Tatapan mata Farida tajam menembus ke relung hati Bidari. Ia merasa wanita ini tidak senang atas keberadaannya disini. Bidari berusaha tetap sopan, ia akan membutuhkan wanita ini di suatu hari untuk mengembangkan informasi.
"Hallo tuan Martin ada tamu spesial yang datang, bolehkah saya di luar bersantai?" sindir Bidari, raut wajah Martin berubah kecut. Ia mendelik tapi tidak berdaya.
"Bee...diam disini!!" bentaknya kasar.
"Ngapain kau kesini?" tanya Martin menatap Farida.
"Mulai sekarang aku mau menjagamu, tidak ada alasan tidak mau."
"Aku sudah punya bodyguard, lagipula musuh kapan saja bisa masuk kesini, aku perlu orang yang jago, sedangkan kamu tidak bisa menjagaku. Kamu pulang saja, disini berbahaya."
"Elehh...bodyguard apa pemuas nafsu, aku tahu siapa kamu. Kalau belum takdir kita tidak bakalan mati. Bagiku tidak ada gunanya bodyguard dipajang disini, kecuali kamu doyan daun muda."
"Maaf nona, jangan menilai orang sama dengan diri nona, saya disini bukan untuk memuaskan tuan, saya murni melindunginya."
"Melindungi apa, buktinya pacarku kena musibah. Jangan sok jagoan, kau tidak ubahnya seperti upil, sangat mengganggu dan tinggal dilepeh."
"Tingkah laku dan perkataan nona, tidak berkelas. Sayang sekali, saya tidak biasa menghadapi orang kelas bawah. Bagi saya bukan kekayaan menunjukan nona patut dihormati, tapi attitude nona. Orang tidak bisa silau melihat kekayaan nona, tapi kebajikan bisa menyilaukan mata orang."
"Hahaha....dasar kampungan, kau kira aku peduli ocehanmu. Kau belum tahu siapa aku, lagi sekali kau menghinaku aku bisa kerahkan satu pleton prajurit untuk membakar rumahmu."
"Farida..sudah..sudah..." teriak Martin kesal.
"Suruh satu pleton membakar rumah saya di Miami atau rumah saya di Los Angeles, saya ingin tahu kekuatan nona. Maaf disini saya hanya turis."
Bidari terpaksa berbohong, untuk melindungi keluarganya. Ia mengerti orang-orang seperti wanita ini pasti punya kekuatan dan dekat dengan rezim kiri.
Farida dan Martin bengong, mereka percaya karena wajah, penampilan luar Bidari Bule banget. Aksen bicaranya juga sedikit kaku.
"Bee..sudahlah, kamu keluar istirahat. Makan dikantin, ini bawa tas nya."
"Trimakasih TUAN Martin." ledek Bidari mengambil tasnya dan tas Martin.
"Kenapa tas pacarku kau bawa?"
"Karena isinya uang, takut kau curi." ucap Bidari kesel.
"Brengsek, aku timbun kau pakai duit."
"Buktiin nona, jangan bacot saja. Orang kaya biasa pelit." ucap Bidari keluar ruangan.
Bidari menyesal, seharusnya ia tadi mengalah dan memanfaatkan wanita itu, siapa tahu berguna. Zuga pasti akan marah saat ini, karena semua perbincangan yang terjadi di ruangan Martin tersadap ke GSM Zuga.
Disana Zuga save rekaman itu, kemudian di edit, mana yang bernilai dan mana yang harus di spill. Makanya Bidari berusaha tidak terpengaruh oleh Martin. Tadi dia terlanjur terpedaya oleh Martin, sehingga membiarkan tangan Martin meremas. Zuga pasti marah, nasi sudah menjadi bubur.
Ia berjalan melanjutkan langkahnya ke kantin. Untunglah kantin tidak begitu ramai, saat ia datang ada dua orang menghampirinya.
"Sore mbak."
Bidari menoleh, dua orang laki-laki tanpa izin mengambil gambarnya. Ia tahu itu dari sosial media, Bidari tidak peduli saat kedua orang itu mengorek ke beradaan Martin.
"Bagaimana keadaan tuan Martin? Apakah saya bisa mewawancarainya?"
"Maaf pak, posisi saya hanya sebagai bodyguard, jadi saya tidak berwenang memberi penjelasan kepada kalian atau memberi izin untuk interview beliau. Sebaiknya urungkan niat kalian. Beliau dalam perawatan dan dalam kondisi sakit, tolong mengerti."
"Tolonglah mbak, pelit banget."
Bidari tidak menjawab, ia mengambil Satu box salad, roti gandum dan air mineral. Ia juga mengambil satu botol kopi kocok dan membayarnya dikasir. Kedua orang itu masih menunggunya, dan ia membiarkannya.
"Mbak tolonglah, kami butuh berita."
"Saya tidak punya berita, tolong jangan ganggu." sahut Bidari menuju waiting room. Ia tidak berani asal bunyi, resiko besar, masalahnya Martin bukan mafia kaleng-kaleng.
Sampai di ruang tunggu, ia menaruh semua makanan di atas meja. Bidari lalu mengunci pintu dan mengambil GSM serta membukanya. Puluhan privat chat dari Zuga sudah memenuhi layar GSM nya.
Tidak satupun chat dari Bob Meyer sebagai pimpinan atau owner XPistOne menghampirinya. Tentu ia kecewa, hanya Zuga yang peduli betapa sulitnya dekat dengan Martin.
"Kamu seorang agent bukan pacar Martin, kenapa bersitegang dengan Farida. Wanita itu adalah putrinya Joni, koleganya pak Irwan. Mereka punya kuasa dan bisa melenyapkan siapapun yang menghadangnya."
"Sayank, aku ingatkan sekali lagi, kamu itu musuhnya Martin, bukan calon istrinya. Apakah sudah sering kamu di lum4t oleh Martin?"
"Aku tidak mengerti pemikiranmu, dengan mudahnya kamu memberi izin Martin merogoh ke dalam bajumu. Kamu cepat terpancing yank."
Bidari tidak marah membaca chat Zuga, ia malah tersenyum. Ia tahu Zuga cemburu berat, harusnya Zuga mengerti posisinya saat ini. Martin adalah lelaki ganteng, sangat cinta dan menyayanginya. Setiap hari mereka selalu berdua, kadang Bidari lupa tujuan utamanya.
"Zuga, maafkan aku, bicara memang mudah. Gimana perasaanmu juga setiap hari ada orang cantik yang sangat sayank padamu, spakah kamu bisa menolak bibir sexynya demi sebuah rahasia. Aku sudah sekuat tenaga menghindari kontak tubuh, kau tzhu sendirikan pesona Martin yang menggelora." tulis Bidari tersenyum. Zuga adalah laki-laki dewasa yang bijak, ia tentu mengerti.
Dalam dunia spionase sering terjadi percintaan antara agent dan bandit. Bidari yakin ia tidak mungkin jatuh cinta kepada penjahat. Kalau disuruh memilih tentu ia akan memilih Zuga, yang badannya sehat jasmani rohani, orangnya tampan, genius, bijaksana. Walaupun Zuga tidak kaya, tapi dia bisa memberi kedamaian.
"Aku sekedar mengingatkanmu yank, karena aku disini sesak nafas jika mendengar desahanmu. Jika kamu ada waktu tolong datang kesini aku kangen padamu."
"Zuga, aku tidak bisa meninggalkan Martin, aku juga tidak mau datang ke rumah. Kau tahu aku sekarang ada di waiting room rumah sakit, di luar puluhan orang menungguku, mereka para pencari berita." balas Bidari sambil mengintip dari gorden.
"Aku datang kesana kalau sudah malam, mumpung Martin sekarang bersama pacarnya. Kamu tidak boleh meninggalkan Martin begitu saja, takut ada pembunuh. Sesekali tengok dan tanyakan apa ada yang besuk."
"Gimana aku kesana ada pacarnya, nanti aku dikira cemburu."
"Kamu pengawalnya, kalau terjadi sesuatu malah kamu yang disalahkan. Tidak masalah kalau kamu datang sebentar, pas mau makan malam. Nanti kamu periksa makanannya dan tes memakai toothpick yang ada di selipan tas ranselmu. Jika bewarna berarti makanannya beracun."
"Oke boss aku mau kesana." balas Bidari.
Ia menaruh GSM nya dan tidak begitu tertarik chatan dengan Zuga. Ntahlah.. Semenjak dapat omelan panjang dari Bob Meyer ia malas chatan, ia hanya bisa menganggap Zuga bossnya tidak lebih. Dulu pernah sangat tertarik, tapi sekarang ia tidak tahu, apakah masih ada sayang?
Pukul 17.30 wita.
Setelah dapat tidur dan mandi, Bidari keluar lewat pintu belakang. Ia kapok lewat depan karena banyak sekali pemburu berita. Bidari terpaksa mutar untuk sampai di kamar 123. Dari jauh ia melihat gerombolan orang di depan kamar 123.
Bidari setenyah berlari dan mendengar ada teriakan.
"MINGGIR!!" pekik Bidari menyeruak masuk. Ia mendorong orang-orang dengan kekuatan supernya.
"Apa yang kalian lihat!!" teriak Bidari menarik beberapa orang untuk keluar dari kamar.
Bidari langsung mengunci pintu kamar dan menghampiri mereka. Didalam ia melihat dua orang suster dan seorang laki-laki sedang bersitegang dengan Farida. Ia melihat raut wajah Martin merah padam. Laki-laki itu menutup tubuhnya dengan selimut sampai leher. Di lantai makanan berserakan.
"Maaf, ada apa ini?" tanya Bidari memandang mereka.
"Nona bodyguard bapak ini, tolong jaga pasien yang benar. Anak buah saya dicaci maki ketika membawa makanan kesini. Semua makanan di lempar."
"Jelas aku lempar, harusnya aku bunuh kalian, dia nyelonong masuk saat aku lagi memuaskan Martin. Tidak sopan sekali, harusnya mengetuk pintu."
Serasa ada biji kedondong tinggal di tenggorokan, Bidari mengerjitkan alisnya. Ia tidak menyangka, kalau Farida senekat itu. Pikirannya berselancar ke film biru.
"Begini pak, saya memang pengawal tuan, tapi saya istirahat karena ada pacar beliau. Dalam hal ini keduanya salah, nona ini tidak mengunci pintu karena kebelet, anak buah bapak tidak mengetuk pintu karena kebiasaan. Jadi kita damai saja pak. Tidak enak ribut, takut nama rumah sakit terseret. Saya mewakili tuan saya minta maaf, atas kekhilafan kami."
"Tidak bisa begitu, tadi banyak yang vidioin masalah ini." sinis Farida.
"Nona, ini rumah sakit. Harusnya tidak melakukan sesuatu yang membuat nona malu. You both should restrain your lust. You have no ethics." kata Bidari memakai bahasa inggris supaya ketiga orang itu tidsk mengerti."
"Masalah ini selesaikan disini, saya tidak mau nendengar kalau ada wartawan yang menginterview kalian. Kami tidak mengancam kalian, tuan kami bisa membuat kalian berhenti beketja disini." Bidari menyebutkan siapa Martin sebenarnya.
"Maafkan kami...."
Mereka mencakupkan kedua tangan didada, minta maaf. Farida tidak mau melayani, malah dia mendengkus kesal.
"Tolong sambungkan ke manager rumah sakit, kami mau pindah klas VVIP dan saya ingin bicara sekarang." ucap Bidari membuat Farida dan Martin saling pandang. Martin ingat gadis ini mengatakan lebih kaya dari dirinya. Ia jadi malu atas kelakuan Farida yang s3nonoh.
Dengan gemetar laki-laki itu mengeluarkan ponselnya.
"Tolong nona, pekerjaan saya ada ditangan nona, jangan laporkan saya."
"Tenang saja pak, saya tidak sejahat itu. Kami hanya minta pindah."
"Nona biasanya pak manager kalau malam tidak ada ditempat, dan saya tidak berani menelponnya.
"Tidak apa-apa pak, saya SMS saja, siapa tahu beliau sibuk."
"Nona, itu tidak sopan."
Bidari menyeringai dan mengambil ponsel bapak itu, kemudian ia SMS Bob Meyer dengan memakai tulisan jepang dan mengatakan Martin harus pindah karena ancaman pembunuhan. Tidak berapa lama SMS dijawab dari XPostOne, Martin akan segera pindah. Bidari menghapus semua chat story. Dan mengembalikan ponsel orang itu.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Calista
lemes bngt itu mulut nya si farida
2024-03-09
4
ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ
jaga ucapan mu farida
2024-02-19
0
🔮S⃟M•🔥𝓐𝓜𝓜𝓞𝓨 SYG💞💖💫
Farida nongol Mulu dah🙄🙄🙄🙄
2024-01-30
4