Bab 4 Pengakuan Yang Tak Digubris

Banyu terus mengancamku setelah kejadian itu. Kadang ia minta traktir makan. Pernah satu waktu ia minta dibelikan barang branded. Aku rasa tak tahan lagi dengan kondisi ini. Sebaiknya apa kuakui saja semua pada manager. Ini demi kebaikan kantor. Kendatipun aku harus menerima sanksi atas ini. Sekalipun sanksi itu surat pemberhentian kerja. Akhirnya kukumpulkan segenap keberanianku. Akan aku ceritakan semua yang menimpaku kemarin. Setelah dua hari berlalu aku baru jujur. Aku menyesal baru mau jujur sekarang.

"Maurine, hey mau kemana?"

"Aku capek Banyu. Dari pada jadi ATM berjalanmu terus!"

"Lagian aku tak minta. Aku hanya butuh saja."

"Tapi memang kamu berharap aku beri terus kan?"

"Sudahlah, percuma kamu jujur sekarang."

"Tidak ada kata terlambat."

"Pak manager akan menganggap ceritamu lelucon."

"Toh aku punya barang bukti!"

"Coba kau pikirkan, CCTV itu tidak terlalu jelas."

"Maksudmu?"

"Hanya ada rekaman buram di sekitar kantor."

Banyu menyunggingkan senyumannya. Seolah ia meremehkan barang buktiku. Memang dalam rekaman itu, tak ada teriakan dari perempuan. Namun dalam rekaman CCTV itu ada sosok perempuan. Jelas itu pasti manusia, bukan wujud hantu. Aku ingat baju yang dikenakan, sama seperti baju Bu Arifa.

"Aku hanya ingin memberi laporan pada manager. Ini demi kebaikan perusahaan."

"Kebaikan apa sih? Manager juga pasti tahu kalau bu Arifa kemari."

"Iya berhak tahu kejadian semalam. Semua rekan di kantor tidak tahu Bu Arifa kesini."

"Iya aneh, kok manager gak bilang ke kita yah?"

"Mangkanya itu aku mau kasih tahu."

"Bu Arifa kemarin gak suruh kamu bilang ke manager?"

"Kenapa?"

"Mana tahu manager memang belum tahu dia kemari."

"Gak ada."

"Masa iya hantu?"

"Tidak, jelas bukan hantu."

"Hahaha. Kamu takut kan?"

"Gak lah. Jangan bercanda Banyu!"

"Jelas tak ada yang tahu bu Arifa ke kantor."

"Sebab itu aku mau jujur pada manager."

"Ya sudahlah terserah kamu. Tapi jangan bawa-bawa namaku yah!"

"Dasar kamu! giliran kepo aja tingkat tinggi."

"Hahahaha."

"Katanya kamu mau jadi saksi."

"Aku mundur aja deh."

"Walau suatu saat nanti ini akan jadi kasus. Kamu tetap tidak mau?"

"Kok kamu yakin?"

"Aku hanya memikirkan kemungkinan buruknya saja."

"Memang kamu sukanya pikir buruk terus."

"Apa sih?"

"Hahaha."

***

Akhirnya aku memberanikan diri untuk menemui manager. Pak Kusuma managerku, ia memberi waktu untukku menemuinya. Aku bersyukur pak Kusuma ada di ruangannya. Akan kumanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin. Semoga saja ia tidak menghardikku tentang ini. Sangat menyesal sekali aku tidak jujur padanya kemarin.

"Permisi, Pak."

"Yah, silahkan masuk!"

"Ada yang ingin saya sampaikan pada Bapak."

"Apa yah?"

"Saya minta maaf kemarin lembur sendiri di kantor, Pak."

"Lembur?"

"Iya. Saya mengaku khilaf, Pak."

"Ok. Asal jangan kamu ulangi lagi."

"Bapak tidak marah?"

"Saya maklumi karena kamu masih baru."

"Terima kasih, Pak."

"Sama-sama."

"Pak sebelumnya saya mohon maaf."

"Kenapa?"

"Kemarin lembur waktu malam, saya bertemu Bu Arifa."

"Bu Arifa kan belum pulang."

Bu Arifa belum pulang? Tidak mungkin. Pak manager saja tidak tahu bu Arifa telah pulang. Jadi, kemarin yang di kantor itu siapa?

"Hey, Maurine?"

"Maaf, Pak. Bu Arifa benar-benar ada disini kemarin. Kalau bapak tidak percaya, saya ada bukti CCTV nya."

"Tak usahlah. Mungkin orang lain yang kamu lihat itu. Mangkanya, jangan kamu ulangi lagi lembur semalaman di kantor."

"Yah, Pak."

"Ini Bapak boleh lihat CCTV nya."

"Tidak perlu, saya banyak kerjaan. Bisa saya lihat sendiri nanti sama security."

Dalam benakku tertegun mendengar jawaban pak Kusuma. Ternyata benar, usahaku sia-sia. Pak Kusuma bahkan tak ingin mengetahui kesaksianku. Aku harus bagaimana ini? Seolah pak Kusuma tak peduli. Dia hanya cuek, atau karena ia banyak kesibukan. Ia sama sekali tak menggubris pengakuanku. Bisa saja nanti ia akan melihat sendiri rekaman cctv itu. Aku hanya melamun saja disini. Bingung nanti apa yang akan terjadi setelah ini. Kemungkinan malah sebaliknya. Takkan ada jawaban dan hasilnya suatu waktu nanti. Hingga masalah ini menghilang dengan sendirinya. Akankah aku hanya duduk dan diam saja. Sampai nanti aku menunggu bu Arifa muncul di hadapanku.

Aku keluar dari ruangan manager dengan pikiran kosong. Seolah-olah aku tak berguna menceritakan semua ini. Terasa dangkal hasratku untuk mengakui semuanya. Percuma, sesuatu yang penting saja tidak digubris pak Kusuma. Banyu sudah berdiri di dekat meja kerjaku. Dalam hatiku kian menggerutu. Ah, mau apa lagi dia?

"Maurine. Hey Maurine!" Banyu memanggilku.

"Apa lagi?" Tanyaku kesal.

"Gimana?"

"Apanya yang gimana?"

"Kamu habis dari ruang manager kan?"

"Terus kamu kira apa?"

"Manager jawab apa tentang CCTV itu?"

"Katanya kamu mundur jadi saksi?"

"Aku mau tahu kelanjutannya dulu."

"Kamu ini aneh."

"Jujur, terus terang aku curiga sama perusahaan ini."

Aku mendelik dan terperangah dengan pendapat Banyu. Anak ini pikirannya kemana-mana aneh terus. Memang dasar sangat keterlaluan. Bisa-bisanya rahasiaku diketahui orang seperti ini.

"Kamu ini pikirannya aneh terus."

"Tunggu, jangan nilai aku negatif dulu!"

"Gimana gak nilai negatif? Kamu saja bilang hantu terus. Kebanyakan nonton horor kamu. Awas nanti kalau benar-benar bu Arifa muncul di hadapan kita. Lalu ia muncul dengan keadaannya yang masih sehat dan bugar. Kamu masih percaya dengan pemikiranmu yang tahayul itu?"

"Oke. Soal hantu aku memang bercanda. Tapi kamu harus tahu. Jauh sebelum kamu bekerja disini. Dulu memang di perusahaan ini sempat ada masalah."

"Masalah? Tahu dari mana?"

"Jangan anggap remeh gitu. Aku sudah lama berkerja disini. Hampir 6 tahun."

"Yah aku sadar."

"Sadar?"

Melihat anak ini saja rasanya tak percaya bisa bertahan. Orang yang urakan dan aneh begini bisa selama ini. Aku tak sangka ia mampu berkerja disini selama 6 tahun.

"Sudah lanjutkan saja. Aku paham kok kamu sudah lama disini!"

"Sebab itu aku tertarik untuk menyelidikinya. Rasanya memang sangat aneh. Biasanya tak selama ini bu Arifa tidak muncul di perusahaan. Sekalipun ini hanya cabang. Beliau selalu memantau perusahaannya. Bahkan hingga di cabangnya."

"Sebenarnya masalah apa sih?" Tanyaku penasaran.

"Aku masih belum tahu. Hanya samar-samar yang kuketahui."

"Samarnya memang kayak gimana?"

"Aku melihat hubungan bu Arifa sedikit renggang. Biasanya mereka selalu bersama. Aku selalu melihat pak manager selalu meneleponnya. Setiap ada bu Arifa disini, pasti selalu bersama manager."

"Yah pastilah bersama manager. Namanya juga manager."

"Hubungan mereka itu sangat dekat. Mereka sudah seperti saudara sendiri. Kamu boleh tanyakan Tami kalau tidak percaya."

"Tapi yang seperti itu belum bisa dipercaya."

"Mangkanya kubilang masih samar."

Terpopuler

Comments

Nurgusnawati Nunung

Nurgusnawati Nunung

masih teka-teki

2023-10-24

0

Kustri

Kustri

jangan" bener nih bu arifa sdh meninggal, pelaku'a pa kusuma, malam itu hantu bu arifa minta tolong ama maurine spy bs mengungkap kematian'a wkwkkkk
💪💪💪

2023-10-12

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Peristiwa Malam
2 Bab 2 Hal Tak Terduga
3 Bab 3 Terjebak Dalam Rasa Penasaran
4 Bab 4 Pengakuan Yang Tak Digubris
5 Bab 5 Kecurigaan
6 Bab 6 Perbuatan Orang Dalam (POV : Banyu)
7 Bab 7 Sedikit Petunjuk
8 Bab 8 Penghianatan Di Tengah Masalah
9 Bab 9 Dilema
10 Bab 10 Upaya Tak Sia - Sia
11 Bab 11 Teror yang Berlanjut
12 Bab 12 Menemukan Jejak
13 Bab 13 Menyelidiki Keluarga Direktur
14 Bab 14 Kontak Ponsel Direktur
15 Bab 15 Melacak Keberadaan Direktur
16 Bab 16 Kedatangan Sosok
17 Bab 17 Siapa?
18 Bab 18 Akibat dari Teror
19 Bab 19 Orang Dalam yang Tak Disangka
20 Bab 20 Bertemu dengannya
21 Bab 21 Hilang Rasa
22 Bab 22 Perlahan Terungkap
23 Bab 23 Aku Tak Ingin Pulang
24 Bab 24 Jejak yang Terhapus
25 Bab 25 Mengambil Kesempatan
26 Bab 26 Jawaban
27 Bab 27 Bukan Dia
28 Bab 28 Bisikan
29 Bab 29 Kembali Terulang
30 Bab 30 Maafkan
31 Bab 31 Aku Masih Penasaran
32 Bab 32 Ternyata Selama ini
33 Bab 33 Praduga Tak Bersalah
34 Bab 34 Pasrah
35 Bab 35 Bebas
36 Bab 36 Kembalinya Manager
37 Bab 37 Ingin Tahu Tentangnya
38 Bab 38 Telepon Misterius
39 Bab 39 Ancaman
40 Bab 40 Trauma
41 Bab 41 Penyesalan
42 Bab 42 Kesaksian Pertama
43 Bab 43 Tentang Dia
44 Bab 44 Patung Briana
45 Bab 45 Mencari Tahu
46 Bab 46 Mengungkap Misteri
47 Bab 47 Tak Menyangka
48 Bab 48 Aku Melihatnya
49 Bab 49 Kejadian Aneh
50 Bab 50 Kesaksian Kedua
51 Bab 51 Pengakuan Asisten
52 Bab 52 Sebuah Pilihan
53 Bab 53 Menyerahkan Bukti
54 Bab 54 Weekend
55 Bab 55 Pindah Kantor
56 Bab 56 Bangkit
57 Bab 57 Pertama Disini
58 Bab 58 Kiriman
59 Bab 59 Gambar dan Kode
60 Bab 60 Alamat
61 Bab 61 Mencoba Mengartikan
62 Bab 62 Memberi Alasan
63 Bab 63 Menjenguk Tami
64 Bab 64 Upaya Keluar dari Teror
65 Bab 65 Tak Bersua
66 Bab 66 Resign
67 Bab 67 Mulai Terbaca
68 Bab 68 Arti dari Surat
69 Bab 69 Arti Kode Berikutnya
70 Bab 70 Telah Lama Tak Bertemu
71 Bab 71 Di Sebuah Villa
72 Bab 72 Peristiwa di Villa
73 Bab 73 Pulang
74 Bab 74 Jejak
75 Bab 75 Benar Pelaku Orang Dalam (POV : Banyu)
76 Bab 76 Hubungan Rahasia
77 Bab 77 Terulang Lagi
78 Bab 78 Prasangka
79 Bab 79 Siapa Pelakunya?
80 Bab 80 Misteri Gudang
81 Bab 81 Alibi
82 Bab 82 Happy Ending
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1 Peristiwa Malam
2
Bab 2 Hal Tak Terduga
3
Bab 3 Terjebak Dalam Rasa Penasaran
4
Bab 4 Pengakuan Yang Tak Digubris
5
Bab 5 Kecurigaan
6
Bab 6 Perbuatan Orang Dalam (POV : Banyu)
7
Bab 7 Sedikit Petunjuk
8
Bab 8 Penghianatan Di Tengah Masalah
9
Bab 9 Dilema
10
Bab 10 Upaya Tak Sia - Sia
11
Bab 11 Teror yang Berlanjut
12
Bab 12 Menemukan Jejak
13
Bab 13 Menyelidiki Keluarga Direktur
14
Bab 14 Kontak Ponsel Direktur
15
Bab 15 Melacak Keberadaan Direktur
16
Bab 16 Kedatangan Sosok
17
Bab 17 Siapa?
18
Bab 18 Akibat dari Teror
19
Bab 19 Orang Dalam yang Tak Disangka
20
Bab 20 Bertemu dengannya
21
Bab 21 Hilang Rasa
22
Bab 22 Perlahan Terungkap
23
Bab 23 Aku Tak Ingin Pulang
24
Bab 24 Jejak yang Terhapus
25
Bab 25 Mengambil Kesempatan
26
Bab 26 Jawaban
27
Bab 27 Bukan Dia
28
Bab 28 Bisikan
29
Bab 29 Kembali Terulang
30
Bab 30 Maafkan
31
Bab 31 Aku Masih Penasaran
32
Bab 32 Ternyata Selama ini
33
Bab 33 Praduga Tak Bersalah
34
Bab 34 Pasrah
35
Bab 35 Bebas
36
Bab 36 Kembalinya Manager
37
Bab 37 Ingin Tahu Tentangnya
38
Bab 38 Telepon Misterius
39
Bab 39 Ancaman
40
Bab 40 Trauma
41
Bab 41 Penyesalan
42
Bab 42 Kesaksian Pertama
43
Bab 43 Tentang Dia
44
Bab 44 Patung Briana
45
Bab 45 Mencari Tahu
46
Bab 46 Mengungkap Misteri
47
Bab 47 Tak Menyangka
48
Bab 48 Aku Melihatnya
49
Bab 49 Kejadian Aneh
50
Bab 50 Kesaksian Kedua
51
Bab 51 Pengakuan Asisten
52
Bab 52 Sebuah Pilihan
53
Bab 53 Menyerahkan Bukti
54
Bab 54 Weekend
55
Bab 55 Pindah Kantor
56
Bab 56 Bangkit
57
Bab 57 Pertama Disini
58
Bab 58 Kiriman
59
Bab 59 Gambar dan Kode
60
Bab 60 Alamat
61
Bab 61 Mencoba Mengartikan
62
Bab 62 Memberi Alasan
63
Bab 63 Menjenguk Tami
64
Bab 64 Upaya Keluar dari Teror
65
Bab 65 Tak Bersua
66
Bab 66 Resign
67
Bab 67 Mulai Terbaca
68
Bab 68 Arti dari Surat
69
Bab 69 Arti Kode Berikutnya
70
Bab 70 Telah Lama Tak Bertemu
71
Bab 71 Di Sebuah Villa
72
Bab 72 Peristiwa di Villa
73
Bab 73 Pulang
74
Bab 74 Jejak
75
Bab 75 Benar Pelaku Orang Dalam (POV : Banyu)
76
Bab 76 Hubungan Rahasia
77
Bab 77 Terulang Lagi
78
Bab 78 Prasangka
79
Bab 79 Siapa Pelakunya?
80
Bab 80 Misteri Gudang
81
Bab 81 Alibi
82
Bab 82 Happy Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!