Bab 19 Orang Dalam yang Tak Disangka

Hari ini aku memulai kembali aktivitas. Aku bisa kembali melanjutkan pekerjaanku. Pagi ini aku sudah masuk kembali ke kantor. Tami sudah menyambutku lebih dulu.

"Selamat pagi, Maurine!"

"Tami."

"Wah, sudah pulih yah. Tambah segar dan cantik kamu."

"Habis sakit kok."

"Sakitmu gak ngelunturin cantikmu."

"Haha. Kamu juga tambah glowing aja, Tami."

"Makasih." Ujar Tami sambil mengibas rambutnya.

"Muka loh bukan rambut."

"Hahaha."

"Aku mau ke ruang Andiz dulu yah."

"Sudah datang dia?"

"Katanya tidur di kantor semalam."

"Sendirian, gak takut dia?"

"Hantunya malah takut sama dia. Hahaha."

"Kamu bikin parno terus. Memang ada hantu di kantor?"

"Bisa jadi."

"Bukan hantu, mungkin jin."

"Sama aja."

"Sering banget kerja sama Andiz. Nanti malah cinlok lagi. Hayo!"

"Andiz udah punya cewek kok."

"Masa? Orangnya pemalu gitu."

"Bisa dong. Dia kan ganteng."

"Ya, juga yah."

"Cuma aku yang masih jomblo nih."

"Mau carikan gak?"

"Mau. Sama siapa?" Tanya Tami antusias.

"Sama Banyu aja mau gak?"

"Ih kok Banyu."

"Kata kamu dia ganteng. Yah, walaupun anaknya urakan."

"Kapan-kapan aja deh, kalau oppa aku pulang ke korea."

"Oppa? Hahaha."

"Jadi buat cadangan aja kalau gak ada oppa?"

"Yah."

Aku menyalakan kembali komputerku. Hari ini aku hendak melanjutkan kembali pekerjaan yang tertunda kemarin.

"Maurine!"

"Banyu, akhirmya datang juga."

"Kamu nungguin aku yah. Kenapa sudah kangen?"

"Gak!"

"Jutek jawabnya. Cepat banget lagi."

"Yah, emang salah?"

"Sedikit."

Saat kami tengah mengobrol Tami muncul. Ia hendak mengambil barang.

"Tami kenapa?"

"Eh, anu ada yang ketinggalan."

"Apa sih?"

"Alat kerjaku."

"Kok bisa?"

"Terlalu semangat ketemu kamu mungkin."

"Hahaha."

Tami pun berlalu meninggalkan kami. Ia tampak buru-buru sekali.

"Aku kemarin melihat ulang videonya loh."

"Oh gitu."

"Aku seperti mengenal wanita di video itu."

"Kamu kenal, siapa?"

"Bukan bu Arifa yah, dia yang diam-diam sengaja mengambil video CCTV."

"Siapa?"

"Aku mau bilang ke kamu. Namun aku masih belum yakin."

"Katakan saja. Gak apa kok."

"Tapi kamu bisa jaga rahasia kan?"

"Kamu ini takut sekali. Aku malah lebih khawatir dengan masalah ini. Jadi apapun yang terjadi, itu tanggung jawabku!"

"Dugaan sementaraku, yang mengambil video itu wanita. Dia Tami."

"Apa? Kamu yakin?"

"Masih dugaan sementara."

"Gak mungkin, Tami itu baik sekali orangnya. Dia dari dulu selalu bersikap baik padaku. Kamu tahu gak? Dulu waktu aku pertama kali masuk kerja, dia hampir menyelematkan nyawaku. Aku hampir saja tertimpa puluhan patung manekin!"

"Kamu jangan marah dulu. Itu kan baru dugaanku."

"Yah. Aku harap begitu."

"Aku juga percaya Tami orangnya sangat baik. Cuma kita harus tahu disini mana yang benar dan salah."

"Semoga bukan Tami."

"Sini kuperlihatkan!"

"Apa?"

"Aku sudah menyimpan screenshot wanita itu. Topi kupluk yang dia pakai sempat terbuka. Lihat kulitnya mulus seperti wanita, caranya berjalan. Ini yang lebih meyakinkanku. Screenshot wanita itu sempat terbuka kupluknya!"

Banyu menjelaskanku sambil menerangkan sedetail mungkin.

"Ini lihat, mukanya dari samping terlihat!"

"Iya seperti Tami. Tapi bisa saja potongannya memang mirip."

"Kamu masih ragu?"

"Entahlah."

"Aku ke ruang kerjaku dulu yah. Gini, aku bukannya maksud memperburuk hubunganmu dengannya. Aku juga merasa Tami itu sangat baik. Tapi kita gak ada salahnya bersikap hati-hati dulu dengannya."

"Ya."

Aku jadi tambah galau. Tak mungkin aku tak tak mendengarkan saran Banyu. Lagipula ini untuk diriku sendiri.

***

Di kantor aku seperti orang celingukan saja. Aku jadi tak berani menyapa Tami. Apalagi meja kerjanya tepat disampingku.

"Maurine, hey!" Sapa Tami.

"Yah Tami."

"Ayo makan siang bareng!"

"Hari ini aku pesan bento."

"Loh kenapa?"

"Lagi pengen aja."

"Oh kondisimu masih lemah yah?"

"Ya."

"Oke, aku duluan yah!"

"Ya."

Setelah makan siang, Tami malah kembali ke kantor dengan membawakanku potongan buah.

"Maurine! Nih tadi aku kan makan di fastfood. Di sampingnya ada stand jualan buah potongan. Masih segar-segar loh. Ada buah melon, alpukat, peach, dan lain-lain."

"Wah enak yah."

"Ini buat kamu!"

"Jangan Tami gak usah."

"Ayolah diterima. Anggap ini gantiku karena gak jenguk kamu yang sakit."

"Iya kemarin Banyu memang berencana gitu ngajak kamu. Tapi aku bilang tak usah. Sebentar lagi aku juga akan pulih."

"Ya. Tapi diterima yah buahnya. Biasanya kamu belum dikasih udah minta, hehe. Masa ini ditolak?"

"Mungkin karena bawakan baru sembuh. Aku jadi tak terlalu nafsu makan."

"Yah sudah dicoba! Dijamin badanmu segar loh."

"Ya."

"Ayo ambil Maurine!"

Aku mengambil sekotak buah dari Tami. Rasanya memang tak enak hati jika kutolak.

"Ini aku ada satu lagi loh. Ayo dicicipi!"

"Ini kebanyakan Tami. Aku cukup yang ini saja."

"Masa gak mau? Ini sudah kubuka loh."

Melihat wajah Tami, aku seolah mengingat kembali teror yang kualami.

"Ayo dicoba!" Pintanya.

"A-aku makan yang ini saja yah!"

"Yah.."

Aku langsung membuka sendiri sekotak potongan buah yang diberikannya tadi. Kuambil sepotong, lalu kumakan. Entah mengapa terasa berat saat aku mengunyahnya. Jangan sampai aku diteror lagi. Itulah yang dalam benakku.

"Enak gak?"

"Enak, segar."

"Syukurlah kamu suka. Semoga lekas lebih baik lagi Maurine."

"Yah, Tami."

Dalam kepalaku sekarang ketika berhadapan dengan Tami, hanya ada kata celaka. Tami maafkan aku. Kamu sangat baik. Aku tak bisa kalau menyakitimu terus. Apa memang benar kamu orang dalam dari kasus ini?

Saat pulang, aku merasa semua ototku sudah bekerja. Badanku terasa kembali segar dan sehat. Ternyata harus banyak bergerak biar cepat pulih. Sebaiknya aku olahraga rutin tiap pekan. Jadi kondisiku tetap sehat.

Aku kemudian menutup jendela. Hari sudah menjelang maghrib. Namun, aku sangat kaget saat melihat ada gumpalan kertas. Benda itu tersangkut di sela jendela dalam. Pikirku mungkin mas Alan yang membuangnya. Namun tak lantas keluar jendela. Saat kupegang, betapa kagetnya aku. Ternyata di dalamnya berisi batu. Saat kubuka kertas itu bertuliskan tulisan. Tulisan itu berwarna merah darah. Seketika tanganku gemetaran saat memegangnya.

"Teror lagi? Hidup atau mati?"

Di kertas itu bertuliskan kalimat hidup atau mati?

Aku tak bisa menahan rasa takut ini. Mas Alan belum juga pulang. Spontan aku langsung menelepon Banyu. Disaat seperti ini, aku malah ingin menelponnya. Sebab hanya dia yang tahu bahwa aku punya masalah. Namun aku masih belum berani bicara pada mas Alan. Aku tak mau dia marah padaku. Itu karena aku lembur malam sendirian di kantor.

"Hallo Banyu?"

"Ada apa Maurine?"

"Aku kembali diteror."

"Kok bisa?"

"Kemarin aku sama sekali tak mendapatkan teror. Aku heran, setiap kerja aku selalu mengalaminya."

Terpopuler

Comments

Kustri

Kustri

yaa siapapun bs jd tersangka
lanjuuuut

2023-10-13

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Peristiwa Malam
2 Bab 2 Hal Tak Terduga
3 Bab 3 Terjebak Dalam Rasa Penasaran
4 Bab 4 Pengakuan Yang Tak Digubris
5 Bab 5 Kecurigaan
6 Bab 6 Perbuatan Orang Dalam (POV : Banyu)
7 Bab 7 Sedikit Petunjuk
8 Bab 8 Penghianatan Di Tengah Masalah
9 Bab 9 Dilema
10 Bab 10 Upaya Tak Sia - Sia
11 Bab 11 Teror yang Berlanjut
12 Bab 12 Menemukan Jejak
13 Bab 13 Menyelidiki Keluarga Direktur
14 Bab 14 Kontak Ponsel Direktur
15 Bab 15 Melacak Keberadaan Direktur
16 Bab 16 Kedatangan Sosok
17 Bab 17 Siapa?
18 Bab 18 Akibat dari Teror
19 Bab 19 Orang Dalam yang Tak Disangka
20 Bab 20 Bertemu dengannya
21 Bab 21 Hilang Rasa
22 Bab 22 Perlahan Terungkap
23 Bab 23 Aku Tak Ingin Pulang
24 Bab 24 Jejak yang Terhapus
25 Bab 25 Mengambil Kesempatan
26 Bab 26 Jawaban
27 Bab 27 Bukan Dia
28 Bab 28 Bisikan
29 Bab 29 Kembali Terulang
30 Bab 30 Maafkan
31 Bab 31 Aku Masih Penasaran
32 Bab 32 Ternyata Selama ini
33 Bab 33 Praduga Tak Bersalah
34 Bab 34 Pasrah
35 Bab 35 Bebas
36 Bab 36 Kembalinya Manager
37 Bab 37 Ingin Tahu Tentangnya
38 Bab 38 Telepon Misterius
39 Bab 39 Ancaman
40 Bab 40 Trauma
41 Bab 41 Penyesalan
42 Bab 42 Kesaksian Pertama
43 Bab 43 Tentang Dia
44 Bab 44 Patung Briana
45 Bab 45 Mencari Tahu
46 Bab 46 Mengungkap Misteri
47 Bab 47 Tak Menyangka
48 Bab 48 Aku Melihatnya
49 Bab 49 Kejadian Aneh
50 Bab 50 Kesaksian Kedua
51 Bab 51 Pengakuan Asisten
52 Bab 52 Sebuah Pilihan
53 Bab 53 Menyerahkan Bukti
54 Bab 54 Weekend
55 Bab 55 Pindah Kantor
56 Bab 56 Bangkit
57 Bab 57 Pertama Disini
58 Bab 58 Kiriman
59 Bab 59 Gambar dan Kode
60 Bab 60 Alamat
61 Bab 61 Mencoba Mengartikan
62 Bab 62 Memberi Alasan
63 Bab 63 Menjenguk Tami
64 Bab 64 Upaya Keluar dari Teror
65 Bab 65 Tak Bersua
66 Bab 66 Resign
67 Bab 67 Mulai Terbaca
68 Bab 68 Arti dari Surat
69 Bab 69 Arti Kode Berikutnya
70 Bab 70 Telah Lama Tak Bertemu
71 Bab 71 Di Sebuah Villa
72 Bab 72 Peristiwa di Villa
73 Bab 73 Pulang
74 Bab 74 Jejak
75 Bab 75 Benar Pelaku Orang Dalam (POV : Banyu)
76 Bab 76 Hubungan Rahasia
77 Bab 77 Terulang Lagi
78 Bab 78 Prasangka
79 Bab 79 Siapa Pelakunya?
80 Bab 80 Misteri Gudang
81 Bab 81 Alibi
82 Bab 82 Happy Ending
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1 Peristiwa Malam
2
Bab 2 Hal Tak Terduga
3
Bab 3 Terjebak Dalam Rasa Penasaran
4
Bab 4 Pengakuan Yang Tak Digubris
5
Bab 5 Kecurigaan
6
Bab 6 Perbuatan Orang Dalam (POV : Banyu)
7
Bab 7 Sedikit Petunjuk
8
Bab 8 Penghianatan Di Tengah Masalah
9
Bab 9 Dilema
10
Bab 10 Upaya Tak Sia - Sia
11
Bab 11 Teror yang Berlanjut
12
Bab 12 Menemukan Jejak
13
Bab 13 Menyelidiki Keluarga Direktur
14
Bab 14 Kontak Ponsel Direktur
15
Bab 15 Melacak Keberadaan Direktur
16
Bab 16 Kedatangan Sosok
17
Bab 17 Siapa?
18
Bab 18 Akibat dari Teror
19
Bab 19 Orang Dalam yang Tak Disangka
20
Bab 20 Bertemu dengannya
21
Bab 21 Hilang Rasa
22
Bab 22 Perlahan Terungkap
23
Bab 23 Aku Tak Ingin Pulang
24
Bab 24 Jejak yang Terhapus
25
Bab 25 Mengambil Kesempatan
26
Bab 26 Jawaban
27
Bab 27 Bukan Dia
28
Bab 28 Bisikan
29
Bab 29 Kembali Terulang
30
Bab 30 Maafkan
31
Bab 31 Aku Masih Penasaran
32
Bab 32 Ternyata Selama ini
33
Bab 33 Praduga Tak Bersalah
34
Bab 34 Pasrah
35
Bab 35 Bebas
36
Bab 36 Kembalinya Manager
37
Bab 37 Ingin Tahu Tentangnya
38
Bab 38 Telepon Misterius
39
Bab 39 Ancaman
40
Bab 40 Trauma
41
Bab 41 Penyesalan
42
Bab 42 Kesaksian Pertama
43
Bab 43 Tentang Dia
44
Bab 44 Patung Briana
45
Bab 45 Mencari Tahu
46
Bab 46 Mengungkap Misteri
47
Bab 47 Tak Menyangka
48
Bab 48 Aku Melihatnya
49
Bab 49 Kejadian Aneh
50
Bab 50 Kesaksian Kedua
51
Bab 51 Pengakuan Asisten
52
Bab 52 Sebuah Pilihan
53
Bab 53 Menyerahkan Bukti
54
Bab 54 Weekend
55
Bab 55 Pindah Kantor
56
Bab 56 Bangkit
57
Bab 57 Pertama Disini
58
Bab 58 Kiriman
59
Bab 59 Gambar dan Kode
60
Bab 60 Alamat
61
Bab 61 Mencoba Mengartikan
62
Bab 62 Memberi Alasan
63
Bab 63 Menjenguk Tami
64
Bab 64 Upaya Keluar dari Teror
65
Bab 65 Tak Bersua
66
Bab 66 Resign
67
Bab 67 Mulai Terbaca
68
Bab 68 Arti dari Surat
69
Bab 69 Arti Kode Berikutnya
70
Bab 70 Telah Lama Tak Bertemu
71
Bab 71 Di Sebuah Villa
72
Bab 72 Peristiwa di Villa
73
Bab 73 Pulang
74
Bab 74 Jejak
75
Bab 75 Benar Pelaku Orang Dalam (POV : Banyu)
76
Bab 76 Hubungan Rahasia
77
Bab 77 Terulang Lagi
78
Bab 78 Prasangka
79
Bab 79 Siapa Pelakunya?
80
Bab 80 Misteri Gudang
81
Bab 81 Alibi
82
Bab 82 Happy Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!