenty one. Tadi Zuga dan Lala berpelukan karena kembali bertemu. Zuga sendiri sudah lama move on dan tidak tertarik kepada wanita itu lagi.
Lamborghini itu berjalan dengan kecepatan sedang, mata Bidari merah menahan marah. Ia kesal pada dirinya sendiri yang terlalu cengeng dan tidak bisa mengendalikan diri. Kekuatan itu begitu saja datang, saat ia melihat Zuga dengan seorang wanita.
Lagu ILYSB dari Lany, mengalun indah menemani perjalanannya. Lagu ini menceritakan tentang rasa cinta yang menggebu. I Love You So Bad. Betapa perasaan itu tiba-tiba menyerbunya dan seketika hancur. Ia menolak mengaku mencintai Zuga. Laki-laki itu tidak pantas menjadi pelindungnya, atau sekedar teman sharing.
Sampai di rumah sakit, Bidari bergegas menuju kamar Martin. Body nya yang sedikit maskulin menarik perhatian pengunjung rumah sakit. Apalagi holster pinggang yang berisi revolver 22 menambah gagah penampilannya.
Bidari nyelonong saja masuk tanpa mengetuk pintu, ia tidak peduli ketika melihat Martin dan Farida sedang berciuman. Tas yang dibawa, dilempar ketubuh pasangan itu.
"Aduuhhh...."
"Syetan, tidak punya sopan santun!" teriak Farida kesal.
"Kalian berdua yang binal." sahut Bidari geram.
Bidari mengambil sebotol air mineral dari kulkas tanam dan meminumnya habis. Masa bodoh, gerutunya kesal. Ia tidak bergeming saat Martin berteriak memanggilnya.
"Sayank, kamu jangan terus pergi, aku merasa pusing dan mual sehabis makan tadi siang." keluh Martin ketika Bidari mau keluar. Ia menghentikan langkahnya dan berbalik.
"Apa yang kamu makan?"
Bidari tersentak, cepat menghampiri Martin dan memegang wajahnya pria itu. Ia memeriksa badan Martin yang terasa panas.
"Farida, apa gunanya kau disini. Badan pacarmu panas kau tidak peduli. Kau harusnya panggil dokter. Kerjamu nempel saja, dasar genit."
"Kau sebagai bodyguard hilang melulu, itu tanggung jawabmu. Aku sudah berbaik hati menjaganya."
"Gara-gara kau terus nongkrong disini aku jadi tidak konsentrasi menjaga Martin. Lebih baik kau pulang, jangan sampai aku marah dan mencekikmu."
Bidari mengambil alat tes racun dari tasnya. Ia memeriksa makanan yang masih utuh, hanya minuman yang berkurang dan mengandung racun. Untung Martin meminumnya sedikit. Bathin Bidari lega.
"Tunggu Martin kamu diracun." ucap Bidari membuat Farida kaget
Bidari memencet intercom dan berbicara kepada dokter masalah Martin.
"Cepatlah yank, wajahku terasa panas." kata Martin seperti kehausan. Wajah pfia itu memerah seperti ķepiting rebus. Bidari mengambil tissue basah untuk mrmbersihkan wajah Martin.
"Sabar, dokter sudah mau datang."
Bidari memisahkan sedikit minuman yang beracun itu dan sisanya cepat dibungkus dengan pelastik khusus. Ia mengambil ponsel Martin untuk membuat dokumentasi.
"Farida tolong, kau jelaskan pada dokter." perintah Bidari.
Dua orang dokter dan tiga perawat masuk dan langsung memeriksa Martin. Farida menemani mereka sambil tanya jawab. Kemudian ada dua orang pria masuk, mungkin manager atau apalah.
Bidari sengaja berdiri agak jauh, ia mengambil GSM nya untuk mengirim pesan kepada Zuga. Ia mengamati gerak gerik mereka. Saat semua sibuk, Bidari mengambil gambar secara diam-diam.
Dokter bekerja dengan cepat, mereka mencuci lambung Martin. Pada saat para dokter sibuk menangani Martin, seorang perawat mengambil minuman yang sama dari kantong jasnya dan menukarnya dengan yang beracun.
Bidari merekan ulah perawat itu dan mengirim ke Zuga.
"Kamu jangan mengambil tindakan, aku mau mengirim dua orang kesana untuk membuntuti perawat itu." tulis Zuga lewat private chat.
"Cepatlah kesini." balas Bidari.
Ia mendekati perawat itu pura-pura melihat Martin. Bidari mengambil alat pelacak wirelles yang berbentuk peniti dan menempelkannya di jas perawat itu. Kemudian ia menjauh kembali.
Sekitar satu setengah jam dokter baru selesai menangani Martin. Tadi Bidari tidak tega saat melihat Martin dipaksa dimasukan selang dari hidung ke lambung. Untunglah sekarang Martin sudah mendingan.
Dokter berbincang-bincang kepada Farida, intinya mereka tidak mengaku adanya racun di minuman itu. Dan manager rumah sakit menyanggupi membawa minuman itu ke laboratorium forensik.
Farida yang mengaku bertanggung jawab kepada keberadaan Martin di rumah sakit, tidak mengerti masalah hukum dan mengangguk setuju saja. Bidari merekam semua perbincangan itu dan mengirim hasilnya ke Zuga.
"Apakah sekarang kita ke polisi atau menunggu orang tua pak Martin?" tantang manager yang belakangan diketahui namanya Agus Dharmanto menatap Farida.
"Boleh pak, terserah pak Agus, jika tidak ada racun tidak mungkin para dokter mencuci lambung pasien." ucap Farida sedikit kesal. Pak Agus seolah mau cuci tangan tidak mau mengaku salah.
"Sekarangpun boleh, kalau tidak ada bukti otentik jangan sembarang mempublikasikan masalah ini. Kami merasa was-was semenjak pak Martin opname disini."
"Kami tidak ada membuat ulah selama Martin opname disini. Kejadian tempo hari adalah kesalahan anak buah bapak. Kami disini membayar mahal, jadi tolong mengertilah pak Agus."
"Kita sama-sama menjaga nama baik rumah sakit ini, jika ada sesuatu atau masalah, saya mohon pertama kali nona hibungi adalah saya, supaya tidak terjadi kesalah pahaman."
"Baik pak Agus, trimakasih." sahut Farida berusaha legowo.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Calista
serem juga klu bidari lg marah ya
2024-03-10
3
Calista
siapa ya wanita yg berpelukan sama zuga
2024-03-10
3
ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ
Martin udh ada yg meracuni siapa ya kira²
2024-02-19
0