Steven mengerjapkan matanya. Ia memegang kepalanya yang terasa sedikit sakit sambil menutup matanya erat. Mungkin efek bius sudah menghilang dari tubuhnya. Merasakan ada pergerakan di sampingnya, ia membuka matanya agar bisa melihat lebih jelas.
"Dokter Dini?" ucapnya serak dengan wajah yang masih pucat. Ia menatap bingung kehadiran Dini saat pertama kali membuka matanya. Biasanya saat ia membuka mata seperti sekarang, selalu Clara yang ia lihat. Namun kali ini berbeda.
"Iya, ini aku Dini. Akhirnya kau sadar, Steven. Kau membuatku khawatir," jawab Dini bernafas lega.
Steven kenal siapa itu Dini. Sepupu istrinya yang sudah berkeluarga dan memiliki dua anak. Ia sempat bertemu saat pernikahan dadakan yang terjadi di ruang rawat Kakek Leon. Mengingat Kakek Leon, membuat wajah pucat itu menampilkan raut wajah khawatir. "Bagaimana keadaan Kakek? Aku harus bertemu dengannya," ucapnya seraya berusaha untuk bangun dari tidurnya.
"Jangan memaksakan diri, Steven. Kau masih belum pulih," tahan Dini membuat Steven kembali menatapnya. "Keadaan Kakek sudah membaik. Bahkan sudah sadar sedari tadi sebelum kamu sadar. Aku tidak melarangmu bertemu dengan Kakek, tapi usahakan dirimu pulih dulu. Tidurlah kembali.... Aku akan memanggilkan dokter untuk memeriksa kembali keadaanmu," tambah Dini.
Sementara Steven menghela nafas pasrah. Ia memilih mengikuti ucapan Dini karena memang masih merasakan sakit di kepalanya. Bahkan tubuhnya. Ia diam melihat Dini yang kini memencet bel di samping tempat tidurnya.
Steven terdiam sambil memikirkan rentetan kejadian yang ia alami bersama dengan Kakek Leon hingga ia juga ikut tidak sadarkan diri. "Bisakah kau mengatakan, berapa lama aku tidak sadarkan diri? Bagaimana aku bisa di sini? Dan di mana Clara? Sebenarnya apa penyebabnya aku pingsan? Bisa kau ceritakan semuanya tanpa ada yang ditutup-tutupi?" tanyanya menyerbu Dini dengan banyaknya pertanyaan hingga membuat Dini mengangguk.
Dini menarik nafas bersiap untuk mengatakan jawaban dari pertanyaan Steven. "Kau mengalami keracunan, Steven. Kau tau? Tidak ada orang di rumah yang membawamu ke rumah sakit. Semua orang sibuk memikirkan Kakek. Untungnya aku datang ke rumah tepat waktu dan melihatmu terkapar tidak sadarkan diri di ruangan Kakek. Aku sangat panik melihatmu. Jadi aku langsung memanggil kenalanku untuk segera membawa ambulans hingga berhasil membawamu ke sini," ucap Dini mengutarakan isi hatinya yang memang kalut melihat suami sepupunya itu.
"Apakah keadaanku separah itu?"
"Aku dan Dokter Melody melakukan operasi padamu. Hingga kau baru sadar malam ini. Racun yang kau konsumsi itu, memang berdosis rendah. Namun karena kondisimu yang memang sudah buruk sejak awal karena cidera otak, membuat racun di tubuhmu lama-kelamaan menumpuk dan mengalir menuju otak, hingga kemudian merusak otakmu. Kondisi itu disebut sebagai ensefalopati hepatik."
Setelah Dini mengatakan hal itu, pintu ruangan Steven terbuka. Menampilkan wajah cantik Dokter Melody yang kini berjalan ke arah Steven sedikit gugup.
Sementara Steven hanya menatap pintu sebentar. Merasa itu hanya dokter yang akan menanganinya, ia pun memilih mengabaikan. Pikirannya sekarang berkelana setelah mendengar penjelasan Dini tentang keadaannya. Banyak pertanyaan yang muncul di otaknya saat ini. Bagimana mungkin ia mengalami keracunan? Apakah Kakek Leon juga mengalami hal yang sama? Bukankah mereka hanya minum teh bersama? Apa mungkin, teh itu berisi racun? Namun setelah ia mengingat kembali, hanya dia yang minum teh. Karena Kakek Leon justru meminum obatnya. Lalu mengapa Kakek Leon bisa pingsan setelah mereka berpelukan? Ia mulai merasa ada yang aneh dengan situasi ini. Seolah ada yang berusaha menjebaknya. Tapi siapa? Ataukah mungkin— pikirannya dan berbagai peryanyaan itu buyar ketika melihat Dokter Melody mengecek jantungnya menggunakan stetoskop seraya memanggil-manggilnya.
"Steven... Apa anda mendengar saya?" panggil Melody karena merasa diabaikan oleh Steven.
Steven hanya meliriknya datar. Seolah ia tidak memiliki minat untuk menjawab Melody. Hal itu justru membuat Melody sedkit kesal. Tapi berusaha ditutupi dengan senyuman. "Tuan Steven? Apa anda mendengar saya?" panggilnya lagi.
"Hm..." dehem Steven sebagai jawaban.
Melody menarik stetoskop dari dada bidang Steven dengan perasaan dongkol. Kemudian bergerak mengecek mata Steven dengan senter kecil ditangannya. Sementara Steven hanya diam menuruti.
Setelah mengecek semua kondisi tubuh Steven, kini Melody melirik Dini yang sedari tadi memang memperhatikannya. "Kondisi Tuan Steven sudah normal sekarang, Dokter Dini. Hanya memberikan obat dengan rutin. Jadi sebaiknya saya undur diri," ucapnya pada Dini.
"Terima kasih, Dokter Melody." Dini hanya tersenyum tipis dan mengantar Melody ke pintu.
Setelah kepergian Melody, Dini menghampiri Steven. "Apa kau mengingat sesuatu, Steven?" tanyanya hingga membuat Steven yang sedari tadi diam, akhrinya menoleh padanya.
"Aku hanya mengingat kejadian yang menimpaku. Sepertinya racun yang aku minum berasal dari teh. Sementara Kakek, sama sekali tidak menyentuh teh yang aku minum. Kakek hanya meminum obatnya. Menurutku, Kakek pingsan karena Kakek meminum obat yang salah," tutur Steven mengutarakan pemikiran yang menumpuk di otaknya.
"Bravo!" pekik Dini karena menemukan jawaban yang menjadi pertanyaannya sedari tadi. Mendengar hal itu, ia justru semakin antusias menunggu ucapan Steven selanjutnya. "Yang kau ucapkan benar. Jadi, itu yang kau pikirkan hingga mengabaikan dokter yang memeriksamu tadi? Atau mungkin, kau mengenalnya?" tanya Dini menyinggung tentang Melody. Jujur saja ia merasa curiga dengan Melody. Dari awal, Melody tanpa sadar memanggil Steven dengan nama yang seolah mereka akrab sebelumnya. Saat Melody memanggil Steven dengan sebutan Tuan, justru membuatnya tersadar akan hal itu.
"Mengapa kau menanyakan sesuatu yang tidak penting?" Steven menaikkan alis kirinya menunggu balasan Dini.
"Ahh... Tidak. Aku hanya merasa Dokter Melody sepertinya mengenalmu," ucap Dini seraya menggaruk tengkuknya.
"Apakah Kakek di rawat di rumah sakit yang sama denganku?" tanya Steven tidak memperpanjang pembahasan tentang Dokter Melody.
"Ya... Kakek sudah sadar dari tadi. Clara juga ada di sana. Apa kau ingin aku panggilkan Clara untukmu?"
"Tidak perlu, Dini. Aku tau Clara pasti sekarang sedang fokus dengan Kakek," tolak Steven karena mengingat bagaimaana Clara begitu marah padanya. Ia mengalihkan pandangannya untuk melihat ke arah lain.
"Apa kau berpikir Clara masih marah padamu?" tebak Dini yang tepat sasaran membuat Steven menatapnya lagi.
"Dia berpikir aku yang membuat Kakek seperti itu..." lirihnya dengan wajah sendu.
"Kau tenang saja. Kakek sudah memberinya penjelasan jika bukan kamu yang melakukannya. Bahkan Kakek ingin bertemu denganmu," ucap Dini yang memang sempat pergi ke ruangan Kakek Leon. Hingga membuatnya meminta Melody untuk menjaga Steven beberapa waktu.
"Ah...syukurlah," ucap Steven lega.
"Clara mencarimu saat ini." Dini menggantung ucapannya karena ingin melihat reaksi Steven yang menatapnya penasaran.
"Bagaimana mungkin Clara mencariku?"
"Kau tau, dia sekarang mencarimu seperti orang gila. Hehehe..." ucap Dini tertawa kecil. "Kakek memarahinya karena memarahi dan menuduh suaminya. Awalnya aku ingin memberitahu keberadaanmu, tapi Kakek memintaku untuk bungkam. Seperyinya Kakek ingin memberi Clara sedikit pelajaran," sambungnya merasa geli meninggat wajah sedih dan bersalah Clara.
"Kalau begitu, Dini... bisakah kau memberiku makan dan minum? Aku merasa lapar sekarang," pinta Steven karena merasa sangat lapar.
"Oh astaga.... Apa kau sudah kentut, Steven? Kau baru saja di operasi," tanya Dini.
Steven tersenyum geli seraya berkata, "Belum. Tapi aku merasa sangat lapar."
"Kalau begitu, kita tunggu kentutmu dulu. Hehehe," ucap Dini jail membuat wajah Steven memerah karena malu.
Mereka pun akhirnya makan setelah mendengar suara kentut Steven. Pasien pasca operasi tidak boleh makan jika belum kentut. Sebab kentut menandakan usus dan saluran pencernaanya sudah kembali bekerja secara normal.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
☂⃝⃞⃟ᶜᶠᴹᴵᴹᴵ ᵃᴊᴀ💋🌈
dini perhatian betul jadi dokter
2023-10-08
0
Mulan Rindu🦋
Astaga pengen makan denger kata kentut padahal memang prosedurnya emang kayak gitu sih kalau habis operasi
2023-10-06
1
⋆⍣⃝కꫝena💯♡⃝ 𝕬𝖋🦄
padahal ini beneran tapi kok bisa ini kentut soalnya aku juga mengalami hal ini waktu pas aku lagi operasi
2023-10-06
0