Bab 3 Terjebak Dalam Rasa Penasaran

Lolongan anjing di pagi ini menyadarkanku dalam lamunan. Aneh, sepagi ini ada bunyi anjing yang melolong? Atau mungkin ini hanya halusinasiku saja. Tek! tiba-tiba pintu ruangan karyawan terbuka. Tak lama sudah ada beberapa karyawan yang tiba di kantor. Kulihat Tami rekan kerjaku juga telah datang. Aku langsung menyapanya dan mengajaknya bicara.

"Pagi, Tami!"

"Wah tumben Maurine sudah datang."

"Haha, iya aku banyak kerjaan pagi ini."

"Sini aku bantu!"

"Gak usah, Tami. kamu kerjakan saja tugasmu."

"Mumpung pagi ini aku ada luang. Biar pekerjaanmu bisa cepat selesai."

"Gak apa-apa Tami, aku bisa sendiri."

"Oke, kalau perlu bantuan jangan sungkan minta tolong padaku yah!"

"Iya."

Tami memang sangat baik orangnya. Sebenarnya aku sangat ingin memberitahukan masalahku kemarin. Aku takut Tami akan memberitahu pada rekan kerja yang lain. Rasa penasaranku semakin berkecamuk. Hasratku semakin dalam untuk membuka file rekaman CCTV semalam. Aku masih belum jelas melihat rekaman tadi. Kuperhatikan suasana di sekitar, masih belum ramai. Karyawan belum banyak yang datang. Sementara Tami sedang mempersiapkan dokumennya. Apa sebaiknya kubuka saja saat ini di laptopku? Yah, mumpung belum ada orang banyak di ruangan ini.

Aku langsung menarik tas yang kuletakkan di sudut meja kerja. Lalu, kuambil laptop dari dalam tas. Secepat mungkin kubuka file rekaman CCTV itu. Rasa penasaran ini kian bergejolak. Aku tak bisa menahannya lagi, seperti ada yang mengganjal dalam pikiranku. Bayangan hitam itu seperti wujud seseorang yang kulihat kemarin. Aku juga ingin memastikan, benarkah itu ibu Arifa? Atau ia hanya seseorang yang hanya ingin menakutiku saja. Akhirnya kutemukan sosok yang menjadi rasa penasaranku itu. Kuperhatikan hingga kujeda berulangkali. Sosok itu terlihat samar dalam rekaman. Lalu, aku screenshot seseorang yang kucurigai itu.

"Video apa itu Maurine?"

Oh Tuhan! aku terkejut tiba-tiba mendengar ada suara dari belakang. Aku langsung menoleh kebelakang.

"Banyu."

"Nonton apa hayo?"

"Bukan apa-apa kok."

"Film horor yah?"

"Ngapain juga aku nonton film horor pagi-pagi."

"Kerja ayo kerja, nanti ketahuan audit kamu."

"Aku gak nonton, cuma lihat sebentar aja."

"Video apa sih tuh?"

"Huh kepo!"

"Haha, emang salah?"

"Yah, iyalah."

"Aku kan penasaran."

"Udah sana kerja, jangan kepo mulu!"

"Tapi aku benar-benar melihat suasananya seperti di kantor ini."

"Kamu ngomong apa sih Banyu?"

"Jangan-jangan video tadi CCTV yah. Hahaha."

"Memang kelihatannya begitu?"

"Gak bercanda. Kalau iya, hati-hati kamu bisa dimarahin manager loh."

"Kalau direktur yang tahu sendiri gimana?"

"Maksudmu bu Arifa?"

"Gak aku cuma bercanda. Serius banget kamu!"

"Yah aku serius."

Aduh, Jujur perasaanku kacau dan bercampur aduk saat ini. Banyu sepertinya memang curiga padaku. Aku harus bagimana, dia kelihatannya bercanda, ternyata tidak. Perlahan kuhela nafas, kucoba menjernihkan pikiran ini. Sengaja kutenangkan diri ini, agar tidak terlihat mencurigakan. Namun, haruskah aku jujur pada Banyu? Entahlah, saat ini aku hanya mencoba untuk tenang.

"Hey, Maurine!"

"Apa sih?"

"Ditanya melamun aja. Rekaman apa itu?"

"Oke akan aku beri tahu. Tapi mungkin tidak sekarang."

"Kalau dibiarkan belarut-larut bisa jadi bumerang buat kamu."

"Yah, aku tahu. Kasih aku waktu sampai besok."

"Maurine, mumpung belum banyak saksi. Setidaknya kamu jujur mulai dari sekarang."

"Saksi apa maksudmu?"

"Itu rekaman CCTV kantor kan?"

Gawat, Banyu sepertinya sangat curiga padaku. Namanya juga Banyu, seseorang yang sulit untuk kutipu. Dia memang pintar untuk mencari tahu tentang rasa penasarannya. Sepertinya baku harus jujur padanya sekarang. Masalah ini benar-benar menguras pikiranku. Terpaksa aku memberi tahunya. Aku juga tidak ingin ada rasa sesal jika tidak jujur. Namun untuk mengeluarkan sepatah katapun sulit. Bibirku seolah bergetar, tatkala harus jujur. Banyu seperti tidak sabaran mendengar pengakuanku. Langsung saja dia ingin meraih flash diskku. Ia sangat mantap untuk membongkar rahasiaku ini.

"Kamu mau apa Banyu?"

"Pinjam sebentar yah."

"Baiklah aku jujur, ini benar rekaman CCTV kantor."

"Tuh benar kan dugaanku."

"Kemarin aku lembur tanpa sepengetahuan kalian."

"Apa yang terjadi semalam."

"Aku juga tidak tahu."

"Aneh."

"Aku belum selesai bicara. Kemarin malam aku bertemu Bu Arifa."

"Beliau belum pulang dari Paris. Tidak mungkin, apa itu hantu yah?"

"Jangan sembarangan kamu bicara!"

"Hahahaha."

Seketika omongan Banyu membuatku takut. Walaupun terkesan naif, jelas ia menganggap itu hantu. Aku berucap istighfar dalam hati berkali-kali. Kenapa hal ini bisa menimpaku? Belum lagi selesai pekerjaan kantor, aku harus dihadapkan dengan masalah kantor. Apalagi Banyu sudah tahu tentang rahasiaku ini.

"Kalau memang jadi hantu, Bu Arifa meninggal karena apa?" Kata Banyu.

"Hey, jangan sembarangan kamu bicara!" Pungkasku.

"Jadi apalagi kalau bukan hantu?"

"Kalau pun meninggal, pasti beritanya sudah tersebar. Orang seisi kantor pasti heboh!"

"Belum tentu. Kalau kematiannya disembunyikan gimana?"

"Memang siapa yang sembunyikan? Kamu?"

"Kalau aku yang membunuhnya, pasti aku sudah ditangkap polisi. aku ini kan jujur orangnya."

"Aku mau kabur saja dengar kamu bicara."

"Kabur kemana maksudmu?"

"Kemana saja, asal jangan mendengar bicaramu yang omong kosong!"

"Omong kosong dari mana? Aku tidak tahu apa-apa dengan bu Arifa. Lagipula aku tak ada terlibat masalah kemarin."

"Kamu yakin tidak terlibat? Caramu bicara begini saja, sudah menunjukkan kamu terlibat."

"Hahaha, Masa iya?"

"Bicara denganmu ini gak bisa serius apa?"

"Hey, Maurine! Mau kemana kamu? Aku serius kok."

Lebih baik aku pergi menjauh darinya. bicara dengan Banyu membuatku hilang kesabaran. Kenapa juga ia bisa tahu semua. Memangnya ada apa sih di dalam dirinya? Jangan-jangan dia terlibat dengan masalah ini. Sebaiknya aku tak usah berprasangka buruk dulu.

Aku terus melamun karena ini. Jujur aku sampai tak bisa istirahat memikirkannya. Di rumah saja, aku sampai tak dapat tidur. Apalagi untuk makan, aku jadi tak selera. Ibuku sampai menegurku karena ini.

"Maurine, ayo makan. Jaga kesehatanmu, kamu itu sudah capek kerja!" Desak Ibuku.

"Iya Bu. Aku lagi banyak kerjaan." Ujarku.

Aku terpaksa tak jujur pada ibu. Takut jikalau ia banyak pikiran. Namun haruskah aku terus diam. Tanpa aku jujur dan bicara pada ibu. Bahkan dengan mas Alan, haruskah aku juga diam?

Memang seharusnya aku bicara pada suamiku. Bagaimanapun dia suamiku. Dia harus tahu masalah ini. Barangkali ia bisa meringankan bebanku. Apalagi mas Alan adalah seorang psikiater. Ia bisa membantuku menenangkan diri ini. Aku tak mau terus bergumul dengan masalah ini. Rasa penasaranku semakin memuncah. Haruskah aku jujur pada mas Alan. Tapi kapan aku bisa siap menceritakan semua padanya? Semoga ia bisa jadi pendengar yang baik.

Terpopuler

Comments

Nurgusnawati Nunung

Nurgusnawati Nunung

kayaknya misterius

2023-10-24

0

Kustri

Kustri

seruuu

2023-10-12

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Peristiwa Malam
2 Bab 2 Hal Tak Terduga
3 Bab 3 Terjebak Dalam Rasa Penasaran
4 Bab 4 Pengakuan Yang Tak Digubris
5 Bab 5 Kecurigaan
6 Bab 6 Perbuatan Orang Dalam (POV : Banyu)
7 Bab 7 Sedikit Petunjuk
8 Bab 8 Penghianatan Di Tengah Masalah
9 Bab 9 Dilema
10 Bab 10 Upaya Tak Sia - Sia
11 Bab 11 Teror yang Berlanjut
12 Bab 12 Menemukan Jejak
13 Bab 13 Menyelidiki Keluarga Direktur
14 Bab 14 Kontak Ponsel Direktur
15 Bab 15 Melacak Keberadaan Direktur
16 Bab 16 Kedatangan Sosok
17 Bab 17 Siapa?
18 Bab 18 Akibat dari Teror
19 Bab 19 Orang Dalam yang Tak Disangka
20 Bab 20 Bertemu dengannya
21 Bab 21 Hilang Rasa
22 Bab 22 Perlahan Terungkap
23 Bab 23 Aku Tak Ingin Pulang
24 Bab 24 Jejak yang Terhapus
25 Bab 25 Mengambil Kesempatan
26 Bab 26 Jawaban
27 Bab 27 Bukan Dia
28 Bab 28 Bisikan
29 Bab 29 Kembali Terulang
30 Bab 30 Maafkan
31 Bab 31 Aku Masih Penasaran
32 Bab 32 Ternyata Selama ini
33 Bab 33 Praduga Tak Bersalah
34 Bab 34 Pasrah
35 Bab 35 Bebas
36 Bab 36 Kembalinya Manager
37 Bab 37 Ingin Tahu Tentangnya
38 Bab 38 Telepon Misterius
39 Bab 39 Ancaman
40 Bab 40 Trauma
41 Bab 41 Penyesalan
42 Bab 42 Kesaksian Pertama
43 Bab 43 Tentang Dia
44 Bab 44 Patung Briana
45 Bab 45 Mencari Tahu
46 Bab 46 Mengungkap Misteri
47 Bab 47 Tak Menyangka
48 Bab 48 Aku Melihatnya
49 Bab 49 Kejadian Aneh
50 Bab 50 Kesaksian Kedua
51 Bab 51 Pengakuan Asisten
52 Bab 52 Sebuah Pilihan
53 Bab 53 Menyerahkan Bukti
54 Bab 54 Weekend
55 Bab 55 Pindah Kantor
56 Bab 56 Bangkit
57 Bab 57 Pertama Disini
58 Bab 58 Kiriman
59 Bab 59 Gambar dan Kode
60 Bab 60 Alamat
61 Bab 61 Mencoba Mengartikan
62 Bab 62 Memberi Alasan
63 Bab 63 Menjenguk Tami
64 Bab 64 Upaya Keluar dari Teror
65 Bab 65 Tak Bersua
66 Bab 66 Resign
67 Bab 67 Mulai Terbaca
68 Bab 68 Arti dari Surat
69 Bab 69 Arti Kode Berikutnya
70 Bab 70 Telah Lama Tak Bertemu
71 Bab 71 Di Sebuah Villa
72 Bab 72 Peristiwa di Villa
73 Bab 73 Pulang
74 Bab 74 Jejak
75 Bab 75 Benar Pelaku Orang Dalam (POV : Banyu)
76 Bab 76 Hubungan Rahasia
77 Bab 77 Terulang Lagi
78 Bab 78 Prasangka
79 Bab 79 Siapa Pelakunya?
80 Bab 80 Misteri Gudang
81 Bab 81 Alibi
82 Bab 82 Happy Ending
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1 Peristiwa Malam
2
Bab 2 Hal Tak Terduga
3
Bab 3 Terjebak Dalam Rasa Penasaran
4
Bab 4 Pengakuan Yang Tak Digubris
5
Bab 5 Kecurigaan
6
Bab 6 Perbuatan Orang Dalam (POV : Banyu)
7
Bab 7 Sedikit Petunjuk
8
Bab 8 Penghianatan Di Tengah Masalah
9
Bab 9 Dilema
10
Bab 10 Upaya Tak Sia - Sia
11
Bab 11 Teror yang Berlanjut
12
Bab 12 Menemukan Jejak
13
Bab 13 Menyelidiki Keluarga Direktur
14
Bab 14 Kontak Ponsel Direktur
15
Bab 15 Melacak Keberadaan Direktur
16
Bab 16 Kedatangan Sosok
17
Bab 17 Siapa?
18
Bab 18 Akibat dari Teror
19
Bab 19 Orang Dalam yang Tak Disangka
20
Bab 20 Bertemu dengannya
21
Bab 21 Hilang Rasa
22
Bab 22 Perlahan Terungkap
23
Bab 23 Aku Tak Ingin Pulang
24
Bab 24 Jejak yang Terhapus
25
Bab 25 Mengambil Kesempatan
26
Bab 26 Jawaban
27
Bab 27 Bukan Dia
28
Bab 28 Bisikan
29
Bab 29 Kembali Terulang
30
Bab 30 Maafkan
31
Bab 31 Aku Masih Penasaran
32
Bab 32 Ternyata Selama ini
33
Bab 33 Praduga Tak Bersalah
34
Bab 34 Pasrah
35
Bab 35 Bebas
36
Bab 36 Kembalinya Manager
37
Bab 37 Ingin Tahu Tentangnya
38
Bab 38 Telepon Misterius
39
Bab 39 Ancaman
40
Bab 40 Trauma
41
Bab 41 Penyesalan
42
Bab 42 Kesaksian Pertama
43
Bab 43 Tentang Dia
44
Bab 44 Patung Briana
45
Bab 45 Mencari Tahu
46
Bab 46 Mengungkap Misteri
47
Bab 47 Tak Menyangka
48
Bab 48 Aku Melihatnya
49
Bab 49 Kejadian Aneh
50
Bab 50 Kesaksian Kedua
51
Bab 51 Pengakuan Asisten
52
Bab 52 Sebuah Pilihan
53
Bab 53 Menyerahkan Bukti
54
Bab 54 Weekend
55
Bab 55 Pindah Kantor
56
Bab 56 Bangkit
57
Bab 57 Pertama Disini
58
Bab 58 Kiriman
59
Bab 59 Gambar dan Kode
60
Bab 60 Alamat
61
Bab 61 Mencoba Mengartikan
62
Bab 62 Memberi Alasan
63
Bab 63 Menjenguk Tami
64
Bab 64 Upaya Keluar dari Teror
65
Bab 65 Tak Bersua
66
Bab 66 Resign
67
Bab 67 Mulai Terbaca
68
Bab 68 Arti dari Surat
69
Bab 69 Arti Kode Berikutnya
70
Bab 70 Telah Lama Tak Bertemu
71
Bab 71 Di Sebuah Villa
72
Bab 72 Peristiwa di Villa
73
Bab 73 Pulang
74
Bab 74 Jejak
75
Bab 75 Benar Pelaku Orang Dalam (POV : Banyu)
76
Bab 76 Hubungan Rahasia
77
Bab 77 Terulang Lagi
78
Bab 78 Prasangka
79
Bab 79 Siapa Pelakunya?
80
Bab 80 Misteri Gudang
81
Bab 81 Alibi
82
Bab 82 Happy Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!