Bab 11 Teror yang Berlanjut

Banyu langsung mengeluarkan file yang dipinjam perusahaan. Ia menyerahkannya pada bu Trista.

"Saya tujuan kesini mau kasih file, Bu. Ini yang kemarin dipinjam oleh perusahaan." Ujar Banyu sambil menyerahkannya.

"Oh, baik. Nanti kalau bu Arifa sudah pulang dari Paris, akan saya beri tahu." Kata Bu Trista.

"Ini filenya menyangkut keseluruhan produk."

"Oke."

Aku hanya diam saja disini. Tanpa satu kata pun. Mau bicara dan melakukan apa, aku juga bingung. Banyu tampak memandangku terus. Seolah ia heran melihatku diam layaknya patung. Mengapa aku jadi tidak berguna sama sekali disini?

"Bu Arifa.."

Aduh, rasa haluku terlalu tinggi. Aku tiba-tiba menyebut nama bu Arifa.

"Ya, ada apa dengan bu Arifa?" Tanya Bu Trista.

"Eh, itu Bu. Maaf saya cuma pengen lihat bu Arifa saja." Jawabku.

Huh! Memang dasar aku. Terlalu jujur dengan jawabanku sendiri.

"Kamu ini bu Arifa terus dalam pikiranmu. Kamu sudah kangen yah sama bu Arifa?"

"Aku belum ketemu kok sudah kangen! Maaf Bu Trista, saya tidak ada maksud apa-apa bicara gitu. Banyu suka usil ngomongnya." Ujarku.

"Yah saya tahu Pak Banyu. lagipula, dia pimpinanmu. Kalau bisa panggil dia dengan nama Pak. Biar kita bisa saling menjaga hubungan. Walaupun Pak Banyu ini masih muda, dia tetap atasanmu." Ungkap Bu Trista.

Hatiku langsung tersentak mendengarnya. Ini juga jadi sindiran halus untukku. Namun yang dikatakan bu Trista ini benar. Ini salahku juga, aku seperti tak menghargai Banyu. Tapi Banyu sendiri yang buat aku bersikap seperti ini. Aku sadar selama ini salah. Nasehat bu Trista akan kudengar.

"Iya, maaf. Lain kali saya akan bersikap lebih sopan pada pak Banyu, Bu." Jawabku.

"Nah begitu. Saya suka kamu mau mendengar kritik." Ujar Bu Trista.

"Iya."

Aku langsung mengalihkan pandanganku pada Banyu. Dia seolah bergumam dalam hatinya. Melihatnya aku rasa tak tahan. Dia seraya menutup mulutnya dengan tangan. Raut wajahnya seperti hendak menertawakanku. Banyu saja orangnya seperti ini. Masa iya aku bisa langsung nyaman bersamanya. Adanya kami seperti Tom dan Jerry.

"Kami berdua pulang dulu yah, Bu." Pamit Banyu.

"Sudah mau pulang?"

"Iya Bu Trista. Masih ada banyak urusan kantor yang harus dikerjakan."

"Oh baiklah."

"Kami permisi pulang, Bu." Ujarku.

"Yah hati-hati!"

Aku dan Banyu bersalaman dengan bu Trista. Bu Trista kemudian mengantarkan kami hingga pintu ruangannya. Lalu, aku dan Banyu berjalan menuju lift. Kami hendak turun ke lantai dasar. Aku masih saja terus memerhatikan di sekitar. Seolah berharap aku bisa melihat bu Arifa.

"Ada apa lihat-lihat terus? Bu Arifanya jelas gak ada." Kata Banyu.

"Aku hanya memastikan saja."

"Kalau benar bu Arifa hilang, beritanya pasti sudah heboh. Apalagi keluarganya, pasti terus mencarinya."

"Kamu mau sempatkan ke rumah beliau gak?" Tanyaku.

"Aku mana tahu rumahnya." Jawab Banyu.

"Coba kita tanya sama reseptionis."

"Memang segampang itu tanya sama resepsionis?"

"Dicoba saja, lagipula kamu kepala cabang masa gak tahu."

"Duh. Aku ini baru beberapa bulan diangkat jadi kepala cabang."

"Hahaha, masih bau kencur dong."

"Enak aja."

"Yah memang enak!"

"Kamu saja tanya sendiri yah!"

"Kamu kok pelit gitu. Barangkali saja, kalau mereka tahu kamu kepala cabang di kasih tahu."

"Masa iya?"

"Ya iyalah." Ujarku sambil tersenyum.

Banyu langsung menghampiri meja resepsionis. Dia hendak bertanya alamat bu Arifa.

"Permisi, Mbak."

"Yah ada apa, Pak?"

"Saya kepala cabang Jee Enbiye Fashion."

"Baik, ada yang bisa dibantu Pak?"

"Saya mau tanya alamat rumah pimpinan bu Arifa boleh? Kebetulan ada keperluan dengannya."

"Maaf Pak. Bu Arifa sudah pesan pada kami. Beliau bilang, alamat rumah pribadinya termasuk privasi. Jadi, tidak bisa kita beri tahu."

"Walaupun saya ini kepala cabang tetap tidak boleh?"

"Yah. Beliau berpesan demikian, hanya manager dan asistennya yang boleh tahu."

Aku terperangah setelah tahu jawabannya. Manager dan asisten? Berarti manager pusat, bu Trista, dan pak Kusuma yang tahu rumah pribadi bu Arifa. Kenapa bisa seketat itu?

Akhirnya kami pulang dengan tangan kosong. Hanya mendapatkan petunjuk bu Arifa masih di Paris.

"Masa kamu gak boleh tahu alamatnya? Seprivasi itukah pimpinan perusahaan ini?"

"Setiap orang memang berbeda. Bu Arifa mungkin ada alasan menjaga privasinya."

"Berarti bu Arifa memang masih di Paris. Jadi siapa yang kulihat itu?"

"Jangan-jangan dia punya kembaran."

"Masa?"

"Tapi bohong."

"Bisa serius dikit gak kamu? Eh maaf Pak Banyu."

"Tumben mau panggil Banyu."

"Yah gitu deh."

"Berkat bu Trista. Akhirnya dia insyaf."

"Kamu yakin nyaman kupanggil bapak? Kedengaran tua loh!"

"Tua. Kita aja hampir seumuran. Panggil waktu lagi di kantor aja!"

"Hahaha."

"Berarti yang kamu lihat itu orang lain yah atau..."

"Atau apa? Sudahlah. Aku juga belum yakin bu Arifa di Paris."

"Sudah jelas kayak gitu, masih gak percaya."

***

Kami keluar dari gedung perusahaan. Saat menuju parkiran, kami dikagetkan dengan keadaan mobil.

"Aduh, mobilku kenapa? Masa bisa kempes sih bannya!"

"Iya. Kok di parkiran bisa kempes? sebelum kesini gak kan?"

"Aku gak tahu juga."

"Gimana sih Banyu. Masa mobilmu sendiri gak tahu? Jadi gimana ini?"

"Apa aku panggil mobil derek aja yah."

"Aduh. Masa iya aku dapat teror lagi."

"Teror?"

"Iya. Kemarin di rumah, jendela kamarku dilempar pakai kayu. Terus besoknya lagi, ada yang lempar atap rumah."

"Apa?"

"Kata suami dan mamaku, itu kemungkinan hanya angin atau binatang. Anehnya kejadian itu berturut-turut. Masa itu bisa kualami."

"Tapi kenapa sekarang mobilku yang jadi sasaran? Harusnya kan mobilmu."

"Mangkanya kamu ingat-ingat. Waktu kita sampai sini ban mobilmu sudah kempes belum?"

"Kayaknya gak, aku biasanya ngerasain sih kalau kempes."

"Iya, ini kan ban mobil. Kalau kempes tadi, masa kita gak tahu. Berarti ini baru kempesnya. Jangan-jangan tadi waktu kita di dalam ada yang kempesin!"

"Bentar, aku tanya dulu security sini."

"Security lagi. Lihat saja nanti, ujung-ujungnya pasti CCTV!"

"Aduh kok aku jadi apes gini!"

Banyu langsung menghampiri security. Ia bertanya apa ada yang mengempeskan mobilnya. Security bilang sama sekali tak ada. Kami pun melihat CCTV untuk memastikannya.

"Gak ada kan Mas." Kata Security.

"Iya, gak ada. Jadi kempes sendiri." Ujar Banyu.

"Mungkin ban mobil Mas sudah tipis."

"Saya baru ganti seminggu yang lalu kok Pak."

"Masa iya bisa kempes sendiri?" Gumamku.

Lalu akhirnya Banyu memutuskan mengganti sendiri ban mobilnya. Kebetulan ia ada ban mobil serep. Security sesekali ikut membantunya.

"Yakin kamu bisa Banyu?" Tanyaku.

"Bisalah. Gini-gini aku kan anak gunung." Pungkas Banyu.

"Apa hubungannya? Memangnya kamu makhluk gaib!"

"Mungkin."

"Kacau! Yakin gak panggil mobil derek nih?"

"Gak usah, aku bisa kok."

"Tenang, Mbak. Saya bantuin." Ungkap Security.

Terpopuler

Comments

Kustri

Kustri

scandal asisten & manager nih

2023-10-13

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Peristiwa Malam
2 Bab 2 Hal Tak Terduga
3 Bab 3 Terjebak Dalam Rasa Penasaran
4 Bab 4 Pengakuan Yang Tak Digubris
5 Bab 5 Kecurigaan
6 Bab 6 Perbuatan Orang Dalam (POV : Banyu)
7 Bab 7 Sedikit Petunjuk
8 Bab 8 Penghianatan Di Tengah Masalah
9 Bab 9 Dilema
10 Bab 10 Upaya Tak Sia - Sia
11 Bab 11 Teror yang Berlanjut
12 Bab 12 Menemukan Jejak
13 Bab 13 Menyelidiki Keluarga Direktur
14 Bab 14 Kontak Ponsel Direktur
15 Bab 15 Melacak Keberadaan Direktur
16 Bab 16 Kedatangan Sosok
17 Bab 17 Siapa?
18 Bab 18 Akibat dari Teror
19 Bab 19 Orang Dalam yang Tak Disangka
20 Bab 20 Bertemu dengannya
21 Bab 21 Hilang Rasa
22 Bab 22 Perlahan Terungkap
23 Bab 23 Aku Tak Ingin Pulang
24 Bab 24 Jejak yang Terhapus
25 Bab 25 Mengambil Kesempatan
26 Bab 26 Jawaban
27 Bab 27 Bukan Dia
28 Bab 28 Bisikan
29 Bab 29 Kembali Terulang
30 Bab 30 Maafkan
31 Bab 31 Aku Masih Penasaran
32 Bab 32 Ternyata Selama ini
33 Bab 33 Praduga Tak Bersalah
34 Bab 34 Pasrah
35 Bab 35 Bebas
36 Bab 36 Kembalinya Manager
37 Bab 37 Ingin Tahu Tentangnya
38 Bab 38 Telepon Misterius
39 Bab 39 Ancaman
40 Bab 40 Trauma
41 Bab 41 Penyesalan
42 Bab 42 Kesaksian Pertama
43 Bab 43 Tentang Dia
44 Bab 44 Patung Briana
45 Bab 45 Mencari Tahu
46 Bab 46 Mengungkap Misteri
47 Bab 47 Tak Menyangka
48 Bab 48 Aku Melihatnya
49 Bab 49 Kejadian Aneh
50 Bab 50 Kesaksian Kedua
51 Bab 51 Pengakuan Asisten
52 Bab 52 Sebuah Pilihan
53 Bab 53 Menyerahkan Bukti
54 Bab 54 Weekend
55 Bab 55 Pindah Kantor
56 Bab 56 Bangkit
57 Bab 57 Pertama Disini
58 Bab 58 Kiriman
59 Bab 59 Gambar dan Kode
60 Bab 60 Alamat
61 Bab 61 Mencoba Mengartikan
62 Bab 62 Memberi Alasan
63 Bab 63 Menjenguk Tami
64 Bab 64 Upaya Keluar dari Teror
65 Bab 65 Tak Bersua
66 Bab 66 Resign
67 Bab 67 Mulai Terbaca
68 Bab 68 Arti dari Surat
69 Bab 69 Arti Kode Berikutnya
70 Bab 70 Telah Lama Tak Bertemu
71 Bab 71 Di Sebuah Villa
72 Bab 72 Peristiwa di Villa
73 Bab 73 Pulang
74 Bab 74 Jejak
75 Bab 75 Benar Pelaku Orang Dalam (POV : Banyu)
76 Bab 76 Hubungan Rahasia
77 Bab 77 Terulang Lagi
78 Bab 78 Prasangka
79 Bab 79 Siapa Pelakunya?
80 Bab 80 Misteri Gudang
81 Bab 81 Alibi
82 Bab 82 Happy Ending
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1 Peristiwa Malam
2
Bab 2 Hal Tak Terduga
3
Bab 3 Terjebak Dalam Rasa Penasaran
4
Bab 4 Pengakuan Yang Tak Digubris
5
Bab 5 Kecurigaan
6
Bab 6 Perbuatan Orang Dalam (POV : Banyu)
7
Bab 7 Sedikit Petunjuk
8
Bab 8 Penghianatan Di Tengah Masalah
9
Bab 9 Dilema
10
Bab 10 Upaya Tak Sia - Sia
11
Bab 11 Teror yang Berlanjut
12
Bab 12 Menemukan Jejak
13
Bab 13 Menyelidiki Keluarga Direktur
14
Bab 14 Kontak Ponsel Direktur
15
Bab 15 Melacak Keberadaan Direktur
16
Bab 16 Kedatangan Sosok
17
Bab 17 Siapa?
18
Bab 18 Akibat dari Teror
19
Bab 19 Orang Dalam yang Tak Disangka
20
Bab 20 Bertemu dengannya
21
Bab 21 Hilang Rasa
22
Bab 22 Perlahan Terungkap
23
Bab 23 Aku Tak Ingin Pulang
24
Bab 24 Jejak yang Terhapus
25
Bab 25 Mengambil Kesempatan
26
Bab 26 Jawaban
27
Bab 27 Bukan Dia
28
Bab 28 Bisikan
29
Bab 29 Kembali Terulang
30
Bab 30 Maafkan
31
Bab 31 Aku Masih Penasaran
32
Bab 32 Ternyata Selama ini
33
Bab 33 Praduga Tak Bersalah
34
Bab 34 Pasrah
35
Bab 35 Bebas
36
Bab 36 Kembalinya Manager
37
Bab 37 Ingin Tahu Tentangnya
38
Bab 38 Telepon Misterius
39
Bab 39 Ancaman
40
Bab 40 Trauma
41
Bab 41 Penyesalan
42
Bab 42 Kesaksian Pertama
43
Bab 43 Tentang Dia
44
Bab 44 Patung Briana
45
Bab 45 Mencari Tahu
46
Bab 46 Mengungkap Misteri
47
Bab 47 Tak Menyangka
48
Bab 48 Aku Melihatnya
49
Bab 49 Kejadian Aneh
50
Bab 50 Kesaksian Kedua
51
Bab 51 Pengakuan Asisten
52
Bab 52 Sebuah Pilihan
53
Bab 53 Menyerahkan Bukti
54
Bab 54 Weekend
55
Bab 55 Pindah Kantor
56
Bab 56 Bangkit
57
Bab 57 Pertama Disini
58
Bab 58 Kiriman
59
Bab 59 Gambar dan Kode
60
Bab 60 Alamat
61
Bab 61 Mencoba Mengartikan
62
Bab 62 Memberi Alasan
63
Bab 63 Menjenguk Tami
64
Bab 64 Upaya Keluar dari Teror
65
Bab 65 Tak Bersua
66
Bab 66 Resign
67
Bab 67 Mulai Terbaca
68
Bab 68 Arti dari Surat
69
Bab 69 Arti Kode Berikutnya
70
Bab 70 Telah Lama Tak Bertemu
71
Bab 71 Di Sebuah Villa
72
Bab 72 Peristiwa di Villa
73
Bab 73 Pulang
74
Bab 74 Jejak
75
Bab 75 Benar Pelaku Orang Dalam (POV : Banyu)
76
Bab 76 Hubungan Rahasia
77
Bab 77 Terulang Lagi
78
Bab 78 Prasangka
79
Bab 79 Siapa Pelakunya?
80
Bab 80 Misteri Gudang
81
Bab 81 Alibi
82
Bab 82 Happy Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!