Bab 11 Tertuduh

Saat Xiao Chen tengah berkultivasi, seseorang datang lagi mendekati pintu kamarnya. Xiao Chen pun pura-pura tertidur dan menutupi tubuhnya dengan selimut.

Seseorang menggoyangkan tubuhnya dengan tongkat. "Hei kau bangun! Cepat bangun!" Seorang kasim ternyata membangunkan Xiao Chen.

"Cepat ikuti aku! Kau dipanggil oleh Tuan Besar!" Xiao Chen ber pura-pura mengucek matanya seolah masih mengantuk tapi kasim itu tidak sabar dan menarik Xiao Chen turun dari tempat tidur.

Xiao Chen yang berlagak lemah itu langsung mengikuti langkah kaki Kasim. Mereka berjalan cukup lama, mungkin sekitar setengah jam dan belum sampai di Kediaman Utama.

Kasim masih memegangi lentera sebagai penerang jalan. Dia kemudian mengangkat lentera sedikit dan melihat tulisan 'Kediaman Utama Xiao.'

Mereka pun segera masuk ke dalam kediaman setelah melaporkan pada penjaga yang berdiri di dekat gerbang.

"Aku membawa Xiao Chen untuk menghadap Tuan Besar," ucap Kasim tersebut. Mereka pun dipersilahkan untuk masuk ke dalam.

Di dalam ruangan tersebut Xiao Chen hampir tidak mengenali siapa pun. Dia benar-benar takut sekarang. Xiao Chen tiba di ruangan itu dengan semua mata memandang dirinya.

Kasim menoleh ke samping dan merasa kesal karena Xiao Chen tidak berlutut. Dia terpaksa menekan lutut Xiao Chen ke lantai dan pria muda itu pun tersungkur.

"Apa kau mengakui kesalahanmu, Xiao Chen?" tanya Xiao Chong, ayah Xiao Chen sekaligus pemimpin keluarga Xiao.

Xiao Chen menangkupkan tangannya sambil berkata, "Saya tidak bisa mengerti apa yang Tuan maksud, mohon penjelasan!" Ucapan tegas Xiao Chen membuat beberapa orang mengernyitkan dahi mereka.

Ada yang berbeda dari bocah ini. Biasanya tubuhnya akan gemetaran kalau berada di sekitar banyak orang apalagi dalam keadaan seperti ini, dimana mata semua orang tertuju hanya padanya.

"Kau jangan bohong! Kau yang membuat semua anak-anakku kesakitan kan? Sampai sekarang mereka tidak bisa buang air kecil dan malah...." Ayah Xiao Chen tidak bisa mengatakannya karena hal itu sangat menjijikkan.

Akibat dari tidak bisa buang air kecil, kandung kemih mereka penuh dan air yang seharusnya keluar dari bawah malah keluar dari mulut mereka.

Xiao Chen pura-pura ketakutan dengan tubuhnya yang bergetar. Dia bahkan lebih membungkuk lagi untuk meyakinkan semua orang.

"Tuan Besar, saya tidak tahu apa-apa. Saat saya bangun mereka semua sudah pergi dan lari terbirit-birit."

"Saya jujur kepada anda, Tuan Besar. Setiap malam mereka sering kencing di tempat dan tubuh saya."

"Seperti yang tuan ketahui kalau tempat saya itu sangat sepi dan gelap. Takutnya ada hantu yang mengganggu. Tuan harus segera melakukan pembersihan!"

Ucapan Xiao Chen sangat meyakinkan mengingat Xiao Chen sendiri hanya bocah berusia 14 tahun yang tidak bisa berkultivasi. Dia juga tidak memiliki pengetahuan mengenai racun. Dia bahkan tidak bisa menulis.

Hal tentang hantu ini jauh lebih masuk akal daripada Xiao Chen yang melakukannya.

"Saya juga dirugikan, Tuan," keluh Xiao Chen yang membuat ayahnya bertanya.

"Kerugian seperti apa?" tanya Xiao Chong saat dia menyipitkan mata dan melihat anak kandungnya yang tidak berguna ini.

Baginya, sudah hidup saja sudah untung. Selain keturunan pengkhianat dari darah ibunya, dia juga tidak berguna karena tidak memiliki Kultivasi.

"Saya kehilangan hampir seluruh ingatan saya."

"Apa?" ucap mereka serempak.

"Apa mungkin karena kecelakaan itu ya?"

"Iya yang waktu itu kepalanya tidak sengaja menabrak tembok! Ingat tidak saat Tuan Muda Pertama tanpa sengaja menabraknya?"

"Iya aku ingat, Xiao Chen langsung menabrak tiang dan pingsan di tempat. Setelah bangun dia malah jadi orang linglung, benarkan?"

Suara bisik-bisik antara Istri dan Selir Tuan Xiao Chong silih berganti tedengar di telinga Xiao Chen.

"Jadi begitu, karena kau kehilangan ingatanmu?" Xiao Chen mengangguk dan tiba-tiba sebuah batu melayang dan mengenai kepalanya. Kepalanya bercucuran darah.

Xiao Chong yang melakukannya untuk memastikan keadaan Xiao Chen yang sebenarnya. Kalau dia bisa menghindari pukulan batu dengan kecepatan seperti itu berarti dia memiliki kekuatan.

Jika dia memiliki sedikit saja kemungkinan untuk berkultivasi, dia akan segera menghabisinya agar tidak ada upaya balas dendam dari Xiao Chen.

Xiao Chong tidak percaya pada siapapun, apalagi saat dia melihat sedikit perubahan pada Xiao Chen. Dia dulu sering memanggilnya ayah tapi sekarang Tuan Besar. Hal itu tentu saja membuat Xiao Chong curiga.

Melihat Xiao Chen hanya menahan sakit, dia pun yakin Xiao Chen tak memiliki kemampuan apa pun. Meski dia masih tidak mendeteksi kekuatan apa pun di dantian bocah itu, tapi dia tetap melakukannya.

"Kau bisa kembali ke kamarmu!" perintah Xiao Chong pada bocah kurus di depannya.

"Dasar anak tidak berguna."

"Dasar anak pengkhianat."

"Anak Pembawa Sial!"

"Segala cerca dan makian diucapkan orang-orang ini pada bocah 14 tahun yang tak bisa berkultivasi ini."

Xiao Chen merasa ada sesuatu yang menyakitkan di hatinya. Walau dia bukanlah Xiao Chen yang sebenarnya pemilik tubuh asli mungkin merasakan sakit di hatinya.

Xiao Chen kembali ke dalam kamar. "Bagaimana mungkin kau tidak melawan apa-apa?" tanya Dewa Han.

"Apa kau tidak merasa kekuatan mereka? Bahkan para selir saja bisa menghabisiku. Aku harus segera menaikkan kultivasi untuk bisa menjaga diri."

"Tidak apa ber pura-pura sebagai anjing. Saat aku akan jadi harimau nanti, aku akan menerkam dan memakan daging mereka semua." Itulah Janji Xiao Chen.

Dia bermaksud akan membalaskan dendam Xiao Chen pada orang-orang ini. Melihat keseriusan Xiao Chen, Dewa Han memberikan salah satu ilmu bela diri yang dia dapatkan dari situs kuno. Hanya saja Ilmu ini tidak lengkap tapi setidaknya masih bisa dipelajari.

Xiao Chen mengikuti kata-kata Dewa Han untuk merapalkan mantra pengaktifan Ilmu dengan nama "Naga Membelah Bumi"

Ilmu Naga Membelah Bumi ini mempunyai 2 fungsi, yang pertama untuk bertarung. Yang kedua adalah untuk pertahanan diri.

Ilmu Naga Membelah Bumi untuk bertarung memiliki 6 tahapan. Tahapan pertama Tinjuan Pertama.Tahapan Ke dua adalah Tinjuan Kembar. Tahapan ke tiga adalah Tinjuan Tiga kali lipat.

Tahapan Ke empat Tinjuan pembelah Pedang. Tahapan Ke lima adalah Tinjuan membelah Angin.

Tahapan Ke Enam adalah Tinjuan Pembelah Bumi.

Sedangkan Ilmu Naga Membelah Bumi untuk bertahan memiliki hanya 4 tahapan. Tahapan pertama adalah Perisai Tanah, Tahapan ke dua adalah Perisai Angin, Tahapan ke tiga adalah Perisai Pedang dan Tahapan ke empat adalah Perisai Bumi.

Masing-masing memiliki persyaratan untuk menggunakan tahapan-tahapan tersebut. Contohnya untuk bisa menggunakan Tinjuan Pertama minimal harus berada di tahapan Master perunggu tingkat 1.

Saat mendengarkan itu tentu saja Xiao Chen semakin keras berkultivasi baik dengan meditasi atau pun dengan melatih kekuatan fisik.

Terpopuler

Comments

Nurul Hikmah

Nurul Hikmah

cerita ini Nice 👍🏿

2023-11-25

0

Jimmy Avolution

Jimmy Avolution

Nemu harta Karun lagi...

2023-11-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!