Menantu Sampah Ternyata Dokter Genius
Boom
Boom
Boom
Suara bom saling bersautan menghancurkan kapal yang sedang berlayar di laut lepas. Teriakan memilukan memekakkan telinga. Puing puing kapal berserakan di lautan. Sebagian sisi kapal sudah terbakar api. Gerumuh petir bahkan ikut bersambaran memenuhi langit malam yang gelap. Air laut pun seperti ikut beraksi dengan menunjukkan ombakknya. Hingga menenggelamkan siapapun yang masih bernyawa. Perlahan langit pun mulai menurunkan butir air. Menjadi saksi hancurnya orang-orang yang berada di dalam kapal.
"Tidak!!!" teriak Steven dengan keringat membasahi wajahnya. Suaranya tercekak, nafasnya bahkan tidak beraturan. Ia mengusap wajahnya seraya dengan cepat menambil air untuk ia minum di atas nakas.
"Huh.... Mimpi itu lagi," gumamnya setelah merasa cukup tenang. Ia melihat ke sisi kiri ranjang yang ia tiduri. Kosong. Itu yang ia pikirkan. Ia segera beranjak dari kasur menuju balkon.
"Kau mimpi buruk lagi?" ucap suara lembut itu seraya membuka matanya melirik Steven.
"Ya, Clara. Seperti yang kau lihat dan dengar," jawab Steven pada wanita yang ia panggil Clara. Ia tau kalau wanita itu sedari tadi memperhatikannya. Tapi seperti biasa, wanita itu terlihat tidak peduli sama sekali.
"Aku sudah mulai terbiasa dengan teriakanmu itu. Ck, sungguh mengganggu tidurku." Clara bangkit dari duduknya, lalu berjalan masuk ke kamar melewati Steven. "Aku sudah menyiapkan pakaianmu. Pergilah mandi. Aku akan menunggumu di bawah," tambah Clara seraya menunjuk satu set pakaian yang berada di sofa samping ranjang. Setelah itu, ia pergi meninggalkan Steven tanpa mau mendengarkannya.
Mata Steven sedari tadi tidak lepas dari Clara. Sampai Clara menutup pintu, ia akhirnya mengalihkan pandangannya pada pakaian yang sudah tersedia. "Istri yang susah ditebak," gumamnya seraya menggelengkan kepala. Tanpa menunggu lama, ia lekas memasuki kamar mandi. Hingga beberapa menit di dalam sana, ia pun keluar dengan handuk yang melilit tubuh sexynya.
Steven baru akan mengambil bajunya, namun tanpa aba-aba pintu langsung terbuka menampilkan wajah cantik yang seketika mematung dengan mulut menganga.
"Sampai kapan kau akan di pintu menganga seperti itu, Clara? Hati-hati dengan lalat yang akan masuk ke mulutmu," tegur Steven yang sempat melihat ke arah Clara yang masuk ke kamar.
Clara yang ditegur begitu tersadar. Ia segera menutup mulutnya. Lalu menutup pintu dan berjalan ke arah Steven yang sedang mengambil pakaiannya. "Oh, aku hanya sedikit terkejut. Ternyata kau lama juga mandi di dalam kamar mandi. Apa yang kau lakukan? Bermain dengan sabun?" ucapnya dengan tersenyum nakal. Ia memperhatikan tubuh atletis yang penuh dengan luka itu. Meski banyak luka, namun kesan sexy tidak bisa lepas dari pria itu.
"Berhenti menatapku seperti itu, Clara. Aku bahkan memiliki istri, jadi buat apa aku bermain dengan sabun? Bukan kah itu sama saja aku merendahkan istriku?" balas Steven tersenyum sinis.
Hal itu membuat Clara kesal. Ia sangat tau kalau pria yang berstatus suaminya saat ini sedang menyindirnya. Niat hati ingin menjaili suaminya, malah dia yang diserang balik. "Huh," dengus Clara kesar sambil mendudukkan tubuhnya ke kasur. Ia melipat kedua tangannya di depan dada seraya menatap Steven dengan kesal.
Steven mulai memakai pakaiannya, tanpa mempedulikan istri yang terpaksa ia nikahi itu. Wanita yang saat ini sudah pasti menampakkan wajah cemberut karena tersindir balik dengan ucapannya.
"Apakah ayah yang meminta aku ikut lagi denganmu?" tanya Steven seraya merapikan pakaiannya.
Sementara Clara yang sedari tadi memperhatikan Steven memakain pakaian segera sadar. "Begitulah," jawabnya singkat seraya berdiri ke arah Steven. "Biar aku bantu kancingkan kemejamu, Stev. Biar kau tampil memukau," tawarnya sambil tersenyum yang membuat Steven seketika mematung kala tangan lembut itu menyentuhnya. Namun Steven tetap membiarkannya tanpa penolakan.
Steven diam saja dengan mata yang tak lepas dari Clara. Wanita yang sudah menjadi istrinya selama 1 minggu ini selalu membuat jantungnya berdetak kencang. Namun ia tidak bisa melampiaskan apapun yang ia rasakan wanita ini. Wanita yang ia temui saat membuka mata lagi. Wanita yang bahkan tidak boleh ia sentuh karena pernikahan mereka hanya karena terpaksa. Meski selama sebulan ini, ia selalu merasa ingin menjadikan pernikahan ini sungguhan. Tapi ia juga merasa itu tidak mungkin. Karena Clara hanya menerimanya sebagai suami sementara. Bahkam ibu mertuanya sangat membencinya karena ia dianggap sampah yang tal berguna. Sampah yang dipungut oleh wanita itu di jalan. Jadi bisakah ia berharap lebih pada istrinya ini? Namun selama seminggu bersama dalam satu kamar pun, ia belum bisa memahami watak asli wanita di depannya ini. Apakah salah jika ia benar-benar menaruh hati pada istri yang hanya menganggapnya suami sementara?
"Hei, kenapa kamu melamun? Aku sudah merapikan pakaianmu," ucap Clara sambil menepuk kedua pundak Steven.
"Tidak, aku tidak melamun. Terima kasih sudah merapikan pakaianku," sangkal Steven. Ia segera mengalihkan pandangan dari istrinya itu. Sambil menggeleng kecil, ia berjalan ke arah pintu. "Ayo lekas berangkat. Aku pikir orang-orang sudah menunggu kita untuk sarapan," ucapnya menghilangkan kegugupannya.
"Baiklah, ayo. Ayahku tadi sudah pergi duluan. Ia berpesan agar kita menyusulnya." Clara langsung mengaitkan tangannya ke tangan Steven. Membuat Steven menatap ke arah tangan yang bertautan itu. Clara yang tau maksud Steven, segera menjelaskan. "Kita harus memperlihatkan kepada ibuku kemesraan kita," ucapnya sambil tersenyum manis. Membuat Steven mengangguk kecil. Namun dalam hati dan pikirannya sedang berkecamuk. Haruskah ia memainkan peran lagi? Ia sungguh tidak suka berada di posisi ini. Namun kejadian itu sudah terjadi. Hingga akhirnya ia harus terjebal dalam pernikahan terpaksa ini.
Mereka pun akhirnya berjalan seperti pasangan pengantin baru pada umumnya. Senyuman tidak lepas dari wajah cantik Clara. Bahkan Steven sampai heran melihatnya. Harus ia nilai apa sifat istrinya yang sebenarnya? Namun ia hanya bisa mengikuti kemauan istrinya itu, sampai ia benar benar tau tujuan sebenarnya ia ada di sini.
Kaki mereka baru saja menuju ruang makan. Namun suara gaduh langsung menyambut mereka.
Prank!
Gelas itu terlempar ke arah Steven. Bahkan kulit tangannya tergores karena pecahan gelas itu yang langsung menyebar ke lantai.
Prok... Prok... Prok...
"Liatlah siapa yang datang ini. Menantu sampah yang menjijikan," ucap wanita tua yang berdandan menor itu sambil bertepuk tangan.
"Ibu! Apa yang kau lakukan?! Dia suamiku! Tidak sepantasnya kau melempar gelas kearahnya!" seru Clara seraya melihat tangan Steven yang terluka.
"Kau bela saja suami sampahmu itu terus terusan. Pria yang kau pungut di jalanan, meski kau pakaikan pakaian berkelas, tidak akan merubah statusnya yang memang sampah!" maki Ros yang merupakan ibu dari Clara.
"Jaga ucapanmu, Ibu. Kau taukan, aku menikah juga karena ayah yang mengingkannya!" jawab Clara seraya menarik Steven untuk duduk di kursi ruang makan. "Duduklah dulu. Aku ambilkan obat untuk tanganmu. Biar pelayan yang memberekan kekacauan ini," ucapnya pada Steven seraya beranjak mencari obat.
Steven hanya menurut dengan mata yang menatap ibu mertuanya. Wanita tua itu benar benar tidak menyukainya sejak ia menginjakan kaki di kediaman ini.
"Cih... Kau sihir apa suami dan anakku? Jangan karena mereka menerimamu, aku pun juga akan menerimamu. Ingat, sampah tetap sampah. Dan tempatnya bukan di istana, tapi di tempat sampah! Aku tidak nafsu makan gara gara menantu sampah sepertimu! Segeralah menyingkir dari kehidupan suami dan anakku!" sarkas Ros seraya meninggalkan Steven di ruang makan ini.
Sementara Steven hanya diam. Ia tidak bisa membalas cemoohan ibu mertuanya dengan ikut bersuara. Bukankah lebih baik ia membuktikan dengan tindakan? Tapi apa yang bisa ia lakukan? Bukankah ia memang benar benar sampah? Ia bahkan tidak bisa melakukan apa apa. Hatinya sedikit sedih dengan kekurangannya. Namun sikap istrinya yang nampak panik dan selalu membelanya, membuatnya menyingkirkan kesedihan itu. Entah mengapa ia merasa bahagia melihat sikap istrinya yang terlihat seperti istri seutuhnya untuknya. Mau itu sandiwara, ataupun tidak.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Diah Susanti
gemuruh petir thor
2023-10-19
0
Saidil M🍇
pengen baca ulang lagi sambil nunggu up 🤧
2023-10-11
1
Pajri Rebo
Ya gk semua mertua kyk gtu, tp kbykn kyk gtu
2023-10-05
2