Bab 9 Racun Pemakan Energi telah Lenyap

Xiao Chen berada di laboratorium di dalam sistem sedang mencampurkan bahan-bahan yang telah dia dapatkan dari tanaman langka beracun yang memang dia tanam di lahan ratusan ribu hektar itu.

Dewa Han memperhatikan Xiao Chen membuat ramuan penawar racun dan tiba-tiba bertanya. "Kenapa kau harus membuat sendiri ramuan ini? Bukannya bisa meminta sistem secara otomatis?"

Xiao Chen menghentikan sebentar kegiatannya untuk menjawab pertanyaan Dewa Han. "Guru, tolong jangan ganggu aku saat membuat obat! Beberapa hal buruk mungkin akan terjadi."

"Alasanku karena sebelumnya aku adalah seorang dokter yang menciptakan obat-obatan dengan tanganku sendiri."

"Tidak ada alasanku untuk bergantung pada Sistem. Justru aku yang membuat Sistem bergantung padaku. Sistem ini adalah alat untuk membantu, bukanlah alat utama."

"Jika aku selalu mengandalkan orang lain atau sesuatu yang lain, maka saat sesuatu yang menjadi tempat bersandar ku itu hilang aku akan pincang."

Dewa Han mengangguk setuju dengan pernyataan Xiao Chen. "Ya Kau benar!" Dewa tak lagi mengganggu Xiao Chen sampai dia menyelesaikan ramuannya.

Xiao Chen menunangkan 10 gram racun ular putih, pada 10 gram bubuk bunga kelabang merah. Dia juga memasukkan 10 gram bunga kecubung, dan 12 gram bubuk kayu Lemo, yang terakhir dia memasukkan 20 gram air sari kelapa merah."

Setelah itu dia memanaskan sebuah tungku dan mengatur suhunya. Dia memanaskan ramuan itu pada waktu tertentu.

Sudah satu jam lebih Xiao Chen mengipasi tungku dan akhirnya ramuan itu pun siap. Xiao Chen menunggu lagi 30 menit agar ramuan penyembuh itu dingin.

Dia memasukkan ramuan itu pada sebuah botol kaca. Dia mengumpulkan keberanian untuk meminum ramuan yang bisa dibilang juga bagian dari ramuan racun karena terdapat racun ular putih di dalamnya.

Di hadapan Dewa Han dia meminum racun itu. Dewa Han juga tidak yakin apakah ramuan itu akan bekerja dengan baik.

Deg!

Deg!

Deg!

Degup jantung Xiao Chen terdengar sangat keras bahkan bisa didengar oleh Dewa Han. Xiao Chen merasa urat-uratnya ditarik keluar. Dia berlutut dan merangkak di tanah karena rasa sakit yang ada di jantungnya.

Dewa Han segera mendekatinya dan memeriksa Xiao Chen. Denyut jantung Xiao Chen tidak beraturan. "Sial! Apa anak ini akan mati? Kalau dia mati, bukannya masa hidupku juga akan berhenti di sini?" batin Dewa Han.

Tidak ingin mengulur waktu, dia segera memberikan aliran energi pada bocah 14 tahun yang ada di depannya itu.

"Xiao Chen! Bertahanlah! Jangan sampai kau Pingsan!" Dewa Han meletakkan tangannya dipunggung Xiao Chen untuk mengalirkan energi yang dia miliki.

Xiao Chen menahan sakit yang meremas jantung dan juga memporak-porandakan urat-urat dalam tubuhnya. Dia berusaha bertahan agar tidak pingsan.

"Akkkkkkhhhh," teriaknya keras. Dia bahkan mengigit lidahnya sendiri hingga berdarah untuk menahan kesadaran yang dia miliki.

Cairan kental berwarna hitam dan berbau busuk merembes keluar dari tubuhnya. Racun yang berfungsi sebagai penyembuh itu menarik keluar racun pemakan energi yang telah bersarang bertahun-tahun di tubuh Xiao Chen.

Saat Xiao Chen tersungkur ke lantai, dia melihat Dewa Han juga terjatuh. Dengan Sigap Xiao Chen menangkap Dewa Han. "Dewa Han? Ada apa denganmu? Dewa Han?"

Dengan suara yang lirih Dewa Han berkata, "Darahmu! Aku butuh Darahmu! Minum Darahmu" Tanpa berpikir panjang lagi apa lagi Dewa Han sudah membantunya menyalurkan energi, Xiao Chen tak bisa tinggal diam.

Dia mengambil sebilah pisau kecil dan langsung menggores tangannya. Dia mengernyit sedikit sakit. Tapi sakit ini bukan apa-apa dibandingkan dengan reaksi racun tadi.

Tangannya yang kini berlumurah darah dia arahkan ke mulut Dewa. Darah terus mengalir mengisi energi Dewa Han. Hingga satu jam kemudian Xiao Chen tak mampu lagi karena kehabisan darah. Dia pun pingsan.

Dewa Han perlahan pulih. Dia melihat Xiao Chen yang pingsan karena kehabisan darah dan kelelahan. Dia pun menempatkan Xiao Chen di sofa yang lebih panjang dan menunggunya bangun.

Dia merasakan denyut nadi Xiao Chen sudah normal. Aliran energi ke dantiannya sudah normal dan bocah itu sudah menembus peringkat pemula perunggu tingkat 2.

"Anak ini sangat berpotensi dan mungkin bisa aku bawa ke Alam Dewa. Tapi apakah dia bisa menahan sakit seperti racun tadi?"

Xiao Chen perlahan membuka mata dan terbangun setelah beberapa jam dia pingsan. Dia merasa kepalanya masih sakit.

Beberapa hidangan tersedia di atas meja. "Dewa Han kau bisa menggunakan mesin pembuat makanan?"

"Ah tidak aku meminta sistem yang menggunakannya. Bagaimana keadaanmu?" tanya Dewa Han.

"Aku sudah baikan, Ah tunggu sebentar!" Xiao Chen memejamkan mata dan bisa melihat keadaan tubuhnya. Dia melihat di dantiannya ada cahaya perunggu dengan 2 cincin yang mengitarinya.

Seolah mengerti dengan pikiran Xiao Chen, Dewa Han kemudian menjelaskannya padanya.

"Cahaya perunggu yang berputar di dantianmu itu adalah peringkat pada kultivator. Sedangkan 2 cincin yang mengitarinya itu disebut tingkat 2."

"Jadi saat ini kau berada di peringkat Pemula perunggu tingkat 2."

"Tapi guru, bukannya tingkat master juga grandmaster ada peringkat perunggu. Bagaimana membedakannya?" tanya Xiao Chen.

"Untuk membedakannya adalah intensitas cahaya pada area sekitar dantian. Cahaya yang ada di dantianmu sangat tipis dan kurang dari 1 centi bukan?" Xiao Chen mengangguk.

"Nah seiring naiknya peringkat, cahaya pada dantian akan semakin terang dan memadat, lalu apa warna dantianmu?" tanya Dewa Han.

Biasanya di alam rendah seperti ini kebanyakan dantian seseorang hanya berwarna merah, hijau atau jika dia orang berbakat maka akan memiliki warna biru.

"Dewa Han, sepertinya dantianku transparan."

"Tidak ada dantian dengan warna transparan. Sini aku periksa." Dewa Han mengarahkan jari telunjuk dan tengahnya pada bagian pusat tubuh Xiao Chen dan melihat ke dalam.

Dantian Tanpa Warna!!

Pertama-tama Dewa Han terpaku. Lalu tanpa alasan yang jelas dia tertawa terbahak-bahak.

Dia memegang bahu Xiao Chen dengan antusias. Bocah 14 tahun itu agak ketakutan melihat betapa menyeramkannya wajah Dewa Han saat tertarik pada sesuatu.

"Aku akan mengajarimu Ilmu beladiri terbaik di alam ini, Kau harus ingat untuk tidak pernah mengkhianati gurumu, mengerti?" Xiao Chen mengangguk pasti.

"Saya tidak akan mengkhianati guru jika guru tidak mengkhianati saya," tegas Xiao Chen. Dewa Han mengangguk menyetujui Xiao Chen.

Dia kemudian memberikan penjelasan singkat tentang bagaimana cara menaikkan peringkat kultivasi.

"Untuk menaikkan peringkatmu bisa melalui beberapa cara. Yang pertama melalui obat-obatan dan ramuan tertentu yang bisa memberikan aliran energi lebih besar dan mengatasi kemacetan pada dantian."

"Tapi menaikkan tingkat kultivasi dengan selalu mengkonsumsi obat-obatan tidak selalu baik bagi pondasimu. Jika kau tidak mendapat pengalaman bertarung secara langsung. Bahkan jika kau sudah berada di peringkat Grandmaster perunggu, Master Emas tingkat 3 bisa mengalahkanmu."

"Cara yang kedua adalah dengan bertarung secara langsung baik itu melawan manusia mau pun hewan buas dan monster. Tapi itu tidak akan sempurna jika kau tidak memiliki jurus yang sesuai untukmu."

"Karena aku sudah berjanji akan memberikanmu ilmu penyembunyian kultivasi, maka aku akan mengajarkanmu! Ikuti kata-kataku!"

Terpopuler

Comments

Nurul Hikmah

Nurul Hikmah

lanjutkan

2023-11-25

0

Jimmy Avolution

Jimmy Avolution

terus

2023-11-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!