Bab 15 Melacak Keberadaan Direktur

Aku dengan cekatan melihat satu persatu daftar kontak telepon. Kemudian ada yang menelepon resepsionis. Saat dia lengah, aku langsung membolak-balik lembaran buku telepon. Aku mencari kontak handphone bu Arifa. Kulihat Banyu tak ada lagi di sisiku. Anak itu sebenarnya sedang apa?

Banyu bisa jadi mengambil kesempatan ini. Mungkin ia takut akan akan dicurigai. Bisa jadi ia yang menelepon resepsionis untuk mengulur waktu. Salahku juga sampai berlari kesini.

Akhirnya aku menemukan kontak ponsel bu Arifa. Sebagai atasan, mereka tentu sering menghubunginya. Aku sangat bahagia sekali saat menemukannya. Kemudian aku pergi setelah mendapatkannya.

"Yes! Akhirnya kudapatkan kontak bu Arifa." Seruku dengan nada pelan.

"Kamu ini cepat sekali larinya. Aku sampai tersengal-sengal ini."

"Kenapa? Aku tak harus jadi atlit kok untuk cepat!"

"Gak nyambung bicaramu."

"Yah terserahlah. Lihat aku dapat kontak ponsel bu Arifa!"

"Dicoba dulu, mana tahu gak aktif. Bisa jadi itu nomor lama."

"Ya. Tadi kamu ada telepon ke resepsionis yah?"

"Gak ada. Ngapain aku buang waktu telepon kesana?"

"Jadi bukan kamu?"

"Yah. Hanya menghabiskan waktuku saja. Resepsionis juga tahu nanti. Ngapain aku disini kurang kerjaan telepon. Malah ngabisin pulsaku."

"Mungkin tadi memang aku lagi beruntung yah. Waktu aku mau lihat buku telepon, ada yang menghubungi resepsionis."

"Yah semoga kamu memang sedang beruntung."

"Apaan sih Banyu?"

"Nomor ini nanti jangan lupa kamu hubungi."

"Yah. Tapi aku mungkin akan pakai nomor lain. Aku tak ingin nanti dicurigai."

"Oke. Gimana bagusnya menurutmu. Yah sudah aku ke ruang kerjaku dulu. Banyak kerjaan nih."

"Iya kamu jangan terlalu sibuk denganku. Sebaiknya utamakan pekerjaanmu dulu."

"Yah."

Lalu, aku kembali ke meja kerjaku. Rasanya kegalauanku berkurang. Aku merasa tenang sekarang. Untung saja tak ada penghalang saat aku mencarinya.

"Maurine!"

"Eh, Tami ada apa?"

"Manager manggil kamu tuh. Tadi kamu dicariin."

"Dia tadi cari aku?"

"Yah. Waktu aku mau memanggilmu, kamu gak ada. Jadi kukatakan, kalau kamu ada akan kuberi tahu."

"Yah, makasih."

"Ke toilet yah tadi?"

"Gak. Aku ke lantai bawah barusan."

"Ngapain?"

"Mau tanya nomor telepon servis AC."

"Buat apa?"

"Biasalah urusan rumah."

"Oh.."

"Kulihat kemarin ada servis AC. Kebetulan aku lagi cari tukang servis yang bagus."

"Yah. Buruan ke ruang manager. Kamu tadi dicariin!"

"Duh, iya. Aku kesana dulu yah. Kayaknya dia nanyain tugas kerjaku deh."

"Oke."

***

Aku sudah menyerahkan tugasku pada manager. Hari ini pula aku sudah mendapatkan nomor bu Arifa. Sepulang kerja, aku mampir ke counter handphone. Niatku ingin membeli kartu perdana. Aku ingin menelepon bu Arifa dengan nomor lain. Beliau jangan sampai tahu aku yang meneleponnya.

Setelah membeli kartu perdana, aku lantas mendaftarkannya. Malam harinya, aku coba tes menelepon beliau. Aku hendak memastikan nomornya aktif atau tidak.

"Maaf, nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Cobalah beberapa saat lagi."

"Apa gak aktif?"

Betapa kagetnya aku, ternyata yang dikira Banyu itu benar. Saat kutelepon, nomor bu Arifa malah tidak aktif. Hanya ada pesan suara dari operator. Aku lantas menelepon Banyu tentang hal ini.

"Halo?"

"Ada apa Maurine? Tumben telepon aku malam begini?"

"Kamu benar Banyu. Sudah kucoba telepon nomor ponsel bu Arifa. Kutelepon berkali-kali nyatanya tidak aktif."

"Tuh kan apa kubilang. Bu Arifa itu sangat tertutup sekali. Dia bisa saja menyelidikimu. Lalu, dia langsung menonaktifkan ponselnya."

"Masa iya? Kamu jangan nakutin aku kayak gitu!"

"Sejak dari awal kamu gak merasa apa? Mangkanya aku masih pikirin cara yang benar agar dapat kontaknya. Tapi kamu malah gak sabaran."

"Apa nomornya memang gak digunakan lagi yah?"

"Orang penting bisa ganti nomor handphone? Jelas-jelas bu Arifa itu banyak rekan bisnis. Mana mungkin dia ganti nomor terus. Sudahlah jangan dipusingkan. Besok kamu coba tes telepon lagi. Mungkin hari ini kamu lagi apes aja. Bisa jadi ponsel bu Arifa ngedrop kan? Lalu ia charger dulu ponselnya."

"Yah, benar. Besok kucoba telepon lagi."

"Oke."

Sudah lewat beberapa hari kuhubungi nomor bu Arifa, namun tak kunjung aktif. Aku sampai heran dibuatnya. Kemana bu Arifa?

Aku jadi bertambah khawatir dengan keadaannya. Jangan sampai apa yang kutakutkan benar terjadi. Aku tak ingin ada kasus di balik peristiwa kemarin.

Kucoba kembali menghubungi nomornya. Namun masih tidak aktif. Berkali-kali kutelepon jawabannya tetap sama. Hingga aku jenuh dan kehabisan akal. Aku terus saja tak bosan menghubungi bu Arifa.

"Gimana sudah aktif nomornya? Maaf aku sibuk akhir-akhir ini. Tugasku banyak sekali."

"Gak apa kok, Banyu. Aku juga gak mau tugasmu jadi terbengkalai karena ini."

"Sini aku saja yang telepon!"

"Pakai sim 2 yah."

"Ya."

Tuut..tuut..

Aku dan Banyu saling berpandangan. Kami langsung terkaget ketika tahu nomor bu Arifa aktif.

"Aktif?" Tanyaku.

"Iya. Mana mungkin itu operator!"

"Kok belum diangkat?"

"Entahlah. Sudah kuduga, kita sabar dulu. Bu Arifa itu orang sibuk. Wajar kalau nomor ponsel bisa dinonaktifkannya."

"Sssstt... jangan bersuara!"

Tiiit...tiit...tiit...

"Ditolak teleponnya!" Ujar Banyu.

"Bu Arifa ini sombong sekali. Segitu tertutupnya dia."

"Kita maklumkan saja. Mungkin dia memang ada masalah. Bisa jadi juga dia sibuk."

"Sudahlah. Berarti jelas tidak ada masalah kan? Bu Arifa tidak hilang. Nomornya pun aktif. Dia memang orangnya tertutup. Kita maklumkan saja! Besok aku akan segera mengundurkan diri. Aku sudah pusing dengan masalah ini."

"Kamu ini mudah sekali menyerah. Aku kan bilang kamu harus tetap bertahan. Kalau gak, kamu bisa mengalami hal buruk."

"Sekarang saja aku sudah sering diteror."

"Mangkanya dari itu, kamu harus selidiki. Itu benar teror atau bukan. Jangan kamu ambil kesimpulan karena nomor yang aktif. Kita tidak tahu yang terjadi sebenarnya."

"Mau bagaimana lagi, aku sudah jenuh. Kamu tidak tahu rasanya jadi istri. Gara-gara aku bekerja, suamiku malah menunda punya momongan."

"Kok bisa?"

"Aku baru bekerja disini. Mas Alan gak mau nanti cutiku ditolak."

"Pantas saja kamu mau mengundurkan diri."

"Ya."

Aku tak tahan menahan air mata. Tiba-tiba kutumpahkan saja linangan air mataku. Aku malu harus mengakui semuanya di hadapan Banyu. Ia malah memberikanku selembar tissue.

"Buat apa?"

"Usap air matamu."

"Gak usah repot gitu, Banyu. Aku punya sendiri."

"Ini aku ambil di mejamu kok!"

"Oh ya. Kamu pergi sana. Bukannya banyak kerjaan?"

"Ini barusan selesai kukerjakan. Mangkanya kusempatkan menanyakan masalahnya padamu."

"Ya."

"Aku akan cari tahu lagi keberadaan bu Arifa. Kalau lewat jalur telepon tak berhasil, kita cari tahu rumahnya."

"Gimana caranya bisa tahu? Tanya bu Trista?"

"Entahlah. Lihat saja nanti."

Terpopuler

Comments

Kustri

Kustri

ngebut baca'a ampe g komen"
yg pasti sll kirim👍

2023-10-13

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Peristiwa Malam
2 Bab 2 Hal Tak Terduga
3 Bab 3 Terjebak Dalam Rasa Penasaran
4 Bab 4 Pengakuan Yang Tak Digubris
5 Bab 5 Kecurigaan
6 Bab 6 Perbuatan Orang Dalam (POV : Banyu)
7 Bab 7 Sedikit Petunjuk
8 Bab 8 Penghianatan Di Tengah Masalah
9 Bab 9 Dilema
10 Bab 10 Upaya Tak Sia - Sia
11 Bab 11 Teror yang Berlanjut
12 Bab 12 Menemukan Jejak
13 Bab 13 Menyelidiki Keluarga Direktur
14 Bab 14 Kontak Ponsel Direktur
15 Bab 15 Melacak Keberadaan Direktur
16 Bab 16 Kedatangan Sosok
17 Bab 17 Siapa?
18 Bab 18 Akibat dari Teror
19 Bab 19 Orang Dalam yang Tak Disangka
20 Bab 20 Bertemu dengannya
21 Bab 21 Hilang Rasa
22 Bab 22 Perlahan Terungkap
23 Bab 23 Aku Tak Ingin Pulang
24 Bab 24 Jejak yang Terhapus
25 Bab 25 Mengambil Kesempatan
26 Bab 26 Jawaban
27 Bab 27 Bukan Dia
28 Bab 28 Bisikan
29 Bab 29 Kembali Terulang
30 Bab 30 Maafkan
31 Bab 31 Aku Masih Penasaran
32 Bab 32 Ternyata Selama ini
33 Bab 33 Praduga Tak Bersalah
34 Bab 34 Pasrah
35 Bab 35 Bebas
36 Bab 36 Kembalinya Manager
37 Bab 37 Ingin Tahu Tentangnya
38 Bab 38 Telepon Misterius
39 Bab 39 Ancaman
40 Bab 40 Trauma
41 Bab 41 Penyesalan
42 Bab 42 Kesaksian Pertama
43 Bab 43 Tentang Dia
44 Bab 44 Patung Briana
45 Bab 45 Mencari Tahu
46 Bab 46 Mengungkap Misteri
47 Bab 47 Tak Menyangka
48 Bab 48 Aku Melihatnya
49 Bab 49 Kejadian Aneh
50 Bab 50 Kesaksian Kedua
51 Bab 51 Pengakuan Asisten
52 Bab 52 Sebuah Pilihan
53 Bab 53 Menyerahkan Bukti
54 Bab 54 Weekend
55 Bab 55 Pindah Kantor
56 Bab 56 Bangkit
57 Bab 57 Pertama Disini
58 Bab 58 Kiriman
59 Bab 59 Gambar dan Kode
60 Bab 60 Alamat
61 Bab 61 Mencoba Mengartikan
62 Bab 62 Memberi Alasan
63 Bab 63 Menjenguk Tami
64 Bab 64 Upaya Keluar dari Teror
65 Bab 65 Tak Bersua
66 Bab 66 Resign
67 Bab 67 Mulai Terbaca
68 Bab 68 Arti dari Surat
69 Bab 69 Arti Kode Berikutnya
70 Bab 70 Telah Lama Tak Bertemu
71 Bab 71 Di Sebuah Villa
72 Bab 72 Peristiwa di Villa
73 Bab 73 Pulang
74 Bab 74 Jejak
75 Bab 75 Benar Pelaku Orang Dalam (POV : Banyu)
76 Bab 76 Hubungan Rahasia
77 Bab 77 Terulang Lagi
78 Bab 78 Prasangka
79 Bab 79 Siapa Pelakunya?
80 Bab 80 Misteri Gudang
81 Bab 81 Alibi
82 Bab 82 Happy Ending
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1 Peristiwa Malam
2
Bab 2 Hal Tak Terduga
3
Bab 3 Terjebak Dalam Rasa Penasaran
4
Bab 4 Pengakuan Yang Tak Digubris
5
Bab 5 Kecurigaan
6
Bab 6 Perbuatan Orang Dalam (POV : Banyu)
7
Bab 7 Sedikit Petunjuk
8
Bab 8 Penghianatan Di Tengah Masalah
9
Bab 9 Dilema
10
Bab 10 Upaya Tak Sia - Sia
11
Bab 11 Teror yang Berlanjut
12
Bab 12 Menemukan Jejak
13
Bab 13 Menyelidiki Keluarga Direktur
14
Bab 14 Kontak Ponsel Direktur
15
Bab 15 Melacak Keberadaan Direktur
16
Bab 16 Kedatangan Sosok
17
Bab 17 Siapa?
18
Bab 18 Akibat dari Teror
19
Bab 19 Orang Dalam yang Tak Disangka
20
Bab 20 Bertemu dengannya
21
Bab 21 Hilang Rasa
22
Bab 22 Perlahan Terungkap
23
Bab 23 Aku Tak Ingin Pulang
24
Bab 24 Jejak yang Terhapus
25
Bab 25 Mengambil Kesempatan
26
Bab 26 Jawaban
27
Bab 27 Bukan Dia
28
Bab 28 Bisikan
29
Bab 29 Kembali Terulang
30
Bab 30 Maafkan
31
Bab 31 Aku Masih Penasaran
32
Bab 32 Ternyata Selama ini
33
Bab 33 Praduga Tak Bersalah
34
Bab 34 Pasrah
35
Bab 35 Bebas
36
Bab 36 Kembalinya Manager
37
Bab 37 Ingin Tahu Tentangnya
38
Bab 38 Telepon Misterius
39
Bab 39 Ancaman
40
Bab 40 Trauma
41
Bab 41 Penyesalan
42
Bab 42 Kesaksian Pertama
43
Bab 43 Tentang Dia
44
Bab 44 Patung Briana
45
Bab 45 Mencari Tahu
46
Bab 46 Mengungkap Misteri
47
Bab 47 Tak Menyangka
48
Bab 48 Aku Melihatnya
49
Bab 49 Kejadian Aneh
50
Bab 50 Kesaksian Kedua
51
Bab 51 Pengakuan Asisten
52
Bab 52 Sebuah Pilihan
53
Bab 53 Menyerahkan Bukti
54
Bab 54 Weekend
55
Bab 55 Pindah Kantor
56
Bab 56 Bangkit
57
Bab 57 Pertama Disini
58
Bab 58 Kiriman
59
Bab 59 Gambar dan Kode
60
Bab 60 Alamat
61
Bab 61 Mencoba Mengartikan
62
Bab 62 Memberi Alasan
63
Bab 63 Menjenguk Tami
64
Bab 64 Upaya Keluar dari Teror
65
Bab 65 Tak Bersua
66
Bab 66 Resign
67
Bab 67 Mulai Terbaca
68
Bab 68 Arti dari Surat
69
Bab 69 Arti Kode Berikutnya
70
Bab 70 Telah Lama Tak Bertemu
71
Bab 71 Di Sebuah Villa
72
Bab 72 Peristiwa di Villa
73
Bab 73 Pulang
74
Bab 74 Jejak
75
Bab 75 Benar Pelaku Orang Dalam (POV : Banyu)
76
Bab 76 Hubungan Rahasia
77
Bab 77 Terulang Lagi
78
Bab 78 Prasangka
79
Bab 79 Siapa Pelakunya?
80
Bab 80 Misteri Gudang
81
Bab 81 Alibi
82
Bab 82 Happy Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!