Saksi Di Balik Hujan

Saksi Di Balik Hujan

Bab 1 Peristiwa Malam

Titik – titik air berderai turun jatuh ke permukaan bumi. Bunyinya seakan mengalihkan kesunyian yang terpatri. Teramat derasnya rintikan air yang membasahi. Aku menjadi enggan untuk keluar ruangan. Cuaca dingin membuat sekujur tubuhku gemetaran dan membeku. Selayaknya bongkahan es yang menyergap di setiap kenyamananku.

Drezzzz..drezzhhh..

Hujan bertambah deras dikala malam ini. Aku tak bisa fokus untuk melanjutkan pekerjaan. Tampak sekali aku seperti orang malas. Aku hanya bisa menjalankan hari ini saja. Tak memikirkan nasib kehidupanku yang akan datang. Petir bersahut - sahutan menggelegar seiring datangnya hujan. Keberanianku seketika mengendur sesaat. Aku menyingkapkan kupluk jaket hoody putih yang kukenakan. Kemudian kutarik lengan panjangnya. Sehingga menutupi seluruh pergelangan tanganku sampai keujung jari.

Tek!

Tiba - tiba terdengar bunyi saklar ampere listrik diiringi dengan lampu padam. Pandanganku menjadi gelap karena tiada cahaya. Aku pun beranjak ke arah ampere listrik. Lalu dengan bantuan cahaya senter ponsel. Aku tertatih sendiri untuk menghidupkannya. Ampere listrik itu di luar ruangan. Tak terbayangkan, segenap keberanian ini bisa kukumpulkan. Rasanya ingin sekali aku meminta bantuan teman. Aku harus mengahadapi kenyataan lembur ini sendirian di kantor. Kantor redaksi ini memang tak terlalu besar. Namun untuk perempuan sepertiku, suasana ini begitu mencekam dan sangat luar biasa kualami. Perlahan kuturuni anak tangga. Lalu aku segera keluar menghidupi saklar listrik. Ampere listrik berada di luar lantai dasar. Bodohnya aku baru tersadar. Ada pak Yanip dan security yang berjaga malam ini. Huh, kenapa aku tak minta bantuan mereka sedari tadi?!

Tanpa pikir panjang, aku berlari ke tempat pak Yanip dan security. Belum lagi aku sampai ke tempat mereka. Tiba-tiba kakiku tersandung dan menabrak sesuatu. Hingga membuatku terjatuh. Ponsel yang kupegang tadi, terhempas jatuh pula entah kemana. Aku mendelik ke penjuru sekat dan perkakas kantor. Terlihat sangat buram di pandanganku. Dalam kesunyian yang mengerjap, aku mendengar teriakan. Teriakan yang seolah memanggilku. Tapi nyatanya lagi - lagi teriakan itu terdengar sangat samar.

"Maurine!"

Terdengar suara teriakan perempuan. Aku tak tahu siapa dan dimana teriakan itu berasal. Aku hanya menerka - nerka dan bertanya dalam hati. Sebenarnya peristiwa apa yang telah terjadi?

Aku coba menoleh ke arah suara itu berasal. Sayangnya aku tak dapat melihat dengan jelas. Kemudian aku berbalik menjawab teriakan yang memanggilku. Ketika aku menyahutnya, suara itu semakin jelas terdengar. Mungkin saja perempuan itu sedang mencari keberadaanku. Rasa penasaran bercampur aduk disertai takut berkecamuk dalam hatiku. Sehingga aku pun reflek untuk melawan rasa cemas ini. Lalu kupanggil pegawai kantor yang sedang berjaga malam.

"Pak Yanip, tolong aku Pak!"

"Percuma, mereka sudah pulang Maurine." Aku terkejut dan beralih ke suara itu. Benar saja rupanya ada sosok perempuan yang mencariku. Dia ada di dekatku saat ini. Dalam hati ini terasa amat kesal. Sejenak muncul rasa penyesalanku yang bersikeras untuk lembur malam ini. Hatiku menggerutu, seharusnya aku tak mengejar deadline demi mencapai target. Beban pikiranku semakin berat, kala mengetahui pak Yanip memutuskan untuk pulang. Ia tak memberi tahuku terlebih dahulu. Tapi, perempuan saat ini yang berada di dekatku siapa? Dia juga tahu kalau pak Yanip sudah pulang. Aku tidak mengenali suaranya. Saat ini ruangan gelap, aku tak dapat melihat dengan jelas.

***

Perempuan ini suaranya seperti wanita paruh baya. Tampak dari karakternya ini adalah wanita tegas dan berwibawa. Aku yakin dia bukan hantu, ujarku dalam hati yang terkesan naif rasanya. Namun aku heran, orang ini kok bisa mengenaliku? Langsung saja aku berdiri. Aku melupakan keberadaan ponsel yang jatuh tergeletak. Perlahan aku mendekati sumber suara itu. Seraya berjalan dengan hati - hati. Sambil meraba benda sekitar, agar tidak tertabrak lagi. Secara bersamaan, listrik yang semula padam, kini kembali menyala. Terlihatlah seorang wanita paruh baya. Gayanya sangat glamor dan terkesan elegan.

"Anda siapa?" Tanyaku setelah melihat sosoknya.

"Oh, Kamu belum mengenaliku yah?"

"Iya. saya baru 3 bulan bekerja disini, Bu."

"Baru selesai training ternyata. Tapi, kamu sudah berani lembur sendirian yah."

"Maaf saya ada deadline, Bu. Pekerjaan ini harus diselesaikan agar bisa sampai target."

"Kenapa tidak kamu copy saja datanya di flash disk? Jadi bisa kamu lanjutkan di rumah."

"Tidak bisa Bu, karena aplikasinya ada di kantor. Saya juga tidak diizinkan untuk menginstallnya di luar kantor."

"Baik, saya maafkan kali ini, karena kamu karyawan baru. Lain kali, kamu harus tepat waktu dalam bekerja."

"Baik, Bu. Akan saya laksanakan!"

"Saya akan perkenalkan diri, nama saya Ariefa Tania. Saya pemilik perusahaan ini."

"Senang berkenalan dengan ibu Ariefa. Nama saya Maurine." Sapaku sambil menyalaminya.

"Saat tiba disini, saya heran tampak ada yang lagi sibuk bekerja di ruangan karyawan."

"Iya, Bu sekali lagi maaf. Saya tidak akan mengulanginya lagi!"

"Terus saya tanya sama satpam, siapa yang sedang bekerja di dalam? Dia jawab namanya Maurine."

"Iya, Bu. Saya sudah minta izin manager untuk lembur. Tapi tak diizinkan."

"Kamu tidak takut dijaga dengan satpam dan Yanip?"

"Saya sudah mengenali mereka, Bu. Pak Yanip juga orangnya sangat baik."

"Hal seperti itu tidak bisa menjadi pedoman buat kamu. Kalau seandainya mereka ada kunci serep gimana?"

"Iya, saya salah Bu. Tapi pintu ruangannya sudah saya kunci dari dalam."

"Lantas setelah kejadian yang kamu alami barusan, kamu bisa ambil pelajaran sekarang?"

"Sudah Bu. Saya janji tidak akan mengulanginya lagi."

"Oke. Kalau manager tidak memerintah lembur, sebaiknya jangan kamu lakukan sendiri yah lain kali!"

"Iya, Bu. Saya mengerti."

"Baik, saya maafkan. Semoga jangan kamu ulangi lagi."

"Terima kasih, Bu."

Wajahku menjadi memerah dan malu. Ternyata pimpinan kantor sudah memantauku sejak dari tadi. Apalagi aku karyawan yang baru bekerja 3 bulan. Sekarang malah buruk di mata pimpinan. Akhirnya kudapati ponselku sudah tergeletak di sudut ruangan dekat pot tanaman. Kemudian kuraih ponselku. Kugenggam dan langsung kutaruh dalam saku baju. Aku memutuskan untuk segera pulang. Rasa tak enak hati dengan ibu direktur. Kurapikan semua berkas dan barang kerjaanku tadi. Lalu, aku langsung pulang sambil membawa tas kerja. Aku tak lupa pamit pulang terlebih dahulu ke ibu Ariefa.

"Permisi, Bu. Saya mau pulang dulu."

"Oke. Kamu bawa kendaraan?"

"Iya, Bu. Saya ada bawa mobil."

"Hati - hati di jalan."

"Baik, Bu."

Aku bergegas ke arah tempatku memarkirkan mobil. Kulihat hujan sudah sedikit reda. Di sekitar suasananya sangatlah lengang dan sunyi. Jam di tangan sudah menunjukkan pukul 11 malam. Masih tak habis pikir, aku telah lembur semalam ini. Hingga nyaris dini hari. Tapi, Bu Ariefa kenapa bisa kesini hampir dini hari? Mungkin ada urusan yang ingin dilakukan di kantornya sendiri. Aku baru menyadari, sepertinya bu Ariefa tidak datang sendirian. Ketika ia memergokiku berada sendirian di kantor. Tiba - tiba ampere listriknya sudah dinaikan seseorang. Tapi siapa yang menyalakannya, aku tidak tahu. Di dalam ruangan, aku hanya melihat bu Ariefa saja. Pak Yanip dan security juga sudah pulang dari tadi.

Terpopuler

Comments

Kustri

Kustri

cover'a sama ky novel, klu g salah judul'a wanita sebatang kara

2023-10-12

0

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

salken Thor
let's read

2023-10-11

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Peristiwa Malam
2 Bab 2 Hal Tak Terduga
3 Bab 3 Terjebak Dalam Rasa Penasaran
4 Bab 4 Pengakuan Yang Tak Digubris
5 Bab 5 Kecurigaan
6 Bab 6 Perbuatan Orang Dalam (POV : Banyu)
7 Bab 7 Sedikit Petunjuk
8 Bab 8 Penghianatan Di Tengah Masalah
9 Bab 9 Dilema
10 Bab 10 Upaya Tak Sia - Sia
11 Bab 11 Teror yang Berlanjut
12 Bab 12 Menemukan Jejak
13 Bab 13 Menyelidiki Keluarga Direktur
14 Bab 14 Kontak Ponsel Direktur
15 Bab 15 Melacak Keberadaan Direktur
16 Bab 16 Kedatangan Sosok
17 Bab 17 Siapa?
18 Bab 18 Akibat dari Teror
19 Bab 19 Orang Dalam yang Tak Disangka
20 Bab 20 Bertemu dengannya
21 Bab 21 Hilang Rasa
22 Bab 22 Perlahan Terungkap
23 Bab 23 Aku Tak Ingin Pulang
24 Bab 24 Jejak yang Terhapus
25 Bab 25 Mengambil Kesempatan
26 Bab 26 Jawaban
27 Bab 27 Bukan Dia
28 Bab 28 Bisikan
29 Bab 29 Kembali Terulang
30 Bab 30 Maafkan
31 Bab 31 Aku Masih Penasaran
32 Bab 32 Ternyata Selama ini
33 Bab 33 Praduga Tak Bersalah
34 Bab 34 Pasrah
35 Bab 35 Bebas
36 Bab 36 Kembalinya Manager
37 Bab 37 Ingin Tahu Tentangnya
38 Bab 38 Telepon Misterius
39 Bab 39 Ancaman
40 Bab 40 Trauma
41 Bab 41 Penyesalan
42 Bab 42 Kesaksian Pertama
43 Bab 43 Tentang Dia
44 Bab 44 Patung Briana
45 Bab 45 Mencari Tahu
46 Bab 46 Mengungkap Misteri
47 Bab 47 Tak Menyangka
48 Bab 48 Aku Melihatnya
49 Bab 49 Kejadian Aneh
50 Bab 50 Kesaksian Kedua
51 Bab 51 Pengakuan Asisten
52 Bab 52 Sebuah Pilihan
53 Bab 53 Menyerahkan Bukti
54 Bab 54 Weekend
55 Bab 55 Pindah Kantor
56 Bab 56 Bangkit
57 Bab 57 Pertama Disini
58 Bab 58 Kiriman
59 Bab 59 Gambar dan Kode
60 Bab 60 Alamat
61 Bab 61 Mencoba Mengartikan
62 Bab 62 Memberi Alasan
63 Bab 63 Menjenguk Tami
64 Bab 64 Upaya Keluar dari Teror
65 Bab 65 Tak Bersua
66 Bab 66 Resign
67 Bab 67 Mulai Terbaca
68 Bab 68 Arti dari Surat
69 Bab 69 Arti Kode Berikutnya
70 Bab 70 Telah Lama Tak Bertemu
71 Bab 71 Di Sebuah Villa
72 Bab 72 Peristiwa di Villa
73 Bab 73 Pulang
74 Bab 74 Jejak
75 Bab 75 Benar Pelaku Orang Dalam (POV : Banyu)
76 Bab 76 Hubungan Rahasia
77 Bab 77 Terulang Lagi
78 Bab 78 Prasangka
79 Bab 79 Siapa Pelakunya?
80 Bab 80 Misteri Gudang
81 Bab 81 Alibi
82 Bab 82 Happy Ending
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1 Peristiwa Malam
2
Bab 2 Hal Tak Terduga
3
Bab 3 Terjebak Dalam Rasa Penasaran
4
Bab 4 Pengakuan Yang Tak Digubris
5
Bab 5 Kecurigaan
6
Bab 6 Perbuatan Orang Dalam (POV : Banyu)
7
Bab 7 Sedikit Petunjuk
8
Bab 8 Penghianatan Di Tengah Masalah
9
Bab 9 Dilema
10
Bab 10 Upaya Tak Sia - Sia
11
Bab 11 Teror yang Berlanjut
12
Bab 12 Menemukan Jejak
13
Bab 13 Menyelidiki Keluarga Direktur
14
Bab 14 Kontak Ponsel Direktur
15
Bab 15 Melacak Keberadaan Direktur
16
Bab 16 Kedatangan Sosok
17
Bab 17 Siapa?
18
Bab 18 Akibat dari Teror
19
Bab 19 Orang Dalam yang Tak Disangka
20
Bab 20 Bertemu dengannya
21
Bab 21 Hilang Rasa
22
Bab 22 Perlahan Terungkap
23
Bab 23 Aku Tak Ingin Pulang
24
Bab 24 Jejak yang Terhapus
25
Bab 25 Mengambil Kesempatan
26
Bab 26 Jawaban
27
Bab 27 Bukan Dia
28
Bab 28 Bisikan
29
Bab 29 Kembali Terulang
30
Bab 30 Maafkan
31
Bab 31 Aku Masih Penasaran
32
Bab 32 Ternyata Selama ini
33
Bab 33 Praduga Tak Bersalah
34
Bab 34 Pasrah
35
Bab 35 Bebas
36
Bab 36 Kembalinya Manager
37
Bab 37 Ingin Tahu Tentangnya
38
Bab 38 Telepon Misterius
39
Bab 39 Ancaman
40
Bab 40 Trauma
41
Bab 41 Penyesalan
42
Bab 42 Kesaksian Pertama
43
Bab 43 Tentang Dia
44
Bab 44 Patung Briana
45
Bab 45 Mencari Tahu
46
Bab 46 Mengungkap Misteri
47
Bab 47 Tak Menyangka
48
Bab 48 Aku Melihatnya
49
Bab 49 Kejadian Aneh
50
Bab 50 Kesaksian Kedua
51
Bab 51 Pengakuan Asisten
52
Bab 52 Sebuah Pilihan
53
Bab 53 Menyerahkan Bukti
54
Bab 54 Weekend
55
Bab 55 Pindah Kantor
56
Bab 56 Bangkit
57
Bab 57 Pertama Disini
58
Bab 58 Kiriman
59
Bab 59 Gambar dan Kode
60
Bab 60 Alamat
61
Bab 61 Mencoba Mengartikan
62
Bab 62 Memberi Alasan
63
Bab 63 Menjenguk Tami
64
Bab 64 Upaya Keluar dari Teror
65
Bab 65 Tak Bersua
66
Bab 66 Resign
67
Bab 67 Mulai Terbaca
68
Bab 68 Arti dari Surat
69
Bab 69 Arti Kode Berikutnya
70
Bab 70 Telah Lama Tak Bertemu
71
Bab 71 Di Sebuah Villa
72
Bab 72 Peristiwa di Villa
73
Bab 73 Pulang
74
Bab 74 Jejak
75
Bab 75 Benar Pelaku Orang Dalam (POV : Banyu)
76
Bab 76 Hubungan Rahasia
77
Bab 77 Terulang Lagi
78
Bab 78 Prasangka
79
Bab 79 Siapa Pelakunya?
80
Bab 80 Misteri Gudang
81
Bab 81 Alibi
82
Bab 82 Happy Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!