Menurut peta yang didapatkan Xiao Chen dari pemilik tubuh asli, Kediaman Xiao berbentuk petak yang lumayan besar. Kediaman paling besar terletak di timur, kediaman tersebut merupakan tempat tinggal Xiao Chong, Istri resmi dan Selirnya beserta anak-anak mereka.
Kemudian kediaman ke dua terbesar adalah milik Kakek Khung di sebelah barat. Di sini juga tinggal beberapa tetua pengurus kediaman yang merupakan bawahan Kakek Khung.
Di belakang bagian timur terdapat kediaman para gundik beserta anaknya, kasim dan pelayanan senior
Sementara di belakang bagian barat terdapat kediaman para pelayan, kasim rendahan. Diantara kediaman gundik dan pelayan rendahan itu terdapat dapur dan gudang.
Di belakang gudang itulah terdapat sebuah gubuk yang sudah hangus terbakar tempat Xiao Chen dulu tinggal. Ada pula dapur kecil untuk para pelayan memasak yang sedang dalam masa pembangunan karena juga ikut terbakar.
Xiao Chen mulai menjelajahi kediaman di mulai dari kediaman kakeknya. Wilayah yang cukup luas serta ada beberapa tetua yang datang dan menyapanya. Beberapa pelayan juga menundukkan kepala mereka, tidak seperti sebelumnya saat Xiao Chen masih tinggal di gubuk.
Usai puas mengelilingi kediaman kakeknya dia berjalan cukup jauh ke bagian belakang sebelah barat yang merupakan tempat tinggal para pelayan dan kasim rendahan.
Mereka semua yang tahu bahwa Xiao Chen berada di bawah perlindungan Kakeknya segera memberikan salam penghormatan kepada bocah 14 tahun dengan luka bakar di wajahnya itu.
Kediaman mereka sangat sederhana dan bahkan satu kamar di isi oleh 7-10 orang. Dapur kecil yang mereka miliki juga begitu sederhana. Saat Xiao Chen melihat makanan mereka, Xiao Chen sangat kasihan pada pemilik tubuh asli.
Bahkan pelayan rendahan makan bubur dengan sedikit daging, mantau, serta air putih untuk sarapan mereka. Tidak ada satu pun yang berbau busuk atau basi.
Takdir Xiao Chen dulu sangat menyedihkan dan lebih rendah dari pada pelayan-pelayan ini padahal dia anak seorang kepala keluarga.
Xiao Chen tidak mendapat masalah sama sekali dia menyusuri jalanan yang melewati tempat tinggalnya dahulu.
Banyak prajurit yang tengah membangun dapur dan gubuk seperti sebelum kebakaran.
"Oh, Tuan Muda! Apa yang sedang tuan muda lakukan di sini?" tanya seorang prajurit.
"Aku hanya berjalan-jalan. Kalian bisa lanjutkan pekerjaan," ucap Xiao Chen yang langsung pergi meninggalkan mereka.
Dewa Han cukup terhibur melihat keramaian tadi dia juga cukup senang sekarang karena melewati sebuah jembatan kecil dengan pemandangan bunga yang cukup indah.
Sebuah kediaman yang cukup besar Xiao Chen lewati. Di sana lah tinggal puluhan gundik dan pelayan serta kasim senior.
Saat kedatangan Xiao Chen, wajah mereka terlihat tidak senang tapi mereka masih memberikan salam. Seorang gundik tiba-tiba menghampiri Xiao Chen dan menghardiknya.
"Itu semua gara-gara kau! Kau yang membuat anak-anak kami semua menderita," teriaknya yang langsung membuat beberapa gundik dan kasim menarik gundik tersebut agar tidak menyerang Xiao Chen.
Mereka sama sekali tidak bisa menyentuh Xiao Chen lagi karena berada di pengawasan Tetua Xiao Khuang. Jika mereka berani berbuat macam-macam, kemungkinan Xiao Khuang tidak akan membiarkan mereka pergi.
Hanya karena perbedaan status mereka harus mengalami penderitaan seperti ini. Garis darah tidak bisa mereka ubah. Walau pun keluarga istri Xiao Chong yang sebelumnya adalah pengkhianat tapi tetap saja mereka berasal dari keluarga terhormat sebelumnya.
Ini sangat tidak adil bagi para gundik yang melahirkan anak laki-laki untuk Xiao Chong. Seandainya mereka berasal dari keluarga terhormat tentu saja anak mereka akan bisa tinggal di kediaman sebelah timur yang jauh lebih besar dan indah.
"Apa maksud bibi ini? Aku tidak mengerti," ucap Xiao Chen.
"Kau bukan tidak mengerti, kau hanya pura-pura bodoh. Anak-anak kami tidak bisa buang air kecil dari bagian bawahnya. Mereka malah harus kencing dari mulut. Bagaimana kami bisa menerima ini?"
"Itu semua karena hantu yang ada di tempat tinggalmu, kalau bukan karena hantu itu anak kami akan baik-baik saja," keluh wanita itu pada Xiao Chen.
Xiao Chen tertawa sinis yang membuat mereka merasa kesal. "Itukan salah anak kalian. Dia selalu mengotori tempat tidur dan rumahku dengan air kencingnya."
"Anehnya bibi tua ini malah meminta tanggung jawab kepadaku. Kenapa kau tidak meminta tanggung jawab pada hantu yang tinggal di sana?" tanya Xiao Chen dengan nada suara meremehkan.
Gundik itu ingin kembali menyerang Xiao Chen tapi segera ditangkap oleh kasim dan pelayan senior.
Seorang kasim senior menghampiri Xiao Chen dan dengan sopan berkata, "Tuan Muda, saya mohon maaf atas ketidaknyamanan ini. Jika Tuan tidak merasa nyaman di sini, Tuan bisa kembali ke kediaman Tetua Khuang."
Xiao Chen berbalik dan mengibaskan lengan bajunya. Dia kembali berjalan-jalan mengitari kediaman.
"Xiao Chen, bagaimana kalau kau menyembuhkan anak-anak gundik tadi?"
Xiao Chen menatap Dewa Han dengan tatapan aneh. "Kenapa aku harus menyembuhkan mereka?" Tiba-tiba saja sebuah ide cemerlang muncul di kepalanya.
"Guru Han, maksudmu?" Xiao Chen menebak dengan benar pikiran Dewa Han. Tentu saja demi uang. Dia akan mengeruk kekayaan Xiao Chong.
Mereka tiba di sebuah taman luas yang jauh lebih indah dari pada sebelumnya. Beberapa jembatan pun Xiao Chen lewati. "Wah tempat ini jauh lebih indah dari pada sebelumnya," puji Dewa Han.
Yah, walaupun tidak seindah Alam Dewa tapi lumayan untuk Dewa Han menyegarkan matanya.
Brak!
Seorang anak kecil menabrak Xiao Chen. Saat wanita kecil itu menatap wajah Xiao Chen yang sebagiannya terkena luka bakar, gadis itu berlari ketakutan ke dalam kediaman.
"Ibu! Ibu! Aku takut! Di luar ada monster!" Tunjuk gadis itu kepada ibunya, Selir Xi Xia.
Selir Xia melihat Xiao Chen kemudian memberitahu pada putrinya bahwa bocah itu bukan monster. "Nak, itu bukan monster. Dia juga salah satu Tuan Muda di kediaman ini. Kau harus memanggilnya Kakak Chen."
Putri kecilnya yang imut itu kembali melihat Xiao Chen dari kejauhan. Ibunya bertahap mendekati Xiao Chen dan Xiao Yin mengikuti selir dan bersembunyi di belakangnya.
Gaun Hanfu berwarna hijau muda melayang tertiup angin. Begitu serasi dengan keindahan alam di taman ini. Usia Selir Xi Xia yang masih 25 tahun membuatnya masih terlihat cantik dan muda.
"Selir Xi Xia memberi salam pada Tuan Muda Chen," ucapnya dengan ramah dan terdengar lembut. Xiao Chen hanya tersenyum saat selir memberikan salam
Xiao Chen masih terdiam dan melihat seorang gadis mengintip dari balik tubuh Selir Xi Xia. "Siapa namamu?" tanya Xiao Chen. Gadis itu masih mengintip dan agak ragu tapi dia pun menjawab pertanyaan Xiao Chen dengan suara kekanak-kanakan yang di miliki nya.
"Namaku Xiao Yin, Kakak Chen." Rasa penasaran dan rasa ingin tahu membuat Xiao Yin berani menampilkan sebagian tubuhnya tapi tetap tersembunyi sebagian lainnya di belakang Selir Xi Xia.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Nurul Hikmah
gemes jadinya
2023-11-25
0