Bab 7 Sedikit Petunjuk

Sepulang kerja, aku dan Banyu singgah ke sebuah cafe. Disana kami akan melihat kembali potongan video itu. Rasanya isi kepalaku sudah dipenuhi dengan CCTV. Apalagi aku bertemu dengan bu Arifa. Tak kusangka pertemuan kami diawali seperti itu. Ditambah lagi aku harus menyeret Banyu dalam masalah ini. Tapi tak apalah, setidaknya aku tak menanggung beban sendirian.

"Kamu pesan apa Maurine?

"Aku coffee late aja."

"Oke. Tunggu disini yah!"

Aku baru sadar hanya berdua dengan Banyu saja. Seharusnya aku minta izin dengan mas Alan. Sebaiknya aku telepon saja ia langsung. Kubilang saja ada urusan kantor dengan rekan kerja.

Mas Alan tidak angkat teleponku. Terpaksa aku chat saja dia. Tak lama ia membalas chat dariku. Tumben, biasanya lama ia balas. Baguslah, setidaknya aku sudah beri tahu dia.

"Sebentar lagi pesananmu datang."

"Oke, makasih."

"Ayo buka laptopnya!"

"Oh, ya."

"Ada berapa rekaman CCTV?"

"Ada lima."

"Banyak juga yah."

"Kuambil semua biar banyak barang bukti."

"Sebelum kamu sudah ada yang ambil potongan rekaman itu."

"Siapa?"

"Yah mana ku tahu."

"Jadi percuma barang buktinya gak cukup."

"Orang itu terburu-buru ambil rekamannya. Makanya ia lupa kalau ada potongan video penting."

"Sepertinya potongan itu saat sebelum bu Arifa teriak."

"Teriak?"

"Bu Arifa teriak minta tolong."

"Tidak salah lagi ini ada masalah."

"Apa kita pastikan dulu keberadaan bu Arifa yah?"

"Benar. Aku juga tidak yakin dengan manager."

"Tapi kita tanya siapa lagi selain manager?"

"Aku ada saran, kita ke kantor Jee Enbiye Fashion pusat saja."

"Tanya sama siapa?"

"Manager atau karyawan disana."

"Manager lagi?"

"Siapa aja, security atau karyawan."

"Kamu gak tahu alamat bu Arifa yah?"

"Bu Arifa itu pimpinan pusat. Dia juga sering ke luar negeri. Aku tidak bisa dekat sama dia."

"Kamu karyawan lama. Setidaknya mungkin tahu rumah bu Arifa."

"Hubunganku tidak terlalu dekat dengan beliau. Apalagi aku ini hanya kepala cabang."

"Ya sudah. Jalan satu-satunya kita ke kantor pusat."

"Oke."

"Lalu mencari informasi alamat rumah bu Arifa."

"Ternyata kamu masih nekat cari rumah dia."

"Iya. Cuma itu satu-satunya petunjuk keberadaannya. Aku capek dihantui rasa penasaran."

"Nanti kalau kamu kesana ada anjing buldog. Terus ada bodyguard dengan badan besar."

"Terserah, aku juga masih bisa pantau beliau dari luar."

"Dia keluar dari pagar rumah tingginya. Lalu kamu pantau dia dari kaca mobil alphardnya yah."

"Mungkin."

"Hahahaha."

"Ketawa lagi, awas aja kalau aku bisa lihat dengan jelas nanti!"

"Oke. Kalau benar, aku kasih kamu jam tangan hublot sama tas gucci ori."

"Sip! Kalau terbukti kamu jangan segan-segan kasih yah. Aku sudah bosan kasih kamu terus!"

"Hehehe."

Kami melihat ulang video rekaman itu lagi. Bagian potongan yang kami curigakan juga. Kami selidiki, ternyata benar dugaanku. Di potongan video tersebut, ada sosok lelaki misterius. Namun, ia tertutupi oleh kupluk berwarna hitam. Banyu masih belum yakin itu lelaki atau perempuan. Menurutnya, bisa jadi itu perempuan yang menyerupai penampilan lelaki.

"Kamu masih belum yakin ini lelaki?"

"Coba screenshot, lalu kita perbesar gambarnya."

"Oke."

"Sudah."

"Coba perbesar!"

"Buram yah."

"Kalau diperbesar, gambarnya pasti pecah."

"Rambutnya kok ada yang keluar, panjang gitu yah."

"Mana?"

"Ini, dia pake kupluk kan?"

"Yah. Benar ada beberapa rambut yang keluar."

"Apa pria berambut gondrong?"

"Tapi rambutnya kayak rambut cewek."

"Masa sih kamu sendiri?"

"Kamu ini, aku kan pake jaket hoodie warna putih."

"Oh iya."

"Jadi saksi sekaligus tersangka kalau gitu."

"Hahaha."

"Yah, nanti sekalian aku seret kamu dalam kasus ini."

"Aku kan saksi, kok bisa?"

"Yakin cuma saksi?"

"Gak menyindirku secara halus gitu."

Banyu ini kalau diajak bicara tidak bisa serius. Nampaknya aku harus terbiasa dengan keanehan Banyu ini.

"Mau kupesankan makanan gak?"

"Makan?"

Kalau aku makan bisa lama lagi sama dia. Sudah Banyu ini kayak gini, aku harus berlama-lama lagi dengan dia.

"Gak usah!"

"Aku pesan cemilan saja."

"Yah terserah kamu. Kamu saja yang makan. Kalau tidak habis aku pulang duluan yah."

"Kamu ini sepertinya takut sekali. Aku pesan french fries dan cake saja."

"Terserah, uangmu juga. Kalau tak habis aku tetap pulang."

Aku jadi khawatir Banyu akan mengulur waktunya disini. Semakin aku berada didekatnya, malah tambah pusing kepalaku. Namun aku harus bersabar. Bagaimanapun Banyu sudah terlanjur tahu masalah ini. Semoga saja dengan kehadiran dia, aku memang sangat terbantu.

"Taraaaaa pesanan kita datang!"

"Pesanan kita, kamu aja. Hahaha"

"Kenapa ketawa?"

"Sengaja pesan tidak terlalu banyak yah. Biar tidak kutinggal sendirian."

"Aku memang lagi gak pengen makan banyak. Lagian kalau kamu mau pulang duluan nanti gak apa. Tapi jujur aku memang lagi gak banyak makan."

"Diet kamu?"

"Yah sedikit."

"Udah cungkring gitu masih mau diet?" Tanyaku sumringah.

"Apa cungkring?"

"Cungkring itu sesepuhnya kurus."

"Berarti aku dibawahnya kurus dong?"

"Lah iya. Hahaha."

Aku tak berhenti tertawa. Orang sekurus Banyu masih saja mau diet. Memang dia tidak memikirkan menampilannya?

"Wah, pudingnya kelihatan enak. Kamu tahu gak? Puding coconut ini lagi viral loh."

"Memang kelihatannya enak sih. Tapi aku tidak terlalu terpengaruh sama yang viral."

"Waw, enak banget kentang corndognya, Kejunya lumer!"

"Namanya juga keju mozzarella."

Banyu ini makannya sampai belepotan. Tapi dia makan lahap juga. Aku jadi seperti nonton review makanan saja. Kenapa aku jadi ngiler begini. Mana nih anak dipamerinnya lagi makan begitu. Sengaja dia buat aku minta makanannya.

"Kenapa bengong gitu, mau?" Tanya Banyu.

"Gak ah." Jawabku cuek sambil membuang muka.

Aku lantas meneguk coffee late yang kupesan tadi. Rasanya aku ingin cepat selesai. Banyu ini seolah memanfaatkan situasi. Ia seolah sengaja membuatku menyesal. Dia ingin aku jadi menyesal karena tak terima tawarannya tadi. Apalagi dia malah pesan makanan yang lagi viral. Tidak salah lagi, ini anak sengaja.

"Akhirnya kenyang juga."

Terdengar Banyu bersendawa saat ia kenyang. Ia langsung menyeruput capuccino yang dia pesan tadi.

"Sudah puas kamu?"

"Belum. Lihat makananku sudah habis. Tapi masalahnya masih belum selesai juga."

"Gak usah bawa-bawa makanan. Aku bisa juga pesan sendiri."

"Yah sudah pesan."

"Sayangnya aku tidak lapar!"

"Hahaha."

"Ketawa mulu."

"Besok kita harus ke rumah bu Arifa. Masalah ini harus cepat selesai. Jangan sampai kalau didiamkan, akan berkembang menjadi kasus."

"Masalahnya keberadaan ibu Arifa itu tidak jelas."

"Aku akan usahakan cari tahu dengan rekan terdekatnya. Lagipula, masa aku hanya ingin tahu dia dimana tidak boleh?"

"Itu aku sudah tahu dari kemarin. Masalahnya setiap tanya ke orang, jawabannya selalu sama. Mereka bilang bu Arifa masih di luar negeri.

"Berarti mungkin benar Bu Arifa hilang." Ujar Banyu

"Apa?" Tanyaku kaget.

Terpopuler

Comments

Kustri

Kustri

bagus nih crita'a

2023-10-12

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Peristiwa Malam
2 Bab 2 Hal Tak Terduga
3 Bab 3 Terjebak Dalam Rasa Penasaran
4 Bab 4 Pengakuan Yang Tak Digubris
5 Bab 5 Kecurigaan
6 Bab 6 Perbuatan Orang Dalam (POV : Banyu)
7 Bab 7 Sedikit Petunjuk
8 Bab 8 Penghianatan Di Tengah Masalah
9 Bab 9 Dilema
10 Bab 10 Upaya Tak Sia - Sia
11 Bab 11 Teror yang Berlanjut
12 Bab 12 Menemukan Jejak
13 Bab 13 Menyelidiki Keluarga Direktur
14 Bab 14 Kontak Ponsel Direktur
15 Bab 15 Melacak Keberadaan Direktur
16 Bab 16 Kedatangan Sosok
17 Bab 17 Siapa?
18 Bab 18 Akibat dari Teror
19 Bab 19 Orang Dalam yang Tak Disangka
20 Bab 20 Bertemu dengannya
21 Bab 21 Hilang Rasa
22 Bab 22 Perlahan Terungkap
23 Bab 23 Aku Tak Ingin Pulang
24 Bab 24 Jejak yang Terhapus
25 Bab 25 Mengambil Kesempatan
26 Bab 26 Jawaban
27 Bab 27 Bukan Dia
28 Bab 28 Bisikan
29 Bab 29 Kembali Terulang
30 Bab 30 Maafkan
31 Bab 31 Aku Masih Penasaran
32 Bab 32 Ternyata Selama ini
33 Bab 33 Praduga Tak Bersalah
34 Bab 34 Pasrah
35 Bab 35 Bebas
36 Bab 36 Kembalinya Manager
37 Bab 37 Ingin Tahu Tentangnya
38 Bab 38 Telepon Misterius
39 Bab 39 Ancaman
40 Bab 40 Trauma
41 Bab 41 Penyesalan
42 Bab 42 Kesaksian Pertama
43 Bab 43 Tentang Dia
44 Bab 44 Patung Briana
45 Bab 45 Mencari Tahu
46 Bab 46 Mengungkap Misteri
47 Bab 47 Tak Menyangka
48 Bab 48 Aku Melihatnya
49 Bab 49 Kejadian Aneh
50 Bab 50 Kesaksian Kedua
51 Bab 51 Pengakuan Asisten
52 Bab 52 Sebuah Pilihan
53 Bab 53 Menyerahkan Bukti
54 Bab 54 Weekend
55 Bab 55 Pindah Kantor
56 Bab 56 Bangkit
57 Bab 57 Pertama Disini
58 Bab 58 Kiriman
59 Bab 59 Gambar dan Kode
60 Bab 60 Alamat
61 Bab 61 Mencoba Mengartikan
62 Bab 62 Memberi Alasan
63 Bab 63 Menjenguk Tami
64 Bab 64 Upaya Keluar dari Teror
65 Bab 65 Tak Bersua
66 Bab 66 Resign
67 Bab 67 Mulai Terbaca
68 Bab 68 Arti dari Surat
69 Bab 69 Arti Kode Berikutnya
70 Bab 70 Telah Lama Tak Bertemu
71 Bab 71 Di Sebuah Villa
72 Bab 72 Peristiwa di Villa
73 Bab 73 Pulang
74 Bab 74 Jejak
75 Bab 75 Benar Pelaku Orang Dalam (POV : Banyu)
76 Bab 76 Hubungan Rahasia
77 Bab 77 Terulang Lagi
78 Bab 78 Prasangka
79 Bab 79 Siapa Pelakunya?
80 Bab 80 Misteri Gudang
81 Bab 81 Alibi
82 Bab 82 Happy Ending
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1 Peristiwa Malam
2
Bab 2 Hal Tak Terduga
3
Bab 3 Terjebak Dalam Rasa Penasaran
4
Bab 4 Pengakuan Yang Tak Digubris
5
Bab 5 Kecurigaan
6
Bab 6 Perbuatan Orang Dalam (POV : Banyu)
7
Bab 7 Sedikit Petunjuk
8
Bab 8 Penghianatan Di Tengah Masalah
9
Bab 9 Dilema
10
Bab 10 Upaya Tak Sia - Sia
11
Bab 11 Teror yang Berlanjut
12
Bab 12 Menemukan Jejak
13
Bab 13 Menyelidiki Keluarga Direktur
14
Bab 14 Kontak Ponsel Direktur
15
Bab 15 Melacak Keberadaan Direktur
16
Bab 16 Kedatangan Sosok
17
Bab 17 Siapa?
18
Bab 18 Akibat dari Teror
19
Bab 19 Orang Dalam yang Tak Disangka
20
Bab 20 Bertemu dengannya
21
Bab 21 Hilang Rasa
22
Bab 22 Perlahan Terungkap
23
Bab 23 Aku Tak Ingin Pulang
24
Bab 24 Jejak yang Terhapus
25
Bab 25 Mengambil Kesempatan
26
Bab 26 Jawaban
27
Bab 27 Bukan Dia
28
Bab 28 Bisikan
29
Bab 29 Kembali Terulang
30
Bab 30 Maafkan
31
Bab 31 Aku Masih Penasaran
32
Bab 32 Ternyata Selama ini
33
Bab 33 Praduga Tak Bersalah
34
Bab 34 Pasrah
35
Bab 35 Bebas
36
Bab 36 Kembalinya Manager
37
Bab 37 Ingin Tahu Tentangnya
38
Bab 38 Telepon Misterius
39
Bab 39 Ancaman
40
Bab 40 Trauma
41
Bab 41 Penyesalan
42
Bab 42 Kesaksian Pertama
43
Bab 43 Tentang Dia
44
Bab 44 Patung Briana
45
Bab 45 Mencari Tahu
46
Bab 46 Mengungkap Misteri
47
Bab 47 Tak Menyangka
48
Bab 48 Aku Melihatnya
49
Bab 49 Kejadian Aneh
50
Bab 50 Kesaksian Kedua
51
Bab 51 Pengakuan Asisten
52
Bab 52 Sebuah Pilihan
53
Bab 53 Menyerahkan Bukti
54
Bab 54 Weekend
55
Bab 55 Pindah Kantor
56
Bab 56 Bangkit
57
Bab 57 Pertama Disini
58
Bab 58 Kiriman
59
Bab 59 Gambar dan Kode
60
Bab 60 Alamat
61
Bab 61 Mencoba Mengartikan
62
Bab 62 Memberi Alasan
63
Bab 63 Menjenguk Tami
64
Bab 64 Upaya Keluar dari Teror
65
Bab 65 Tak Bersua
66
Bab 66 Resign
67
Bab 67 Mulai Terbaca
68
Bab 68 Arti dari Surat
69
Bab 69 Arti Kode Berikutnya
70
Bab 70 Telah Lama Tak Bertemu
71
Bab 71 Di Sebuah Villa
72
Bab 72 Peristiwa di Villa
73
Bab 73 Pulang
74
Bab 74 Jejak
75
Bab 75 Benar Pelaku Orang Dalam (POV : Banyu)
76
Bab 76 Hubungan Rahasia
77
Bab 77 Terulang Lagi
78
Bab 78 Prasangka
79
Bab 79 Siapa Pelakunya?
80
Bab 80 Misteri Gudang
81
Bab 81 Alibi
82
Bab 82 Happy Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!