Rasa panas menjalari dada Xiao Chen. Rasa sakit di tenggorokannya membuatnya ingin berteriak tapi bocah itu menahannya sebisa mungkin.
"Bocah ini tangguh juga saat menahan rasa sakit," puji Dewa Han dalam pikirannya.
Sesaat kemudian dia pingsan di kamarnya. Kakek Khung masuk ke dalam kamar Xiao Chen dan melihat bocah itu tertidur pulas.
Awalnya Xiao Khuang ingin membawa Xiao Chen untuk merayakan kepulangan Xiao Hao dengan mengajaknya ikut serta makan bersama mereka tapi karena Xiao Chen tidur pulas dia mengurungkan niatnya.
Xiao Khuang hanya memerintahkan pelayan untuk menyiapkan makanan-makanan enak untuk Xiao Chen makan malam dan meletakkannya di meja kamar Xiao Chen.
Semua keluarga inti Xiao berkumpul di ruang makan dan merayakan kepulangan Xiao Hao.
"Ayah sangat senang kau kembali dengan prestasi yang memuaskan," ucap Xiao Chong saat dia menerima tuangan teh dari Xiao Hao.
"Saya hanya beruntung ayah, menjadi lulusan terbaik dari murid dalam di Akademi Jiangshu. Meski begitu saya belum mampu menjadi murid inti, itu membuat saya sangat sedih," ucap Xiao Hao dengan ekspresinya yang sedih.
"Kau ini bicara apa? Menjadi murid dalam terbaik dari akademi Jiangshu saja sudah sangat hebat," ucap Kakek Khung. Xiao Hao yang melihat Kakek Khung turut hadir merasa sangat bahagia.
"Kakek? Kapan kakek kembali? Aku sangat senang keluarga kita berkumpul seperti ini," ucap Xiao Hao sembari menghampiri kakeknya dan memberi salam pada kakek yang sudah lama tidak dia temui.
"Kakek?" Xiao Kong segera berlarian dan memeluk kakeknya. Begitu juga saudara tirinya yang lain begitu merindukan kakek. Suasana sangat ramai dan heboh.
Bayangkan saja Xiao Chong memiliki seorang istri resmi dengan 3 orang anak. Sementara dia juga memiliki 4 selir dan 5 orang anak dari mereka.
"Xiao Hua juga merindukan kakek." Seorang gadis manis tersenyum malu-malu. Dia adalah anak dari selir Yuan Mei.
"Xiao Yang juga kek," ungkapnya tidak mau kalah. Bocah lelaki 8 tahun ini juga anak dari Selir Yuan Mei.
"Xiao An memberi salam pada kakek," ucap seorang gadis 10 tahunan. Dia merupakan anak satu-satunya dari selir kedua yaitu Selir Xi Xia.
"Xiao Yin memberi salam pada kakek," ungkap bocah kecil 7 tahun. Sementara Xiao Ren yang berusia 4 tahun hanya bengong melihat kakek yang tidak dia kenali. Dia memeluk ibunya karena takut. Baik Xiao Yin atau Xiao Ren adalah anak dari selir ketiga yaitu Selir Jiu Ya.
Selir ke empat yang bernama Yun An hanya tersenyum lembut pada kakek. Dia dan selir yang lain sudah memberikan salam hormat sebelumnya kepada Kakek Khung.
Mereka semua pun duduk kembali di meja makan dan makan malam dengan gembira. "Sayangnya Xiao Chen tidak bisa makan di sini. Bagaimana kalian bisa membiarkan cucuku yang lain menderita. Bagaimana jika orang luar tahu? Mau ditaruh dimana wajahku ini?" tanya Kakek Khung dengan ekspresi marah.
Liu Fengyu berlutut dengan keras di lantai dan memohon maaf pada Xiao Khuang. "Ayah, aku benar-benar tidak tahu kalau Bibi Li memperlakukan Xiao Chen seperti itu. Dia juga sudah di jatuhi hukuman penjara."
"Ayah, semua ini memang saya yang bertanggung jawab. Saya mohon pada ayah untuk memberi kesempatan memperbaiki semuanya," ucap Liu Fengyu dengan nada menyesal.
Dia bahkan berlutut dan bersujud pada Kakek Khung. Hal itu membuat Xiao Khuang tidak tega. Apalagi ada cucu kebanggaannya Xiao Hao yang melihat ini semua.
"Sudahlah, karena kau sudah mengaku bersalah, tidak perlu lagi bersujud padaku. Buat saja orang-orang yang terlibat itu dihukum."
"Aku tidak ingin ada hal memalukan yang terjadi di kediaman Xiao, kau mengerti?" Liu Fengyu mengangguk memastikan hal serupa tidak akan terjadi kembali.
Satu jam kemudian Xiao Chen terbangun dan melihat banyak makanan lezat di meja. Dia segera bangun dan duduk di meja lalu makan dengan lahap.
Akhirnya setelah sekian lama, semenjak kedatangan Kakek Khung dia baru bisa makanan-makanan selezat itu.
Xiao Chen makan dengan lahap dan tiba-tiba Kakek Khung masuk ke dalam kamarnya. "Bagaimana Xiao Chen, makanannya enak?" tanya Kakek Khung yang tengah berdiri di depan pintu masuk kamarnya.
"Enak kek," ucap Xiao Chen. Dia juga berterima kasih pada Kakek Khung karena berkatnya dia bisa memakan makanan yang enak.
"Terima kasih kakek, berkat kakek aku bisa makan makanan selezat ini," ucap Xiao Chen dengan harapan Xiao Khuang menganggap ucapannya dari hati.
"Awalnya kakek ingin mengajakmu makan bersama yang lain dan memeriahkan acara penyambutan Xiao Hao, tapi kakek melihatmu tertidur pulas dan tidak ingin mengganggu."
"Xiao Chen kau tenang saja, Xiao Chong dan istrinya sudah memecat orang-orang yang telah menyiksamu. Kakek tau mungkin kau ingin menyalahkan Ayah dan Ibu sambungmu, tapi itu di luar kekuasaan mereka."
"Kakek harap Xiao Chen mengerti, kau bisa aman selama berada di kediaman kakek. Oh iya tadi saat kau menemui kakek, kakek malah terburu-buru keluar. Kau ingin bicara apa?"
"Tidak ada yang serius kek, Xiao Chen hanya ingin mengucapkan rasa terima kasih pada kakek dari hati yang paling dalam," ungkap bocah itu dengan tampilan seperti bocah bodoh.
Xiao Khuang tertawa dan menepuk pelan kepala Xiao Chen. "Dasar anak yang berbakti. Tidak perlu sungkan pada kakek. Kakek juga anggota keluargamu."
Setelah pembicaraan singkat mereka Xiao Khuang pun kembali ke kamarnya dan beristirahat. Saat Xiao Khuang keluar dari kamar Xiao Chen mengganti ekspresi wajahnya.
"Dasar munafik, hampir saja aku membongkar rahasiaku pada pria tua itu. Seharusnya dengan pengalaman yang aku punya aku bisa membedakan mana orang yang baik dan mana orang munafik."
Xiao Chen tahu orang seperti apa kakeknya ini. Dia seolah membela Xiao Chen dan bersikap adil pada seluruh anggota keluarga tapi, sebenarnya yang paling dia utamakan adalah kehormatan.
Setelah makan malam itu, Xiao Chen melanjutkan tidurnya. Hening pada dini hari tapi tiba-tiba Xiao Chen membuka matanya.
Mata bocah itu memerah dan urat-urat di sekitar keningnya keluar karena rasa sakit yang amat sakit di seluruh tubuhnya.
"Akh," teriak Xiao Chen tertahan. Tepat pada pukul 1 malam dia merasakan rasa teramat sakit di kulitnya. Dia merasakan kulitnya terasa seperti tertusuk jarum.
"Xiao Chen, tahan lah sakit itu! Setiap rasa sakit akan membuat dasarmu lebih baik. Sekarang fokuskan sambil menyerap energi langit dan bumi," ucap Dewa Han menenangkan Xiao Chen yang mulai berguling-guling karena rasa sakit.
Xiao Chen pun memutuskan untuk mengikuti perkataan Dewa Han tapi sangat sulit berkonsentrasi saat tubuh mengalami rasa yang begitu amat menyakitkan.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
787 Erni
pejantan tangguh 🤭
2024-01-22
0
Jimmy Avolution
Terus
2023-11-02
0