Part 14

Brak

Pintu dibanting dengan keras. "Di mana sebenarnya dia?" tanya seorang wanita yang kebingunan mencari suaminya.

Siapa lagi kalau bukan Clara yang saat ini tengah berada di kediaman Mayer mencari keberadaan Steven. Ia sudah pergi ke ruangan terakhir ia menemukannya bersama kakeknya. Namun Steven tidak ada di sana. Hingga akhirnya ia sekarang berada di kamarnya lagi setelah berulang kali ke sana.

"Steven! Kau di mana?!" teriaknya kesal karena tidak mendapatkan jawaban sama sekali. Wajahnya tampak gusar karena tidak menemukan sosok yang ia cari. Bahkan ia mulai panik memikirkan kemungkinan buruk terjadi. Raut wajahnya berubah-ubah. Perasaannya campur aduk. Kini ia menyesali perbuatannya karena meninggalkan Steven yang pasti syok dengan tuduhannya. Ini memang salahnya. Kata-kata itu terulang-ulang di kepalanya. Ia sekarang benar-benar seperti orang gila, sesuai dengan ucapan Dini.

"Kalau kau marah padaku karena aku menuduhmu, aku minta maaf. Tapi jangan sembunyi seperti ini, Steven!" ucapnya meraup wajahnya frustasi meraup wajahnya dengan tangan. "Kakek benar, seharusnya aku tidak bertindak inplusif dengan langsung menuduhmu. Kau pasti tidak mau bertemu denganku sekarang," gumamnya berbicara seolah Steven mendengarkan ucapannya. Ia benar-benar panik saat Pak Supri memberitahunya kalau Steven menghilang.

"Tapi aku tidak akan menyerah. Aku akan menemukanmu dan meminta maaf padamu, Steven. Semoga kau tidak pergi jauh. Karena Kakek ingin bertemu denganmu," ucap Clara lagi. Ia kembali berjalan keluar kamar. Melihat para pelayan yang berjejer karena kemarahannya. Bagaimana mungkin, para pelayan itu tidak tau keberadaan Steven? Justri ia menemukan banyak pelayan yang justru membicarakan Steven diam-diam sebagai tersangka utama kakeknya pingsan. Ia menatap tajam para pelayan satu persatu.

"Kalian semua saya hukum! Bawa barang kalian semua keluar! Karena mulai hari ini, kalian saya pecat!" ucap Clara mengutarakan keputusannya. Membuat semua pelayan yang berjumlah sepuluh orang terkejut.

"Kenapa kalian diam?! Bahkan majikan kalian hilang saja, kalian tidak tau di mana! Bukannya mencari, kalian justru menghinanya!" tekan Clara membuat semua pelayan terduduk di lantai dan memohon ampun.

"Mau bagaimana pun Steven, kalian harus tetap menghormatinya. Dia suamiku! Derajatnya lebih tinggi dari kalian yang bermulut hina!" maki Clara semakin emosi. Ia sudah memikirkan keputusannya ini. Lebih baik ia menganti seluruh pelayan, dari pada harus memliki pelayan yang tidak kompeten.

"Pergi kalian semua! Ini sudah keputusan bulat." Clara melangkah meninggalkan para pelayan yang mulai menangis sedih karena kehilangan pekerjaan.

"Anda tidak bisa berbuat seperti itu, Nona!" pikik pelayan yang ternyata adalah Laksmi menghentikan Clara.

Clara berbalik menatap Laksmi tajam. Pelayan kesayangan ibunya itu sungguh berani padanya. "Ini keputusanku. Dan keputusanku sudah disetujui kakekku sebagai tetua di kediaman Mayer. Ibuku tidak memiliki hak untuk menolak keputusanku," tegasnya melanjutkan jalannya keluar dari kediamannya.

Clara menaiki mobilnya. Berharap bisa menemukan Steven di jalan. Ia sangat kesal sekarang. Bagaimana mungkin tidak ada yang melihat kepergian Steven? Ia tidak habis pikir dengan hal itu. Entah apa yang harus ia katakan pada kakeknya sekarang. Sudah pasti, ia akan mendapatkan amarah lagi.

.

.

.

"Kakek..." lirih Steven saat melihat Dini berjalan ke arahnya dengan mendorong kursi roda yang diduduki Kakek Leon.

"Bagaimana keadaanmu, Nak?" tanya Kakek Leon tersenyum lemah.

"Kenapa Kakek di sini? Seharusnya Kakek istirahat," ucap Steven berusaha bangun dari tidutnya.

"Tetaplah tertidur, Nak. Biar keadaanmu pulih. Dan kau tidak perlu mengkhawatirkan Kakek. Karena Kakek sudah lebih baik dari sebelumnya," balas Kakek Leon. Ia menatap Dini yang sudah berhenti mendorongnya. "Tinggalkan kami sebentar, Dini."

"Baik, Kek. Dini tunggu di luar. Tapi hanya 10 menit. Kakek tidak bisa berlama-lama di ruangan Steven. Orang-orang akan curiga. Lagi pula ini sudah tengah malam, Kakek harus istirahat."

"Iya cucuku yang bawel," ejek Kakek Leon membuat Dini mengerucutkan bibirnya.

Setelah kepergian Dini, Steven bisa melihat raut wajah tua yang masih pucat itu kini menampilkan ekspresi serius. Steven merasa ada hal serius yang akan di sampaikan Kakek Leon. "Kenapa Kakek berkunjung ke ruanganku tengah malam? Betul yang dikatakan Dini. Bagaimana jika ada yang melihat?"

"Kakek hanya merasa ini waktu yang pas. Karena Ben kembali ke perusahaan untuk mengurus pekerjaannya. Dan aku menyuruh Ros untuk menyusul Clara yang sepertinya merasa bersalah setelah Kakek memarahinya," ucap Kakek Leon memberi alasan. Kemudian Kakek Leon tampak diam seperti berat untuk mengatakan sesuatu.

"Hal serius apa yang ingin Kakek sampaikan padaku?" tanya Steven menaikkan alisnya.

Kakek Leon tersenyum sebelum mengatakan, "Berhati-hatilah di kediaman Mayer, Steven. Meskipun itu kediaman milik Kakek, tapi orang-orang di dalamnya bisa saja menusuk diam-diam."

Steven berusaha mencerna ucapakan akek mertuanya ini. "Baik, Kek." Ia berpikir akan mencari tau nanti.

"Keracunan yang kau alami itu sudah direncanakan. Seseorang sepertinya ingin menjadikanmu kambing hitam. Sekaligus membunuhmu..." tambah Kakek Steven pelan.

Kini Steven mengerti maksud Kakek Leon. Ia pun teringat dengan obat yang diminum Kakek Leon. Entah kenapa, ia merasa sangat marah mendengar ada yang ingin membunuhnya sekaligus menjadikannya kambing hitam atas pingsannya Kakek Leon. Matanya menajam, rasa panas menjalar dalam aliran darahnya. "Seseorang berniat melawanku, hanya karena aku kehilangan ingatan. Heh, mereka berniat menembak dua elang dengan satu anak panah." Ia bahkan tak sadar jika tersenyum menyeramkan.

"Nak..." panggil Kakek Leon karena merasa aura Steven sedikit berbeda. "Apa mungkin Steven mengingat sesuatu?" pikirnya.

Steven tersadar saat mendengar panggilan Kakek Leon. Ia kemudian menormalkan kembali ekspresinya yang tadi terbawa suasanya amarah. "Kakek juga harus hati-hati. Seseorang sepertinya mengganti obat yang seharusnya tidak Kakek minum," ucap Steven mengingat obatan yang diminum Kakek Leon.

"Maksudmu apa, Steven?" tanya Kakek Leon tidak mengerti. Karena dokter hanya mengatakan ia overdosis obatnya.

"Obat pereda nyeri, obat antiplatelet, Beta-blocker, dan Nitrogliserin. Seharusnya Kakek tidak mengkonsumsi obat selain itu. Tapi saat itu, Kakek mengkonsumsi lebih dari obat itu. Artinya—"

"Ada yang menambah obat lain." Ucap mereka bersamaan dengan Dini yang masuk ke ruangan.

Meraka bertiga saling menatap satu sama lain. Sampai akhirnya Kakek Leon merasa kepalanya terasa berat memikirkan kejadian ini. "Kau sangat jenius, Nak. Kakek tidak tau kalau kau bisa memiliki pemikiran itu," tutur Kakek Leon. Ia kini menatap Dini yang sudah berdiri di sampingnya "Ayo, Dini. Antar Kakek ke ruangan Kakek," lanjutnya.

"Istirahatlah, Nak." Dini pun segera mendorong kursi roda setelah Kakek Leon mengatakan itu.

Sementara Steven hanya memandang kepergian Kakek Leon dengan sedikit sendu. "Seharusnya orang itu tidak menargetkan pria tua itu sebagai pancingan untukku," ucapnya sambil mengeratkan kepalan tangannya. Wajah yang tadinya sendu, kini menampilkan kebencian dan dendam.

.

.

.

Terpopuler

Comments

🧚‍♂️xᴜᴀɴ👒

🧚‍♂️xᴜᴀɴ👒

lah beneran di sini Aku curiga banget kalau misalnya Steven itu sebenarnya udah inget kejadian apa yang penting banyak kayaknya soalnya kan dia itu habis dioperasi otak otomatis kayaknya sih

2023-10-06

0

🧚‍♂️xᴜᴀɴ👒

🧚‍♂️xᴜᴀɴ👒

Wah akhirnya bertemu juga kakeknya sama si Steven Kasihannya Si Clara dia malah capek-capek nyari padahal ada aja di samping rumahnya eh di samping rumah di samping ruangan kakeknya

2023-10-06

0

⋆⍣⃝కꫝena💯♡⃝ 𝕬𝖋🦄

⋆⍣⃝కꫝena💯♡⃝ 𝕬𝖋🦄

Wah ini tanda-tanda jangan-jangan sih telepon sudah tahu kalau misalnya dia itu ternyata dokter jenius makanya dia sudah mengira siapa kira-kira yang melakukan hal itu kalau jahat

2023-10-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!