Bab 8 Penghianatan Di Tengah Masalah

Setelah melihat rekaman CCTV, kami pulang. Saat aku beranjak dari cafe, pandanganku teralihkan. Aku seperti melihat keberadaan mas Alan disini. Langsung saja aku kembali ke pintu masuk cafe.

"Maurine!" Seru Banyu.

"Aku seperti melihat suamiku tadi. Kamu pulanglah duluan."

"Oh, oke."

Itu mas Banyu atau bukan? Semoga saja ini hanya halusinasiku. Aku berharap ini bukan pengaruh dari masalah kantor. Jangan sampai aku jadi sering berhalusinasi karena ini. Nah, ternyata benar, itu mas Alan. Tapi, belum lagi aku memanggilnya, ada sosok wanita di samping dia. Mereka hanya berdua saja. Aku langsung menghampirinya.

"Mas Alan!" Seruku sambil meraih tangan Mas Alan.

"Maurine?"

"Mas kesini juga?"

"Iya. Kok gak bilang di Cafe Coffee?"

"Aku lupa kasih tahu. Mas gak ada tanya."

"Yah, maaf."

"Ini siapa?" Tanyaku.

"Rekan kerjaku."

"Rekan kerja? Aku kesini sama rekan kerja juga tadi."

"Mana?"

"Dia sudah pulang."

"Mas ada kerjaan disini sama dia?"

"Iya."

Tiba-tiba wanita itu berubah masam mukanya. Ia seperti ingin pergi dari tempat ini. Seolah ia merasa tidak nyaman denganku.

"Alan, aku pulang dulu yah. Kata ibuku service AC nya sudah datang."

"Service AC?"

"Iya."

"Oh, yah. hati-hati!"

"Pulang dulu, Mbak." Ungkapnya lirih

"Iya."

Wanita itu pergi berlalu dengan langkah tergesa-gesa. Barangkali ia ingin cepat pulang.

"Namanya siapa?"

"Kamu belum sempat kenalan tadi?"

"Dia langsung pulang kok."

"Erissa namanya."

"Cantik juga yah, tingginya juga semampai."

"Kalau tahu gitu, kita tadi janjian berdua disini. Sama-sama bahas kerjaan kan?"

"Iya. lebih bagus memang kalau janjian." Jawabku ketus.

"Kamu kenapa jawabnya kayak marah gitu?" Ujar Mas Alan sambil sumringah.

"Gak kenapa-napa kok. Cuma lebih bagus Mas jujur aja."

"Jangan cemburuan gitu!"

"Emang gak boleh?"

"Asal jangan berlebihan saja."

"Gak berlebihan, Mas. Setidaknya Mas berusaha biar aku gak cemburu."

"Jadi aku harus gimana?"

"Yah, minimal telepon aku. Kasih tahu kamu dimana."

"Yah, Maaf. Tadi aku mendadak jadi lupa."

"Lupa?"

"Yah. Nah kamu tadi disini sama teman cewek apa cowok?"

"Cowok."

"Tuh kan. aku gak tahu kalau cowok."

"Aku gak suka sama dia kok."

"Sudahlah, kamu mau pulang atau tetap disini?"

"Pulang ajalah."

"Ayo!"

"Aku kan bawa mobil sendiri Mas."

"Memang apa salahnya bareng ke parkiran?"

"Teman wanitamu tadi gak diajak pulang?"

"Sudahlah itu urusan dia."

"Pulanglah duluan!" Ujarku.

"Loh kenapa?" Tanya mas Alan.

"Aku masih mau ke tempat lain."

"Kemana?"

"Ke taman atau kemana."

"Kamu mau ke taman?"

"Mungkin."

"Taman mana? Biar aku susul."

"Belum tahu."

"Nanti chat saja aku."

"Kalau juga jadi ke taman."

"Yah chat saja!"

Mas Alan langsung pergi dengan mobilnya. Aneh, aku tadi seperti melihat mereka berpegangan tangan berdua. Sedangkan aku saja sama Banyu, seperti Tom dan Jerry. Kami berantem terus, sementara mas Alan? Aku bisa tambah stres, kalau mentalku tabrakan kayak gini. Ketika ada masalah kantor, aku dan mas Alan juga. Jangan sampai terjadi seperti itu. Sepanjang perjalanan pulang, pikiranku masih dihantui rasa cemas. Apalagi aku pulang terpisah dengan mas Alan. Aku pulang bawa kendaraan sendiri. Sudah terbiasa aku pergi dan pulang kerja sendirian. Aku takut karena kesibukanku, mas Alan jadi lalai dari pengawasanku.

Aku masih galau harus kemana? Pikiranku terasa kacau. Aku rasa tak ingin pulang. Aku hanya ingin sendiri. Pikiranku masih bingung, aku lantas masuk ke mobil. Lalu, kukemudikan mobilku. Aku tak tahu arah kemana. Aku terus berjalan. Mas Alan itu tak memikirkan perasaanku sepertinya. Aku seperti tidak fokus membawa kendaraan. Hampir saja aku menabrak tempat sampah di pinggir jalan. Aku langsung memutar ke arah kanan. Lalu kuinjak rem untuk berhenti. Aku sungguh kaget dengan yang terjadi. Untung saja ini jalan sepi. Aku takut kalau ada orang lain bisa celaka. Jangan sampai karena ulahku membuat semuanya kacau. Tiba-tiba aku kepikiran ke suatu tempat. Lalu aku mencoba ke arah lain. Sepertinya kuurungkan saja untuk duduk di taman. Aku jadi berniat ke kantor pusat. Barangkali saja aku melihat bu Arifa disana. Aku langsung membelokkan arah ke kantor pusat. Kalau tidak salah, tidak perlu menunggu lama untuk kesana. Kemungkinan sekitar setengah jam.

Akhirnya aku tiba juga disana. Aku memperhatikan keadaan di sekitar sana. Sudah kurang lebih satu jam aku disini. Namun tak kudapatkan petunjuk. Hanya kulihat sekilas ada sebuah mobil alphard yang keluar dari kantor. Sayangnya aku belum pernah melihat bu Arifa. Bodohnya aku tidak minta foto bu Arifa pada Banyu. Aku akhirnya memilih untuk pulang. Rasanya sia-sia juga kesini.

***

"Hallo?"

"Hallo Maurine. Kamu bisa kirim file video itu gak? kirimnya ke emailku saja."

"Gak bisa Banyu. Itu rahasia, kita langsung bertemu saja kalau ingin lihat."

"Kamu kok kayak gak percaya gitu sih?"

Di saat seperti ini, Banyu malah sibuk mau minta video itu. Tiba-tiba dia telepon.

"Baiklah kukirimkan saja file yang penting. Gimana kalau video saat ada orang lain itu?"

"Kenapa gak semuanya?"

"Aku lagi banyak kerjaan. Besok-besok saja kalau kamu mau, langsung minta."

"Yah sudah. Kirimkan saja yang katamu itu."

"Ada yang dibicarakan lagi tidak? Kalau tidak, aku mau pulang."

"Kamu belum pulang juga?"

"Belum, aku lagi di jalan sekarang."

"Kamu tadi benar ketemu sama suamimu yah?"

"Iya. Lagipula tidak penting kamu tanyakan. Dia juga suamiku."

"Berarti kamu lagi sama dia nih?"

"Suamiku bawa mobil sendiri. Kami sekarang terpisah pulangnya. Tapi memang sama-sama arah mau ke rumah."

"Jadi sekarang kamu lagi pulang sendiri?"

"Yah, benar sekali. Bahkan aku lagi bawa mobil."

"Kamu lagi mengemudi? Aduh maaf Maurine, aku tidak tahu. Maaf ganggu kamu pulang yah. Lebih baik tadi kamu matikan saja telepon dariku."

"Gimana mau diriject? Sedangkan kamu bolak-balik gak ada putusnya telepon."

"Yah setidaknya beri tahu saja kamu lagi di jalan. Jadi aku putuskan teleponnya."

"Yah sudahlah. Aku mau pulang ini. Jadi putus gak teleponnya?"

"Iya jadi."

Aku langsung mematikan teleponnya. Banyu ini benar-benar ribet orangnya. Rasanya mau bernapas lepas dari dia saja sulit. Ada saja yang dilakukannya. Masalah bu Arifa, mas Alan, Banyu juga. Kenapa sebanyak ini yang membuatku pusing? Aku hanya ingin kerja. Bukan untuk membuat masalah. Kalaupun lembur aku tahu itu memang salahku. Tiba-tiba teleponku berdering lagi. Sontak saja aku langsung naik emosi. Ini anak gak ada putusnya bikin ribet.

"Halo. Mau apa lagi kamu?"

"Kenapa jawabnya marah gitu?"

"Eh, Mas Alan?"

"Sudah jangan banyak emosi. Nanti kamu gak fokus bawa mobilnya!"

"Iya, maaf."

"Jangan banyak pikiran. Gimana jadi ke taman?"

"Gak jadi, ini lagi di jalan mau pulang."

"Oke. Hati-hati."

"Yah Mas."

Ternyata mas Alan yang telepon. Aku merasa malu sekali. Ia pasti mengira aku stres sejak tadi karena dia.

Terpopuler

Comments

Kustri

Kustri

hrs'a tunggu dl, lihat apa yg dilakukan alan ama wanita tadi spy tau ada apa mereka

2023-10-12

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Peristiwa Malam
2 Bab 2 Hal Tak Terduga
3 Bab 3 Terjebak Dalam Rasa Penasaran
4 Bab 4 Pengakuan Yang Tak Digubris
5 Bab 5 Kecurigaan
6 Bab 6 Perbuatan Orang Dalam (POV : Banyu)
7 Bab 7 Sedikit Petunjuk
8 Bab 8 Penghianatan Di Tengah Masalah
9 Bab 9 Dilema
10 Bab 10 Upaya Tak Sia - Sia
11 Bab 11 Teror yang Berlanjut
12 Bab 12 Menemukan Jejak
13 Bab 13 Menyelidiki Keluarga Direktur
14 Bab 14 Kontak Ponsel Direktur
15 Bab 15 Melacak Keberadaan Direktur
16 Bab 16 Kedatangan Sosok
17 Bab 17 Siapa?
18 Bab 18 Akibat dari Teror
19 Bab 19 Orang Dalam yang Tak Disangka
20 Bab 20 Bertemu dengannya
21 Bab 21 Hilang Rasa
22 Bab 22 Perlahan Terungkap
23 Bab 23 Aku Tak Ingin Pulang
24 Bab 24 Jejak yang Terhapus
25 Bab 25 Mengambil Kesempatan
26 Bab 26 Jawaban
27 Bab 27 Bukan Dia
28 Bab 28 Bisikan
29 Bab 29 Kembali Terulang
30 Bab 30 Maafkan
31 Bab 31 Aku Masih Penasaran
32 Bab 32 Ternyata Selama ini
33 Bab 33 Praduga Tak Bersalah
34 Bab 34 Pasrah
35 Bab 35 Bebas
36 Bab 36 Kembalinya Manager
37 Bab 37 Ingin Tahu Tentangnya
38 Bab 38 Telepon Misterius
39 Bab 39 Ancaman
40 Bab 40 Trauma
41 Bab 41 Penyesalan
42 Bab 42 Kesaksian Pertama
43 Bab 43 Tentang Dia
44 Bab 44 Patung Briana
45 Bab 45 Mencari Tahu
46 Bab 46 Mengungkap Misteri
47 Bab 47 Tak Menyangka
48 Bab 48 Aku Melihatnya
49 Bab 49 Kejadian Aneh
50 Bab 50 Kesaksian Kedua
51 Bab 51 Pengakuan Asisten
52 Bab 52 Sebuah Pilihan
53 Bab 53 Menyerahkan Bukti
54 Bab 54 Weekend
55 Bab 55 Pindah Kantor
56 Bab 56 Bangkit
57 Bab 57 Pertama Disini
58 Bab 58 Kiriman
59 Bab 59 Gambar dan Kode
60 Bab 60 Alamat
61 Bab 61 Mencoba Mengartikan
62 Bab 62 Memberi Alasan
63 Bab 63 Menjenguk Tami
64 Bab 64 Upaya Keluar dari Teror
65 Bab 65 Tak Bersua
66 Bab 66 Resign
67 Bab 67 Mulai Terbaca
68 Bab 68 Arti dari Surat
69 Bab 69 Arti Kode Berikutnya
70 Bab 70 Telah Lama Tak Bertemu
71 Bab 71 Di Sebuah Villa
72 Bab 72 Peristiwa di Villa
73 Bab 73 Pulang
74 Bab 74 Jejak
75 Bab 75 Benar Pelaku Orang Dalam (POV : Banyu)
76 Bab 76 Hubungan Rahasia
77 Bab 77 Terulang Lagi
78 Bab 78 Prasangka
79 Bab 79 Siapa Pelakunya?
80 Bab 80 Misteri Gudang
81 Bab 81 Alibi
82 Bab 82 Happy Ending
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1 Peristiwa Malam
2
Bab 2 Hal Tak Terduga
3
Bab 3 Terjebak Dalam Rasa Penasaran
4
Bab 4 Pengakuan Yang Tak Digubris
5
Bab 5 Kecurigaan
6
Bab 6 Perbuatan Orang Dalam (POV : Banyu)
7
Bab 7 Sedikit Petunjuk
8
Bab 8 Penghianatan Di Tengah Masalah
9
Bab 9 Dilema
10
Bab 10 Upaya Tak Sia - Sia
11
Bab 11 Teror yang Berlanjut
12
Bab 12 Menemukan Jejak
13
Bab 13 Menyelidiki Keluarga Direktur
14
Bab 14 Kontak Ponsel Direktur
15
Bab 15 Melacak Keberadaan Direktur
16
Bab 16 Kedatangan Sosok
17
Bab 17 Siapa?
18
Bab 18 Akibat dari Teror
19
Bab 19 Orang Dalam yang Tak Disangka
20
Bab 20 Bertemu dengannya
21
Bab 21 Hilang Rasa
22
Bab 22 Perlahan Terungkap
23
Bab 23 Aku Tak Ingin Pulang
24
Bab 24 Jejak yang Terhapus
25
Bab 25 Mengambil Kesempatan
26
Bab 26 Jawaban
27
Bab 27 Bukan Dia
28
Bab 28 Bisikan
29
Bab 29 Kembali Terulang
30
Bab 30 Maafkan
31
Bab 31 Aku Masih Penasaran
32
Bab 32 Ternyata Selama ini
33
Bab 33 Praduga Tak Bersalah
34
Bab 34 Pasrah
35
Bab 35 Bebas
36
Bab 36 Kembalinya Manager
37
Bab 37 Ingin Tahu Tentangnya
38
Bab 38 Telepon Misterius
39
Bab 39 Ancaman
40
Bab 40 Trauma
41
Bab 41 Penyesalan
42
Bab 42 Kesaksian Pertama
43
Bab 43 Tentang Dia
44
Bab 44 Patung Briana
45
Bab 45 Mencari Tahu
46
Bab 46 Mengungkap Misteri
47
Bab 47 Tak Menyangka
48
Bab 48 Aku Melihatnya
49
Bab 49 Kejadian Aneh
50
Bab 50 Kesaksian Kedua
51
Bab 51 Pengakuan Asisten
52
Bab 52 Sebuah Pilihan
53
Bab 53 Menyerahkan Bukti
54
Bab 54 Weekend
55
Bab 55 Pindah Kantor
56
Bab 56 Bangkit
57
Bab 57 Pertama Disini
58
Bab 58 Kiriman
59
Bab 59 Gambar dan Kode
60
Bab 60 Alamat
61
Bab 61 Mencoba Mengartikan
62
Bab 62 Memberi Alasan
63
Bab 63 Menjenguk Tami
64
Bab 64 Upaya Keluar dari Teror
65
Bab 65 Tak Bersua
66
Bab 66 Resign
67
Bab 67 Mulai Terbaca
68
Bab 68 Arti dari Surat
69
Bab 69 Arti Kode Berikutnya
70
Bab 70 Telah Lama Tak Bertemu
71
Bab 71 Di Sebuah Villa
72
Bab 72 Peristiwa di Villa
73
Bab 73 Pulang
74
Bab 74 Jejak
75
Bab 75 Benar Pelaku Orang Dalam (POV : Banyu)
76
Bab 76 Hubungan Rahasia
77
Bab 77 Terulang Lagi
78
Bab 78 Prasangka
79
Bab 79 Siapa Pelakunya?
80
Bab 80 Misteri Gudang
81
Bab 81 Alibi
82
Bab 82 Happy Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!