Sepulang kerja, aku dan Banyu singgah ke sebuah cafe. Disana kami akan melihat kembali potongan video itu. Rasanya isi kepalaku sudah dipenuhi dengan CCTV. Apalagi aku bertemu dengan bu Arifa. Tak kusangka pertemuan kami diawali seperti itu. Ditambah lagi aku harus menyeret Banyu dalam masalah ini. Tapi tak apalah, setidaknya aku tak menanggung beban sendirian.
"Kamu pesan apa Maurine?
"Aku coffee late aja."
"Oke. Tunggu disini yah!"
Aku baru sadar hanya berdua dengan Banyu saja. Seharusnya aku minta izin dengan mas Alan. Sebaiknya aku telepon saja ia langsung. Kubilang saja ada urusan kantor dengan rekan kerja.
Mas Alan tidak angkat teleponku. Terpaksa aku chat saja dia. Tak lama ia membalas chat dariku. Tumben, biasanya lama ia balas. Baguslah, setidaknya aku sudah beri tahu dia.
"Sebentar lagi pesananmu datang."
"Oke, makasih."
"Ayo buka laptopnya!"
"Oh, ya."
"Ada berapa rekaman CCTV?"
"Ada lima."
"Banyak juga yah."
"Kuambil semua biar banyak barang bukti."
"Sebelum kamu sudah ada yang ambil potongan rekaman itu."
"Siapa?"
"Yah mana ku tahu."
"Jadi percuma barang buktinya gak cukup."
"Orang itu terburu-buru ambil rekamannya. Makanya ia lupa kalau ada potongan video penting."
"Sepertinya potongan itu saat sebelum bu Arifa teriak."
"Teriak?"
"Bu Arifa teriak minta tolong."
"Tidak salah lagi ini ada masalah."
"Apa kita pastikan dulu keberadaan bu Arifa yah?"
"Benar. Aku juga tidak yakin dengan manager."
"Tapi kita tanya siapa lagi selain manager?"
"Aku ada saran, kita ke kantor Jee Enbiye Fashion pusat saja."
"Tanya sama siapa?"
"Manager atau karyawan disana."
"Manager lagi?"
"Siapa aja, security atau karyawan."
"Kamu gak tahu alamat bu Arifa yah?"
"Bu Arifa itu pimpinan pusat. Dia juga sering ke luar negeri. Aku tidak bisa dekat sama dia."
"Kamu karyawan lama. Setidaknya mungkin tahu rumah bu Arifa."
"Hubunganku tidak terlalu dekat dengan beliau. Apalagi aku ini hanya kepala cabang."
"Ya sudah. Jalan satu-satunya kita ke kantor pusat."
"Oke."
"Lalu mencari informasi alamat rumah bu Arifa."
"Ternyata kamu masih nekat cari rumah dia."
"Iya. Cuma itu satu-satunya petunjuk keberadaannya. Aku capek dihantui rasa penasaran."
"Nanti kalau kamu kesana ada anjing buldog. Terus ada bodyguard dengan badan besar."
"Terserah, aku juga masih bisa pantau beliau dari luar."
"Dia keluar dari pagar rumah tingginya. Lalu kamu pantau dia dari kaca mobil alphardnya yah."
"Mungkin."
"Hahahaha."
"Ketawa lagi, awas aja kalau aku bisa lihat dengan jelas nanti!"
"Oke. Kalau benar, aku kasih kamu jam tangan hublot sama tas gucci ori."
"Sip! Kalau terbukti kamu jangan segan-segan kasih yah. Aku sudah bosan kasih kamu terus!"
"Hehehe."
Kami melihat ulang video rekaman itu lagi. Bagian potongan yang kami curigakan juga. Kami selidiki, ternyata benar dugaanku. Di potongan video tersebut, ada sosok lelaki misterius. Namun, ia tertutupi oleh kupluk berwarna hitam. Banyu masih belum yakin itu lelaki atau perempuan. Menurutnya, bisa jadi itu perempuan yang menyerupai penampilan lelaki.
"Kamu masih belum yakin ini lelaki?"
"Coba screenshot, lalu kita perbesar gambarnya."
"Oke."
"Sudah."
"Coba perbesar!"
"Buram yah."
"Kalau diperbesar, gambarnya pasti pecah."
"Rambutnya kok ada yang keluar, panjang gitu yah."
"Mana?"
"Ini, dia pake kupluk kan?"
"Yah. Benar ada beberapa rambut yang keluar."
"Apa pria berambut gondrong?"
"Tapi rambutnya kayak rambut cewek."
"Masa sih kamu sendiri?"
"Kamu ini, aku kan pake jaket hoodie warna putih."
"Oh iya."
"Jadi saksi sekaligus tersangka kalau gitu."
"Hahaha."
"Yah, nanti sekalian aku seret kamu dalam kasus ini."
"Aku kan saksi, kok bisa?"
"Yakin cuma saksi?"
"Gak menyindirku secara halus gitu."
Banyu ini kalau diajak bicara tidak bisa serius. Nampaknya aku harus terbiasa dengan keanehan Banyu ini.
"Mau kupesankan makanan gak?"
"Makan?"
Kalau aku makan bisa lama lagi sama dia. Sudah Banyu ini kayak gini, aku harus berlama-lama lagi dengan dia.
"Gak usah!"
"Aku pesan cemilan saja."
"Yah terserah kamu. Kamu saja yang makan. Kalau tidak habis aku pulang duluan yah."
"Kamu ini sepertinya takut sekali. Aku pesan french fries dan cake saja."
"Terserah, uangmu juga. Kalau tak habis aku tetap pulang."
Aku jadi khawatir Banyu akan mengulur waktunya disini. Semakin aku berada didekatnya, malah tambah pusing kepalaku. Namun aku harus bersabar. Bagaimanapun Banyu sudah terlanjur tahu masalah ini. Semoga saja dengan kehadiran dia, aku memang sangat terbantu.
"Taraaaaa pesanan kita datang!"
"Pesanan kita, kamu aja. Hahaha"
"Kenapa ketawa?"
"Sengaja pesan tidak terlalu banyak yah. Biar tidak kutinggal sendirian."
"Aku memang lagi gak pengen makan banyak. Lagian kalau kamu mau pulang duluan nanti gak apa. Tapi jujur aku memang lagi gak banyak makan."
"Diet kamu?"
"Yah sedikit."
"Udah cungkring gitu masih mau diet?" Tanyaku sumringah.
"Apa cungkring?"
"Cungkring itu sesepuhnya kurus."
"Berarti aku dibawahnya kurus dong?"
"Lah iya. Hahaha."
Aku tak berhenti tertawa. Orang sekurus Banyu masih saja mau diet. Memang dia tidak memikirkan menampilannya?
"Wah, pudingnya kelihatan enak. Kamu tahu gak? Puding coconut ini lagi viral loh."
"Memang kelihatannya enak sih. Tapi aku tidak terlalu terpengaruh sama yang viral."
"Waw, enak banget kentang corndognya, Kejunya lumer!"
"Namanya juga keju mozzarella."
Banyu ini makannya sampai belepotan. Tapi dia makan lahap juga. Aku jadi seperti nonton review makanan saja. Kenapa aku jadi ngiler begini. Mana nih anak dipamerinnya lagi makan begitu. Sengaja dia buat aku minta makanannya.
"Kenapa bengong gitu, mau?" Tanya Banyu.
"Gak ah." Jawabku cuek sambil membuang muka.
Aku lantas meneguk coffee late yang kupesan tadi. Rasanya aku ingin cepat selesai. Banyu ini seolah memanfaatkan situasi. Ia seolah sengaja membuatku menyesal. Dia ingin aku jadi menyesal karena tak terima tawarannya tadi. Apalagi dia malah pesan makanan yang lagi viral. Tidak salah lagi, ini anak sengaja.
"Akhirnya kenyang juga."
Terdengar Banyu bersendawa saat ia kenyang. Ia langsung menyeruput capuccino yang dia pesan tadi.
"Sudah puas kamu?"
"Belum. Lihat makananku sudah habis. Tapi masalahnya masih belum selesai juga."
"Gak usah bawa-bawa makanan. Aku bisa juga pesan sendiri."
"Yah sudah pesan."
"Sayangnya aku tidak lapar!"
"Hahaha."
"Ketawa mulu."
"Besok kita harus ke rumah bu Arifa. Masalah ini harus cepat selesai. Jangan sampai kalau didiamkan, akan berkembang menjadi kasus."
"Masalahnya keberadaan ibu Arifa itu tidak jelas."
"Aku akan usahakan cari tahu dengan rekan terdekatnya. Lagipula, masa aku hanya ingin tahu dia dimana tidak boleh?"
"Itu aku sudah tahu dari kemarin. Masalahnya setiap tanya ke orang, jawabannya selalu sama. Mereka bilang bu Arifa masih di luar negeri.
"Berarti mungkin benar Bu Arifa hilang." Ujar Banyu
"Apa?" Tanyaku kaget.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Kustri
bagus nih crita'a
2023-10-12
0